Terjebak

1415 Kata
Tony mencari Frans ke kamarnya, namun hanya bantal guling yang ditemuinya di balik selimut. Frans tidak ada. “Frans!” panggilnya ke kamar mandi, namun sahabatnya itu tidak ada. “Frans!” teriak Tony lagi. Kali ini ia ke beranda kamar. Tidak ada siapapun di sana. Tony menyadari sesuatu, tas punggung Frans tidak ada. Ia mencarinya ke dalam lemari, juga tidak ada. Tony langsung turun ke bawah memanggil semua orang. “Ayah, Om, Tante!” teriak Tony. Hari yag pertama kali datang langsung bertanya mengapa Tony berteriak-teriak sepagi itu. Chloe, Adam dan Tiara juga sudah berkumpul. “Frans tidak ada di kamarnya. Bahkan tasnya pun tidak ada,” ucap Tony panik. Adam terkejut. Ia segera lari ke dalam kamar putranya. Apa yang dikatakan Tony benar. Frans tidak ada dimana pun. Ia kembali turun mengambil handphone dan mencoba menghubungi nomor Frans. Tiara yang sudah mengerti jika Frans menghilang mulai panik. Chloe mencoba menenangkannya. “Bagaiamana? Tersambung?” tanya Hari. Adam mengangguk. Meski tersambung Frans tidak mengangkatnya. Hingga Adam mencoba menghubunginya kembali. Tepat ketika panggilan kelima terdengar sesorang mengangkatnya dan Adam sangat terkejut dibuatnya. “Misha,” kejut Adam. Ia langsung mengeraskan speaker ponselnya. “Halo tuan Adam,” sapa Misha. “Misha, apa kau bersama Frans?” tanya Adam. Ia sangat berharap Frans ada bersama Misha dalam keadaan aman. “Misha, Frans bersamamu kan?” tanya Tiara cemas. “Tenang saja, frans bersamaku. Tapi maaf, aku tidak akan pernah mengembalikannya.” “Apa maksudmu?” ucap Adam dan Tiara bersamaan. Misha tertawa. “Aku akan menikahi putramu, kami akan menjadi pasangan serasi dan tentu saja mulai saat ini aku dan putramu akan…” Sambungan terputus. Adam kembali mencoba menghubungi, kali ini ia menggunakan ideo call dan beruntung Misha mengangkatnya. “Lihatlah putramu sedang terlelap,” ucap Misha. Dari latar video yang dilihat Adam dan Tiara mereka sedang berada di atas perahu. “Misha, tolong kembalikan anakku, jangan seperti ini. Kita bisa membicarakan semua ini,” ucap Tiara dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. “Misha, kemana kau akan membawanya?” kali ini Adam mencoba melacak tujuan Misha. Misha memutus sambungan. Adam mencoba menghubungi, namun sudah tidak bersambung. “Hari, cepat panggil semua orang kemari,” pinta Adam. Hari segera menghubungi Samuel, Brian dan Andrew. Sementara Adam mencoba menenangkan Tiara. Tony yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya menunduk dengan lesu. *** Frans membuka matanya perlahan. Ia melihat langit-langit kamar. Selintas ia mengingat senyuman Misha. Reflek Frans bangkit dan menatap ke sekeliling ruangan. Tangan dan kakinya dalam keadaan terikat. “Kau sudah sadar rupanya,” sapa Misha. Ia memakai sebuah gaun berwarna merah yang begitu mencolok. “Apa maksud semua ini?” tanya Frans curiga. Seperti kataku, kita akan menikah. Bagaimana? Aku cantik bukan?” tanya Misha seraya berputar di hadapan Frans. “Kau gila. Bukankah kau sudah berjanji akan mengantarku pada Luna,” protes Frans. Misha tertawa. “Luna katamu? Aku suah membunuhnya, berikut kedua orang tuanya dengan tanganku sendiri,” ucap Misha. “Apa? Kau keji!” maki Frans geram. Hatinya terasa sakit mendengar Luna telah tewas dibunuh. Bayangan senyuman Luna menari-nari di pelupuk mata Frans. Bahkan suara tawanya. Rasanya Frans ingin mengamuk. Ia menghentakkan tangan dan kakinya bersamaan, serta merta tali itu putus. Dengan gerakan cepat ia mencekal leher Misha. Setengah terkejut Misha mencoba melepaskan diri dari cekalan tangan Frans. Ia sama sekali tidak menyangka jika Frans seorang vampire. Misha mengerahkan kekuatannya hingga Frans terlempar jatuh ke lantai. “Mengejutkan, ternyata kau selama ini sudah berubah,” ucap Misha. “Tapi jangan harap bisa mengalahkanku. Umurku jauh lebih tua darimu!” teriak Misha. Sampai sebuah pedang menembus jantungnya. “Kau benar, dia tidak akan mampu mengalahkanmu. Tapi aku bisa,” ucap lelaki di belakang Misha. Menekan pedangnya, lalu mencabutnya dengan kasar. Misha berbalik, matanya terbelalak dengan mulut penuh darah. “Kau? Kenapa?” tanya Misha. Lelaki itu tersenyum, “Maaf, Pangeran Frans Alexandru Cezar hanya untuk adikku tercinta bukan b***k sepertimu.” Misha rubuh ke lantai kemudian berubah menjadi abu. Lelaki itu tertawa meihat kematian Misha, kemudian ia beralih pada Frans. “Kau belum berubah sempurna. Tapi wangimu,” Lelaki itu menarik napas di dekat wajah Frans. “Sungguh, wangi seorang pangeran Cezar,” ucapnya. Dengan satu gerakan ia kembali mengikat Frans. “Lepaskan aku!” teriak Frans. Namun lelaki itu tidak mendengarkan. Ia terus menyeret Frans hingga tiba di sebuah aula besar. Nampak seorang raja duduk disinggasananya. Frans dipaksa berlutut dihadapannya. “Bagus Sean. Apa kau sudah membunuh wanita itu?” tanyanya pada lelaki yang terus memegang tali pengikat Frans. “Sudah Ayahanda,” jawabnya bangga. "Siapa namamu?" tanyanya, tapi kali ini pada Frans. Matanya merah menyala. Dan taringnya tampak disela giginya. "Frans." Raja itu bangkit. Berjalan dan mengitari Frans. Ia mengendus-endus. "Aneh, aku sama sekali tidak mencium baumu," ucapnya." Kau yakin dia turunan Cezar?" tanyanya pada Sean "Sangat yakin Ayahanda." Ucap Sean. "Bagus. Aku tidak sabar menikahkannya dengan adikmu," ucapnya. “Aku butuh dirinya untuk menguasai dunia ini. Keturunannya akan memperkuat kekuasaan ku." ucap raja vampire pulau Drakness. "Bawa yang ku perintahkan!" teriaknya. Seorang pelayan datang membawa nampan. Dan seorang yang lain di sampingnya mengambil sebuah suntikan dari atas nampan. "Suntikan apa ini? Jangan lakukan apapun padaku!" teriak Frans. Ia berang dan ingin mengeluarkan kekuatannya. "Jangan melawan, ingat, nyawa keluargamu ada dalam genggamanku," ancaman Raja Vampir membuat Frans mengurungkan niatnya. Ia terpaksa diam saat cairan aneh disuntikkan ke dalam tubuhnya. "Tenang saja anak muda. Itu hanya obat perangsang. Kau yang terlalu muda butuh rangsangan untuk meniduri anakku bukan. Hahahaha," bisiknya di telinga Frans. "Apa? Lepaskan aku. Kau biadab. Aku masih terlalu muda untuk melakukan itu!" teriaknya. Namun suara Frans tenggelam oleh suara tawa Raja Vampir. Saat Sean kembali menyeretnya ke dalam istana. Obat yang mungkin dosisnya sangat tinggi itu mulai bekerja. Kepalanya terasa pusing dan suhu tubuhnya meningkat. “Sean, ini tidak benar. Pernikahan terjadi jika dengan upacara bukan seperti ini,” ucap Frans. Namun Sean tidak mendengarkan. Begitu Sean melemparnya ke dalam ruangan. Pintu langsung ia kunci dari luar. Frans memandang ke seluruh ruangan yang sudah dihias bak kamar pengantin. Ia berdiri dan betapa terkejutnya ketika melihat seorang gadis berada di atas ranjang dengan mengenakan lingerie merah menyala yang menampakkan lekuk tubuhnya. Frans langsung membuang muka. Jantungnya berdebar. "Aku tidak bisa melakukan ini. Kumohon mengertilah. Kau putri raja bukan, kau bisa menikah dengan vampire lain bukan denganku, aku hanya manusia biasa, bukan vampire yang mereka duga," ucap Frans mencoba membohongi gadis itu. Obat perangsang yang mulai bekerja membuat Frans berjuang keras menahan reaksinya. "Tentu saja. Ternyata kau lebih waras dari ayahku," ucap seorang gadis. Tepatnya bukan gadis di atas ranjang tapi gadis berbaju hitam di belakangnya. Lalu siapa gadis di atas ranjang itu. "Karena itulah, sebagai terima kasihku. Aku sudah menyiapkan penggantiku. Dia manusia biasa sepertimu. Dia sahabatku," ucapnya. Ia mendekat ke arah gadis di atas ranjang. Lihat, wajahnya cantik dan seksi. Frans membenarkan ucapannya namun ia tidak ingin melakukannya. "Tidak usah, bukankah kita bisa berkompromi pura pura telah melakukannya ?"usul Frans. "Oho, andaikan ayahku belum menyuntikkan perangsang itu ke tubuhmu mungkin bisa. Tapi siapa yang akan kau jadikan pelampiasan. Perangsang itu tidak akan pernah memudar kecuali kau menuntaskannya. Jika tidak kau akan kehilangan akal sehat dan meniduri semua perempuan di istana ini," ucapnya. "Apa?" kejut Frans. Putri raja vampire yang masih seusianya itu berbisik." Panggil aku Jane. Setelah menidurinya kau harus berterima kasih padaku. Karena telah memberikan pasangan malam pertamamu yang lezat. Bahkan aku tak tahan pada aroma tubuhnya. Darahnya istimewa, jadi selamat bersenang-senang." Setelah berucap Jane segera keluar melewati pintu rahasia di balik rak buku. "Jane!"teriak Franace. Ia ingin mengejar namun reaksi tubuhnya yang bergetar menahannya. Apa yang harus dilakukannya sekarang. Frans melirik gadis di atas ranjang. Hidungnya mencium aroma nikmat dari tubuh gadis itu. Miliknya pun telah menegang. Gadis itu menoleh menatapnya. Matanya indah. Kulitnya kuning langsat. Bibirnya merah merona. Frans menelan ludah. Pikirannya mulai tidak bisa berpikir logis. Gadis itu berdiri dan mendekat ke arahnya. Sehingga dadanya yang membusung dan area kewanitaannya yang hanya tertutupi kain berbahan terawang tampak jelas di matanya. Frans ingin menjauh tapi kakinya tak bisa digerakkan. Saat gadis itu tepat Dihadapannya. Ia bisa melihat di kedalaman matanya. Gairah yang memuncak sekaligus perasaan sedih yang menyatu dalam gelora. Gadis itu juga dalam pengaruh obat. "Kumohon, bebaskan aku dari derita ini," bisiknya lebih tepatnya seperti mendesis. Kedua tangannya berpegangan pada bahu Frans. Seraya merapatkan tubuhnya ia kembali bicara. "Aku tahu kau tidak menginginkannya. Aku juga begitu. Tapi obat ini menyiksaku. Aku berjanji setelah ini aku tidak akan menuntut apapun darimu,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Tangannya dan deru nafasnya yang berat sungguh semakin melemahkan logika. Frans menutup mata. Menikmati sensasi sentuhan gadis di depannya seraya berpikir dengan sisa logika yang ia miliki. Sejenak terbayang wajah ayah dan ibunya. Terbayang wajah Tony hingga wajah Luna. Mengingat Luna ada perih yang terasa. "Hentikan, aku tidak bisa." Frans menahan kedua tangan gadis di depannya. Kedua mata mereka bertemu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN