Frans terbang kembali ke dalam kamar Jane. Gadis yang langsung gembira melihat kedatangannya kembali langsung menekuk lutut.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Frans.
"Mengetahui bahwa kau adalah vampir. Secara otomatis maka kau pimpinan kami," ucap Jane.
Frans menghela napas. Ia meminta Jane berdiri dan memberitahu yang lain jika kemungkinan serangan rudal akan diluncurkan untuk membunuh seluruh vampir di pulau tersebut. Begitu mendengar apa yang Frans ucapkan Jane langsung berlari mencari orang tuanya.
Alfred, raja vampir pulau Darkness langsung terkejut mendengar semua penuturan itu. Jika Frans ternyata vampir maka mereka telah berbuat kesalahan dengan memaksanya menikahi Jane. Andai Frans mau mungkin ia bisa membunuh semua orang saat itu juga. Ia langsung mengajak Sean anaknya menemui Frans di kamar Jane.
"Yang Mulia," hormat Alfred di hadapan Frans. Di belakangnya Sean juga menekuk lutut.
"Berdirilah, aku lebih muda dari kalian," ucap Frans merasa tak nyaman.
"Engkau adalah junjungan kami. Sebenarnya kami hanya marah karena menganggap tuan Adam tidak adil dengan nasib kami yang tidak bisa berubah. Kami yang ada di sini sudah mencoba virus human. Tapi ternyata kami kebal. Setelah mendengar keputusan pemerintah, kami mulai menyerang para penduduk sebagai wujud ketidaksetujuan kami. Dan sejak awal kami memang berniat membunuh tuan Adam karena merasa dianiaya," Alfred mengakui rencananya.
"Apa? beraninya kau," Frans marah.
"Kami mohon. Ampuni kami. Tapi jika kau berkenan menjadi pemimpin kami seperti seharusnya. Kami bersedia menjadi vampir yang baik dan kembali berbaur dengan manusia," ucap Alfred.
Frans terdiam. Ia memikirkan segalanya. Usianya terlalu masih muda. Menjadi pimpinan para vampir bukan perkara mudah. Tapi jika membiarkan mereka juga akan berbahaya. Di sisi lain Frans juga merasa simpati dengan para vampir kebal. Mereka seperti dirinya. Hingga Frans mengerti betul bagaimana perasaan saat mengetahui dirinya tidak bisa berubah menjadi manusia kembali.
"Baiklah, kumpulkan semua vampir," ucap Frans.
Dalam kurun waktu sepuluh menit. Semua vampir di pulau tersebut berkumpul di aula. Frans langsung disambut dengan meriah. Ia duduk di singgasananya ditemani Sean dan Alfred. Dengan seksama Frans memandang seluruh sisa vampir yang ada. Mereka sangat berharap banyak padanya. Tapi ia juga tidak ingin ayahnya dan dunia tahu jika dirinya vampir.
"Hormat kami yang Mulia!" ucap Mereka serempak seraya menekuk lutut.
"Bangunlah," sahut Frans merasa canggung.
Semua yang hadir diam menunggu.
"Aku sebenarnya terlalu muda untuk duduk di sini. Tetapi jika memang harus aku kalian harus bersumpah dan berjanji bahwa kalian akan merahasiakan identitas kaisar kalian. Jangan sampai siapapun tahu baik ayahku sendiri bahwa aku adalah pimpinan kalian," ucap Frans.
"Baik Yang Mulia," ucap Mereka serentak.
"Dan sebagai awal. Peraturan sebelumnya saat ayahku masih menjadi Kaisar maka peraturan itu kembali berlaku. Berbaur lah dengan manusia. Jika ada perlu padaku kalian bisa mengirim pesan lewat Alfred maupun Sean."
Semua langsung menyatakan sanggup.
"Bagaimana ini yang Mulia. Serangan rudal akan diluncurkan," lapor salah seorang vampir.
"Tenanglah, itu akan menjadi urusanku. Alfred, kirim pesan ke mereka jika kita mengajukan perdamaian. Asalkan undang-undang perburuan vampir dicabut. Dan perjanjian vampir lama kembali dilakukan. Kirim atas nama Kaisar vampir," ucap Frans.
Alfred langsung melaksanakan.
Ketika Frans mulai bergerak Sean mengikutinya.
"Izinkan hamba mengawalmu," ucap Sean.
Frans mengangguk. Ia terbang mengambil sebuah kain lalu menutup sebagian wajahnya. Ia berdiri di ujung pohon paling besar, sementara Sean berdiri tak jauh dari sisinya.
"Apakah engkau bisa menahannya yang Mulia?" tanya Sean.
"Bisa, tapi ini akan memakan seluruh kekuatanku. Sebagai gantinya berikan darahmu padaku," ucap Frans.
"Baik," sahut Sean.
Di sisi lain Adam bersama Samuel memperhatikan pulau Darkness melalui teropongnya. Ia nampak sedih, namun juga tak memiliki pilihan.
"Bersabarlah, kuatkan dirimu," ucap Samuel.
Adam tidak merespon, selama ini ia mencari anaknya tidak untuk menjadi korban pertarungan ini. Ia akan menyesali semua kejadian ini seumur hidupnya. Rudal sudah diluncurkan, bisa dipastikan tidak akan ada yang tersisa di pulau itu. Ia sudah bernegosiasi mencari jalan lain. Namun, pemerintah tidak memberi pilihan.
Tiba-tiba para tentara panik. Samuel dan Adam mendekat untuk melihat apa yang terjadi.
"Telah terjadi perdamaian dan kesepakatan, Ratu memerintahkan menaeik serangan. Namun rudal sudah diluncurkan," ucap salah seorang tentara.
"Apa?" kejut Adam.
"Samuel, tidak adakah yang bisa kita lakukan?" tanya Adam.
Samuel bingung, mereka bukan lagi vampir. Di titik itu keduanya mulai mengerti perasaan tak berdaya manusia yang tidak memiliki kekuatan apapun.
Para tentara melihat ke arah pulau. Mereka sudah terlanjur meluncurkan rudal ke pulau tersebut. Tidak ada seorang pun yang bisa menahan serangan senjata mematikan itu. Kalaupun diusahakan meledak di atas dengan tembakan lain kemungkinan keberhasilannya sangat tipis. Malah bisa jadi membahayakan yang lain.
"Eh, ada seseorang dipuncak!" teriak salah seorang tentara.
Adam segera melihatnya. Benar, ada bayangan seseorang. Sepertinya ia menunggu rudal untuk ia hancurkan. Rasanya mustahil ia bisa melakukannya. Vampir yang bisa melakukan itu hanyalah kalangan pangeran seperti Adam.
"Rudal datang!" teriak tentara lagi. Suasana begitu menegangkan.
***
Frans menatap ke arah senjata yang kini melesat ke arahnya.
"Tuan senjata itu datang," ucap Sean.
"Pergilah kalau kau takut," sahut Frans.
"Tidak. Aku percaya padamu," Sean sangat percaya pada Frans. Ia berjanji akan menebus kesalahannya dengan setia pada Frans.
Saat rudal semakin dekat, Frans mengangkat tangannya.
"Hancurlah seperti bunga yang berguguran," ucap Frans.
Dalam seketika, rudal luruh seperti gugurnya bunga dari tangkainya yang tertiup angin.
Semua yang melihat kejadian itu takjub termasuk Sean. Baru kali ini ia melihat kehebatan vampir turunan Cezar. Pantas jika mereka dinobatkan sebagai pimpinan atau kaisar para vampir.
Frans menurunkan tangannya. Ia menatap Sean lalu terbang melesat ke dalam hutan. Sean yang mengikutinya juga masuk ke dalam hutan. Begitu menyentuh tanah Frans ambruk. Sean segera merengkuh tubuhnya.
"Minumlah darahku tuan," ucap Sean.
Frans langsung menggigit tangan Sean yang dijulurkan kepadanya. Ia menghisap banyak darah Sean untuk mengganti kekuatannya yang hilang.
"Setelah ini antar aku ke rumahku. Lalu carilah gadis bernama Angel. Ajak Jane untuk mencarinya, temukan dia secepat mungkin," ucap Frans
"Baik yang mulia," ucap Sean.
Ia segera merengkuh Frans lalu hilang dan muncul di Blue Sky. Frans ia tidurkan di ranjangnya.
"Segera kabari aku," pinta Frans.
Sean mengangguk lalu kembali melesat pergi. Ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke kamar Frans. Begitu Sean telah pergi pintu kamar Frans terbuka. Frans pura-pura terpejam.
"Astaga! Frans!" teriak Tiara.
Ia langsung mendekat dan merengkuh anaknya dalam pelukannya. Tiara menangis bahagia. Hari dan Tony yang mendengar tangisan Tiara langsung mendekat dan juga sangat terkejut melihat keberadaan Frans yang sedang tidak sadar.
"Beruntung mereka mengembalikannya," ucap Tiara berulang kali.