Come Back

1022 Kata
Adam yang mendengar kabar jika anak semata wayangnya sudah kembali langsung pulang dari lokasi sekitar pulau Darkness. Dengan tergesa ia memasuki Blue Sky. Begitu tiba dilihatnya Frans sedang duduk di kursi dengan wajah menunduk. "Katakan pada Ayah, kau tidak apa-apa? Mereka tidak berbuat sesuatu padamu?" tanya Adam. Frans menggeleng. "Katakan pada Ayah. Bagaimana Misha berhasil membujukmu untuk ikut dengannya?" Frans terdiam. Semua orang menunggu, mereka sangat penasaran dengan semua yang terjadi. "Aku ingin menemui Luna, dan Tante Misha menyanggupinya asal merahasiakannya dari semua orang." Frans mengakui perbuatannya yang mungkin salah di mata orang lain. Terutama ayahnya. "Astaga Frans. Gadis itu menipumu. Luna menggunakan bubuk pemikat agar kau terpikat padanya," ucap Adam. "Yah, mungkin begitu. Tapi sejak kami ketemu Aku memang sudah menyukainya," ucap Frans. Mendengar Frans membela Luna, emosinya langsung tidak dapat dikendalikan. Ia merasa Frans lebih mengutamakan Luna daripada semua orang. Terutama dirinya dan ibunya sendiri. Frans sama sekali tidak mengerti bagaimana paniknya mereka mengetahui Frans tidak ada. Apalagi ketika Misha memperdaya dirinya. Tapi, setelah semua yang terjadi Frans masih saja membela Luna. Dengan penuh amarah Adam menampar Frans di depan semua orang. "Adam!" pekik Tiara melihat Frans ditampar. Ia tidak tega melihat kondisi Frans. Pipinya langsung merah. "Kau masih anak-anak. Rajinlah belajar. Jangan memikirkan perempuan. Ayah tidak mau tahu, mulai saat ini kau tidak boleh pacaran atau bergaul dengan perempuan! Fokus pada pelajaranmu!" bentak Adam. Ia begitu emosi. Tiara langsung meminta Frans kembali masuk kamar. Sebelum anak itu membalas ucapan Adam dan situasi kembali tak terkendali. "Dam, dia masih beranjak remaja. Jangan terlalu keras padanya. Selama ini ia selalu menurut, mungkin ia memang menyukai gadis itu, kau harus lebih sabar menghadapinya," ucap Tiara mencoba membujuk Adam. "Aku begini karena khawatir padanya. Saat mengetahui pulau itu akan diserang rudal, aku begitu putus asa dan gagal menjadi ayah yang bisa melindunginya. Untuk sesaat aku menyesal tidak memiliki kekuatan seperti dulu, bahkan dititik terakhir aku berharap kembali menjadi vampir hanya untuk menyelamatkannya," ucap Adam terduduk di kursi. Tiara memeluknya dan menepuk punggung suaminya. Tony yang melihat insiden itu langsung naik ke kamar Frans. Ia melihat Frans duduk di lantai beranda kamarnya dengan lutut ditekuk. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Tony. Frans mengangguk. Tony segera duduk di samping Frans. "Om, Adam begitu karena terlalu khawatir padamu," ucap Tony pelan. "Aku mengerti," ucap Frans. Tony memiliki banyak pertanyaan selama mereka tidak bersama. Namun ia merasa tak nyaman untuk mengatakannya. Apalagi dengan yang terjadi barusan. Perasaan Frans pasti sedang tidak baik. "Besok ada ujian di sekolah. Apa kau mau masuk?" tanya Tony. "Tentu saja. Kembalilah lagi nanti malam ke sini. Kita belajar bareng," ucap Frans. Tony mengangguk. Ia segera bangkit dan keluar dari kamar Frans. Setelah kepergian Tony air mata langsung meluncur dari kedua mata Frans. Air mata darah. Beberapa hari ini ia begitu tertekan dengan semua yang terjadi. Ia sangat takut, depresi namun tidak tahu harus bercerita kepada siapa. Frans hanya pura-pura kuat agar orang lain tidak menekannya. Ia masih belum berani membayangkan jika dirinya telah menikahi seorang gadis dan menidurinya. Ia menjadi kaisar para vampir dan menghancurkan rudal. Semua yang terjadi tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Hidupnya terasa kacau dan tidak normal. Jujur sebagai remaja berumur delapan belas tahun itu semua di luar kemampuannya. Bila mengingat semua itu tangannya masih gemetar. Ia tidak tahu mendapat keberanian dari mana dan kekuatan dari mana ia bisa melawan senjata paling mematikan itu. Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya. Hidupnya sepertinya tidak akan pernah kembali normal. *** Frans membaca soal dengan teliti. Ia mengingat dengan baik hal yang dipelajarinya tadi malam. Beruntung catatan Tony mudah dimengerti, jadi ia bisa cepat mencernanya dan mengingatnya dengan baik. Ia yakin nilai dan prestasinya bisa tetap dipertahankan. Sementara Jessy sangat senang melihat Frans telah kembali dengan selamat. Ia terlihat sehat, tampan dan tidak kurang suatu apapun. Sedangkan Tony melirik dengan kesal ke arah Frans yang terlihat menjawab dengan mudah. Padahal mereka berdua belajar bersama namun ingatan keduanya berbeda. Frans memiliki ingatan kuat, sementara Tony ingatannya mengenai pelajaran cepat hilang. Ia menjawab asal saat waktu mulai mendekati menit terakhir. Bel pun berbunyi. Semua siswa serempak keluar kelas meninggalkan kertas jawabannya di meja masing-masing. "Hah, aku yang rajin sekolah, mengapa kamu yang menjawab dengan mudah," keluh Tony pada Frans. "Itu karena kau menghafalkannya. Jangan dihafal cukup dimengerti," sahut Frans. Tony berdecak sebal. "Aku selalu mengerti dirimu, tapi tak pernah mendapat jawaban," ucap Tony yang langsung mendapat hadiah pukulan di bahunya oleh Frans. Keduanya duduk di taman. Lalu Tony beranjak memesan dua minuman dingin di tenda makanan yang tersedia. Ia hendak kembali ke tempat semula andai tak melihat Jessy sudah menduduki kursinya. "Apa kabar?" tanya Jessy. Frans mendongak. Ia tidak menyahut dan memilih sibuk kembali dengan buku di tangannya. "Aku senang akhirnya kau masuk sekolah," ucapnya lagi. "Apa nanti sepulang sekolah aku boleh mampir ke rumahmu?" tanya Jessy. Bukan jawaban yang ia peroleh, namun Frans malah meninggalkannya ke tempat Tony. "Sudah?" tanya Frans pada Tony. Tony mengangguk seraya melirik ke arah Jessy yang terlihat kesal. "Jangan mengabaikan dia," ucap Tony. "Terserah," sahut Frans dingin. Ia mengambil minuman di tangan Tony lalu mulai berjalan menjauh. Tony tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti langkah Frans pergi. Dengan lesu Frans mengambil tas di kelasnya. Begitu ia tarik ada banyak bungkusan jatuh ke lantai. Tony sangat terkejut. Ia segera memungut coklat dan beberapa amplop yang berjatuhan di lantai. Belum sempat ia selesai memasukkan semua hadiah dan surat untuk Frans ke dalam tasnya itu, Frans sudah melangkah pergi meninggalkannya. Tony segera bergegas. Ia berlari menyusul Frans yang ternyata kembali di hadang beberapa siswi di pintu. "Beri aku jalan," ketus Frans. Beberapa siswi itu tertawa. "Kami akan memberimu jalan jika kau menerima cintaku," ucapnya percaya diri. Beberapa siswa yang turut terperangkap tidak bisa keluar dari kelas bersama Frans langsung menyoraki mereka. Frans tersenyum miring. Ia maju tanpa rasa takut ke depan siswi tersebut. "Lain kali berkaca dulu sebelum menembak seorang cowok," ucap Frans tajam lalu langsung berjalan dengan wajah datar. Siswi yang tadinya berani menggoda kini langsung memberi jalan pada Frans. Tony sangat terkejut dengan sikap Frans. Ia menyadari perubahan sikap Frans yang tidak lagi ramah dan lembut seperti biasa. Ia seperti bukan Frans yang ia kenal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN