Menguping

1462 Kata
Frans menatap wajah Luna di layar handphone-nya. Kerinduan akan gadis cinta pertama membuat Frans gelisah. Berulang kali ia menghubungi nomer Luna namun tidak aktif. Sementara itu Frans tidak tahu dimana rumah Luna. Ia harus bertanya kepada siapa. Tak banyak teman yang Frans kenal. Selama ini Luna juga tidak terlihat akrab dengan siapa pun. Frans berjalan ke beranda. Ia ingat saat tak sengaja melihat Luna mengambil botol kecil di meja Dr. Andrew. Saat itu ia tidak tahu persis apa isi dari botol itu. Namun, Luna sering menggunakannya saat bersamanya. Sekarang Frans mengerti jika Luna berusaha membuatnya jatuh cinta dengan bubuk tersebut. Tanpa Luna sadari jika Frans memang sudah menyukainya sejak pertama kali bertemu. Tidak ada banyak alasan bagi Frans menyapa seorang gadis lebih dulu kecuali ia memang memiliki ketertarikan terhadap Luna. Mungkin bagi orang lain wajah Luna biasa saja. Tapi bagi Frans, gadis itu sangat cantik dan mempesona di matanya. Suaranya dan senyumannya mampu membuat hati Frans berdebar. Tidak ada banyak kata indah yang Frans lukiskan. Mau bagaimana lagi, ia hanya laki-laki penuh kekurangan. Namun, kini Frans menyesalinya. Waktu yang singkat telah memisahkan keduanya. Dan ia tidak sempat mengatakan banyak hal kepada Luna. “Apa kau baik saja?” gumam Frans. Rasa rindu menyeruak di hatinya. Sesak. Dari pada semakin tersiksa sendirian lebih baik ia mencari Tony untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Frans melintas ruangan belakang menuju kamar Tony. Namun telinganya yang tajam menangkap pembicaraan yang cukup serius di sebuah ruangan besar bertuliskan meeting room. Tampaknya semua orang dewasa tengah berkumpul di sana. "Laporan p*********n dan orang hilang semakin meningkat di pulau itu. Semua saksi mata mengatakan hal yang sama. Pelakunya bermata merah dengan taring mencuat di giginya." Kata-kata itu sangat ampuh membuat langkah Frans mendekati ruangan tersebut. "Vampire . Sepertinya jumlah mereka tidak sedikit," gumam sebuah suara yang sangat dikenal Frans. Itu suara ayahnya. "Dari gelagat mereka yang mulai menyerang nelayan sekitar. Sepertinya mereka telah lama menyusun kekuatan dan sekarang saat bagi mereka untuk menunjukkan keberadaan mereka." kali ini suara yang agak asing. Namun Frans mengingatnya sebagai Brian. "Ini bahaya bagimu tuan," ucap Cloe. "Ya, jika mereka mendendam kepada seseorang pastilah mantan kaisar Vampire mereka, yakni Adam dan diriku yang telah menciptakan virus human," ucap Samuel. "Ini bahaya bagi keamanan anak kita Dam. Kita semua sudah menjadi manusia biasa dan sama sekali tidak memiliki kekuatan besar untuk melindungi siapapun lagi." Tiara sangat resah dan Adam mencoba menenangkannya. "Bagaimana jika pengobatan Misha dan Dr. Andrew kuhentikan. Dan untuk sementara mengembalikan mereka sebagai vampire untuk berjaga kemungkinan terburuk yang bisa terjadi," usul Dr. Eva. Frans terkejut untuk kedua kalinya mendengar suara Dr. Eva di dalam ruangan itu. Bagaimana bisa Dokter itu bergabung dalam rapat keluarganya. Mendadak ia mulai hawatir jika sewaktu waktu Dr. Eva membocorkan rahasianya. "Sebaiknya hal ini kau bicarakan dengan kerajaan Inggris. Dan jelaskan dengan detail misi kita dalam pemusnahan vampire di pulau darkness," ucap Adam kepada Samuel. "Dan juga, bawalah senjata yang kuminta sejak dulu. Peluru yang bisa melumpuhkan vampire," lanjut Adam lagi. "Baiklah. " sahut Samuel. Setelah itu Adam mulai menjelaskan rencana penyusupan dan pembagian tugas masing-masing. Frans yang sejak tadi menguping menghela napas dalam. Pikirannya semakin kusut. Siapa sebenarnya dirinya. Keluarganya, ayahnya dan masa lalunya. Kepada siapa dia harus bertanya. Frans segera bersembunyi begitu mengetahui rapat telah usai dan orang-orang mulai berjalan menuju pintu keluar. Dari tempatnya bersembunyi ia melihat Samuel dan Brian, kemudian disusul Cloe dan Misha. Sementara Om Hari, Adam dan ibunya serta Dr. Eva keluar berbarengan. "Aku berharap usulanku segera mendapat ijin. Bagaimana pun kita semua tahu kekuatan vampire. Apalagi kita tidak tahu apakah mereka vampire yang sama atau sudah berevolusi karena pengaruh virus human yang gagal," tutur Dr.Eva. "Aku harap begitu." sahut Adam. "Kalau begitu saya pamit dulu." ucap Dr. Eva. Wanita itu pun melenggang pergi meninggalkan Hari, Adam dan Tiara. "Kalian tahu. Di detik ini aku merasa menyesal terburu-buru berubah menjadi manusia. Seharusnya, aku harus memastikan dulu jika klan vampire telah musnah di muka bumi ini." ucap Adam penuh sesal. Ia berdiri di depan sebuah kamar yang tertutup rapat sebuah pintu berwarna hitam. Pintu yang paling berbeda dari seluruh pintu Blue Sky. "Kurasa keputusanmu sudah tepat Dam. Jika kau tidak segera berubah apa yang harus aku jelaskan pada Frans tentang masa lalu kita," ucap Tiara menguatkan keputusan Adam. "Kau sudah melarang Tony maupun Frans untuk masuk ke ruangan ini kan Hari?" tanya Adam. "Kalau Tony sudah kusampaikan padanya. Sementara Frans aku belum sempat," jawab Hari. Adam menghela napas. "Aku harap Frans tak pernah mengetahui apapun mengenai vampire. Ataupun bertemu dengan mereka. Aku ingin hidupnya layak seperti manusia seusianya. Tertawa, menangis, bersedih dan punya banyak teman." Tiara mengusap punggung Adam mencoba menenangkannya. Kemudian ia menggiring Adam menuju kamarnya. Sementara Hari juga pergi ke kamarnya yang ada tak jauh dari kamar Tony. Suasana mendadak sepi. Frans yang sejak tadi bersembunyi di antara pot tanaman bunga dan pilar segera keluar. Ia mulai tertarik dengan kamar yang terlarang baginya. Apa yang ada dibalik pintu hitam itu? Frans memutar gagang pintu. Terkunci. Apa yang harus ia lakukan. Sambil memikirkan keinginannya untuk masuk ia menempelkan tangannya di pintu. Di luar dugaannya tangannya menembus pintu. Frans terkejut hingga ia menarik tangannya kembali. Mungkinkah ia memiliki kemampuan menembus pintu sesuai keinginannya. Karena penasaran Frans mencobanya lagi. Tidak hanya tangannya yang masuk tetapi tubuhnya juga. Dalam hitungan detik ia sudah masuk dalam ruangan. Gelap. Anehnya ia bisa melihat. Ruangan tersebut mirip perpustakaan pribadi sekaligus tempat kerja. Terdapat deretan rak buku yang berjejer. Lemari berisi beraneka hadiah yang masih lengkap dengan nama pengirimnya. Dan yang paling mencolok adalah lukisan besar yang terdapat di dinding. Sepasang lukisan pertama berisi foto raja dan ratu abad pertengahan. Di bawahnya tertulis raja Cezar dan Ratu Victoria. Lukisan kedua Kaisar Alexandru Cezar dan istrinya Elena Cezar. Lukisan ketiga yang paling dikenal Frans, Kaisar Adam Alexandru Cezar dan istrinya Tiara Di bawah lukisan tersebut terdapat tulisan di sebuah papan yang terbuat dari marmer berwarna cream. Bertuliskan ............. GENERASI KAMI TELAH PUNAH. YANG ADA HANYA MANUSIA. Membaca tulisan itu Frans terhenyak. Ia tidak tahu harus berkata apa. Ia duduk di sebuah kursi tempat dimana dulu Alexandru Cezar dan ayahnya Adam biasa duduk. Di meja ia melihat foto keduanya tersenyum dalam balutan jas yang semakin membuat ketampanan keduanya bersinar. "Dad and grandfa," gumam Franace. Ia pun membuka laci meja. Di sana ia menemukan dua buku dengan sampul bertuliskan nama pemiliknya. Pertama Frans membuka buku bersampul biru langit yang bertuliskan Alexandru Cezar. Dengan cepat Frans membuka dan membaca. Ia seperti melihat film tentang kakeknya dan dalam hitungan menit ia telah menyelesaikan bacaannya. Air mata darah keluar dari kedua mata Frans. Ia merasakan sakit dan derita yang sama seperti apa yang pernah dirasakan Druf semasa hidupnya. Derita yang dialami kakek dan neneknya sungguh mengerikan bahkan penderitaan itu sampai menjelang kematiannya. Satu hal kebahagiaan yang ada hanya ketika ia telah menemukan Adam dan hidup bersama. Buku kedua bersampul hitam, milik ayahnya, Adam. Sama halnya dengan yang pertama Frans melihat kembali film kehidupan ayahnya. Air mata darah kembali mengalir di kedua matanya. Ia juga memahami penderitaannya. Baik kakek dan ayahnya sama-sama mengimpikan kehidupan manusia. Karena itulah sampai detik ini perjuangan Adam belum berakhir. Jika ayahnya sampai tahu jika dia terlahir sebagai vampire apa yang akan terjadi. Tidak. Ia harus merahasiakannya. Frans menangis. Ia merasa gagal menjadi anak seperti yang diinginkan ayah dan mendiang kakeknya. Harusnya rantai sejarah vampire telah terputus, namun dirinya justru berubah. Betapa kecewa akan dirasakan ayahnya jika mengetahui kondisinya saat ini. Apa yang harus ia lakukan. Tiba-Tiba Frans merasakan kehadiran sosok yang memiliki energi negatif. Dengan penciuman dan penglihatan tajamnya ia bisa melihat sosok itu di dalam hutan. Frans segera keluar dari ruangan. Tanpa sadar ia terbang dan bergerak cepat kemudian berdiri dengan tenang tak jauh dari dua orang yang tengah berseteru di depannya. Bukan. Bukan orang. Baunya sangat busuk. Mereka vampire kah? Apa yang harus Frans lakukan. Frans merogoh saku celananya dan menemukan saputangan. Ia segera melipatnya hingga berbentuk segitiga kemudian mengikatnya untuk menutup sebagian wajahnya. "Harusnya raja langsung membiarkan kita untuk menyerang Blue Sky . Kita mungkin hanya prajurit biasa. Tapi lihat, mereka semua sekarang hanya manusia biasa. Bahkan kaisar Adam takkan mampu berbuat apa." Celetuk salah satunya. "Ya kau benar. Setelah mereka semua mati kita bunuh. Selanjutnya para tentara, bahkan CIA bahkan FBI yang akan memburu kita. Bahkan aku yakin mereka tidak akan ragu meluluhlantakkan pulau Drakness dengan rudal. " "Emang dengan senjata itu kita bisa mati?" "Mana ku tahu. Tapi siapa tahu kita langsung jadi debu." "Masa sih?" "Otak udang mana bisa ngerti." "Seenak mulutmu kau bilang aku otak udang." "Ah, sudahlah. Malas berdebat denganmu. Ayo lakukan tugas kita lalu pergi. Kita hanya perlu menculik Tiara kan." "Ayo." Keduanya hendak bergerak namun Frans mencegahnya. "E'hem. Sepertinya ada dua udang di sini." Kedua vampire tersebut saling tatap. Kemudian tanpa bicara langsung menyerang Frans.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN