Tertipu

1142 Kata
"Beraninya kalian berniat menculik nyonya Tiara." Geram Frans, menyebut ibunya dengan sebutan nyonya agar identitasnya tidak terbongkar. Tidak boleh ada yang tahu siapa dirinya. Perkelahian pun terjadi di hutan Epping. Suara dentuman dan patahan ranting memecah sunyinya malam. Krak. Frans berhasil mematahkan leher salah satu vampire yang langsung berubah menjadi debu. Namun vampire yang satunya berhasil kabur. Frans menghapus darah di sudut bibirnya. Seumur hidup ini pertama kalinya ia berkelahi. Awalnya ia sering kena pukul, tapi akhirnya nalurinya membuatnya pandai bertarung. Bahkan ia telah membunuh. Pikiran dan perasaannya kacau balau. Ia tidak tahu apakah membunuh seorang vampire melanggar hukum atau tidak. Malam semakin larut. Frans terbang ke beranda rumahnya dan langsung disambut Tony. "Kau dari mana saja. Aku hawatir sekali," tanya Tony. Frans hanya diam. Ia ke wastafel, membasuh beberapa luka di tangan dan wajahnya. Tony yang membuntutinya langsung menyadarinya. "Astaga, apa kau berkelahi? Mustahil!" seru Tony. Luka Frans yang tadinya mengalirkan darah secara perlahan menutup dengan sendirinya. "Kau, berkelahi dengan siapa Frans?" tanya Tony lagi. "Berisik! Bisakah kita bicara besok. Aku lelah." Selesai berucap Frans merebahkan dirinya di kasur. Tony tak dapat berbuat apa pun. Sampai pagi menjelang justru dia lah yang tidak dapat tidur. Tony terjebak dalam pemikirannya. Semua yang ia pikirkan tentang Frans. Ia merasa kehilangan akan sosok Frans yang dulu. Frans yang ceria dan polos telah hilang dalam wujud barunya. Saat pagi menjelang Tony masih terjaga hingga terpaksa ia berangkat ke sekolah dengan mata menahan kantuk. "Ton, istirahat nanti, kita kembalikan buku ke perpus." Tony mengangguk dengan mata menguap. Tak satupun pelajaran hari ini dapat ia cerna dengan baik. Sampai jam istirahat pun tiba. "Apa kau yang bernama Frans?" tanya seorang siswa tampan yang entah datang dari kelas berapa menemui Frans. Frans yang sibuk mengambil buku untuk dikembalikan ke perpustakaan menatapnya dengan datar. "Ya," sahutnya singkat. "Bisa bicara sebentar?" Lanjut pemuda yang tidak diketahui namanya itu. "Silahkan," Franace mulai merasa terganggu. "Tidak di sini. Ikutlah keruanganku." Ketika pemuda itu keluar, Frans membuntutinya dengan tangan membawa buku vampire. Tony yang hanya diam memperhatikan sejak tadi pun segera mengikuti keduanya. Ketiganya berjalan searah melewati beberapa siswa dan siswi yang bergerombol di koridor seperti biasa saat jam istirahat. Kehadiran ketiganya yang bisa dibilang siswa-siswa top SMU Blue Sky langsung menarik banyak perhatian. Sejak Frans masuk di sekolah tersebut ia langsung menduduki siswa top peringkat satu paling populer dan disukai hampir seluruh siswa. Sementara Tony berada di posisi kedua. Keduanya menggeser posisi pertama siswa terpopuler sebelumnya yakni siswa yang bersama mereka kini. Siswa itu memasuki sebuah ruangan keorganisasian siswa di sekolah itu. Setelah tiba ia mempersilahkan Frans dan Tony untuk duduk. "Saya Alex, ketua organisasi siswa di sekolah ini," ucapnya memperkenalkan diri. Frans tak bereaksi. Ia menunggu kepentingan apa yang membuat ketua siswa itu membawanya ke ruangan tersebut. "Mungkin lebih baik kau katakan saja, apa keperluan mu," sambung Tony memecah keheningan. "Baiklah. Seperti kau tahu jika keorganisasian siswa memiliki banyak kegiatan. Terutama dalam membantu siswa yang tertimpa bencana. Dan saat ini kami kesulitan mengumpulkan dana dan bantuan karena reputasi kami yang tercoreng akibat salah satu anggota kami yang melakukan tindakan kriminal," jelas Alex . "Lalu?" tanya Tony. "Aku butuh bantuan Frans. Siapapun tahu dia siswa terpopuler di sekolah ini. Kehadirannya dalam membantu dan mempromosikan program kami akan sangat membantu. Terutama bagi teman kita yang tertimpa musibah." Tiba-Tiba Frans bangkit, membuat Tony maupun Alex terkejut. "Aku tidak tertarik melakukan itu." sahutnya. Ia hendak pergi, Tony pun tanpa suara mengikutinya. "Apa kau yakin, meski ini demi temanmu, Luna?" Ucapan Alex membuat langkah Frans tertahan. Ia menoleh menatap Alex dengan tatapannya yang tajam. "Kegiatan ini untuk mengenang Luna dan keluargayya," lanjut Alex, ketika berhasil menarik perhatian Frans. "Apa maksudmu?" tanya Frans bingung. Ia dan Tony kembali duduk di hadapan Alex untuk mendengarkan penjelasan darinya. "Luna dan keluarganya dibantai para vampir hingga tewas," Alex menarik nafas. Suaranya ketika berbicara penuh emosi yang ia tahan. Mendengar hal tersebut Frans shock. Tangannya mengepal dengan kuat. Tiba-tiba ia bangkit berdiri lalu berlari meninggalkan Tony dan Alex yang kebingungan. Frans terus berlari meninggalkan sekolah menuju hutan. Sekilas bayangan Luna melintas di pelupuk matanya. Hatinya terasa perih begitu mendengar kenyataan jika Luna telah meninggal di tangan vampir liar. "Luna!" teriak Frans mengejutkan burung-burung yang tadinya bertengger di antara pepohonan. Burung-burung itu langsung terbang begitu terusik dengan suara Frans. "Ini tidak mungkin," isak Frans seraya memukul batang pohon tanpa kekuatan. Frans terduduk lemas di tanah. Kenyataan jika wanita yang amat dikasihinya telah pergi selamanya terlalu menyakitkan untuk ia ketahui. Harusnya Frans menyusul Luna ke rumahnya dan membawanya kembali ke Blue Sky dengan meluruskan semua masalah yang terjadi. Tapi kini semua sudah terlambat karena Luna sudah tiada. "Lo, Frans," kejut Misha. Frans terkejut melihat Misha memergokinya sedang menangis. "Apa yang terjadi?" tanya Misha khawatir. "Tidak ada," sahut Frans menutupi kesedihannya. Ia tidak ingin Misha tahu. "Hem, jangan bohong. Ini pasti tentang Luna," ucap Misha membuat Frans terkejut. "Bagaimana kau tahu?" tanya Frans. "Aku ini sudah bersamamu sejak kecil. Aku pasti langsung menyadari jika kamu jatuh cinta. Tenang saja Luna tidak apa-apa," ucap Misha. Frans terkejut. "Benarkah? Apa kau menyelamatkannya?" tanya Frans. "Tentu saja, Mau ke rumah Luna bersamaku?" tanya Misha. Frans langsung mengangguk. Ia langsung bangkit dan berdiri. "Baik, tapi jangan sampai ada yang tahu. Kita berangkat nanti jam enam malam. Lalu kembali ke sini sebelum fajar. Ingat, kalau Tony, Ayahmu atau Ibumu tahu. mereka pasti akan melarangmu," ucap Misha. "Aku akan merahasiakannya." *** Sesuai perjanjian Misha menunggu di hutan tak jauh dari rumah Frans. Tak lama kemudian Frans muncul. Ia membawa sebuah tas di punggungnya. "Ayo!" ajak Frans bersemangat. Misha langsung berjalan diikuti Frans. "Kita akan berjalan. Jika beruntung kita akan sampai di desa itu sebelum tengah malam," ucap Misha. "Mengapa tidak membawa mobil?" tanya Frans. "Tidak bisa. Suasana di sana tidak aman. jika kita bawa mobil. Para vampir akan menyadari kedatangan kita," ucap Misha. Frans mengangguk. Ia sudah biasa berjalan kaki di Australia. Jadi kini tidak masalah jika harus menempuh perjalanan agak jauh. Apalagi demi Luna. Berjalan seharian penuh pun akan Frans lakukan. "Sepertinya kau sangat mencintai gadis itu," ucap Misha. Ia mengarahkan cahaya lampu senter ke jalan yang mereka lalui. "Dia, cinta pertamaku. Jangan bilang ini ke ayah Tante," ucap Frans. Misha mengangguk. Keduanya semakin jauh dari Blue Sky. Rute yang tidak biasa membuat perjalanan lebih sulit dan melelahkan. "Istirahat dulu sebentar," ajak Misha. Frans menurut. Keduanya duduk di sebuah batang pohon yang sudah rubuh. Misha menyodorkan sebotol air. "Minumlah dulu, cinta pun butuh energi yang besar," ucap Misha. Frans mengambilnya tanpa curiga lalu meminumnya. Setelah selesai ia mengembalikan air botol itu ke tangan Misha. "Bagaimana? Sudah merasa lebih baik?" tanya Misha. Frans memegang kepalanya yang mendadak terasa pening. Ia menggelengkan kepalanya berulang kali. "Frans, kau baik saja?" tanya Misha lagi. Kali ini ia memegang kedua bahu Frans. "Tante, minuman apa yang kau..." ucapan Frans terputus. Ia melihat senyum licik di bibir Misha sebelum pingsan. Frans
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN