Icy

1004 Kata
Frans tidak berbicara sama sekali saat di ruang makan. Ia makan seperti biasa namun sama sekali tidak merespon candaan atau komunikasi yang terjalin. Perubahan sikapnya tidak luput dari perhatian Tiara. Saat acara makan selesai ia segera mencari Frans yang sedang sibuk belajar di kamarnya sendirian. Tony sedang sibuk membantu ibunya mencuci piring di bawah. Mumpung anaknya sedang sendiri. Itu adalah momen yang pas baginya untuk berbicara hanya berdua saja. "Frans, kau sedang belajar?" tanya Tiara. Frans melirik ke arah Tiara sekilas. Namun ia tidak menjawab pertanyaan ibunya. "Apa kau masih marah karena Ayah menamparmu?" tanya Tiara. "Tidak." Frans menjawab cepat. Namun tidak mengatakan apa-apa lagi. Entah mengapa Tiara merasa lebih baik tidak berkata apapun lagi. Mungkin Frans masih trauma dengan penculikan sekaligus penghianatan yang dilakukan Misha. Karena itulah ia memutuskan untuk turun dan menemui Adam. Beruntung Adam sedang duduk santai di teras, jadi Tiara bisa mengungkapkan segala kegelisahannya. "Apakah sebaiknya kita panggil psikolog untuknya?" tanya Tiara cemas. "Melihat perubahan drastis yang terjadi aku curiga telah terjadi sesuatu yang buruk selama Misha membawanya. Mungkinkah Misha telah melakukan hal tak senonoh padanya," ucapan Tiara langsung menampar kesadaran Adam. Ia kembali teringat dengan mentalnya yang pernah ia alami dulu saat mengalami pelecehan. Adam yang tadinya tenang kini mendadak gelisah. Membayangkan Misha melakukan pelecehan terhadap Frans kepalanya mendadak sakit. "Apa Frans tidak menceritakan apa yang terjadi padamu?" tanya Adam. Tiara menggeleng, "Biasanya ia selalu bercerita semua yang dialaminya padaku. Namun sekarang ia sangat tertutup. Aku jadi takut," ucap Tiara begitu khawatir. Adam memeluk isterinya. Ia akan mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Mungkin Tony mengetahuinya. *** Frans selesai membaca semua catatan pelajaran milik Tony untuk ujian besok. Ia kini berdiri di beranda. Menatap tajam ke arah hutan Epping yang sesekali bersuara karena gesekan daun atau gesekan pohon karena angin. Namun yang membuatnya betah berdiri. Ia merasakan aura vampir sedang mendekat ke arahnya. Tak lama kemudian ia melihat Sean berdiri di atas pohon. "Tuan, bisakah kita bicara," ucapnya lewat mindline. Frans mengangguk. Ia turun tanpa sempat bisa dicegah Tony. Beruntung tidak ada siapapun di bawah, sehingga dengan mudah bisa keluar. Namun saat melintasi gerbang para penjaga sempat bertanya kemana ia akan pergi. Frans langsung beralasan membeli sesuatu di toko depan dekat asrama. Saat para penjaga lemah Frans langsung menghilang lalu muncul di dalam hutan. Sean yang tengah menunggunya langsung datang menghadap seraya menekuk lutut. "Kau bawa berita?" tanya Frans. "Angel sudah saya temukan. Dia tinggal bersama neneknya yang sudah tua di pinggiran kota," lapor Sean. "Bagus. Kirim lokasinya ke nomerku," Frans langsung menyebutkan beberapa angka yang langsung di catat Sean. "Belilah ponsel. Hemat tenaga mu. Ini sudah era digital, fungsikan dengan cerdas," ucap Frans. Sean mengangguk hormat. Karena tidak bisa lama Frans segera kembali ke tempat sebelumnya. Lalu ia segera ke toko membeli sebuah pulpen murah lalu masuk ke Blue Sky. "Dari mana?" tegur Adam. Frans hanya menunjukkan pulpen yang baru saja ia beli. Kemudian ia masuk kembali ke kamarnya. Si kamar Tony tengah menunggunya dengan setumpuk surat dan barang pemberian. "Mau diapakan ini Frans?" tanya Tong. "Terserah kau saja," ucap Frans. Tony langsung kegirangan. Ia mulai memakan coklat dan permen. Juga melihat beberapa hadiah mewah yang ia temukan. Sementara Frans merebahkan tubuhnya seraya mengingat malam penyatuannya dengan Angel. Itu adalah kali pertama Frans merasakan nikmatnya hubungan suami isteri. Mengingat semua itu Frans jadi gelisah. Tubuhnya menginginkannya lagi. "Kau kenapa?" tanya Tony melihat Frans hanya miring ke kanan dan ke kiri dengan gelisah. "Tidak ada. Aku mau mandi saja," ucap Frans seraya berharap dengan berendam air dingin pikirannya kembali tenang. Namun dua jam berlalu ia justru semakin gelisah. Sementara malam semakin larut. Sungguh Frans merindukan tubuh Angel. Ia berupaya tidur namun terus gagal. Karena sudah tidak tahan dan yakin semua orang sudah tidur. Diam-diam ia melesat di antara atap dan pepohonan mencari alamat yang dikirim Sean padanya. Tak lama kemudian ia menemukan sebuah rumah sederhana. Frans segera terbang dan melihat keadaan. Dilihatnya Angel sedang memakai baju tidur di kamarnya. Ia memang cantik dan indah, meski Frans tidak bisa melupakan cintanya pada Luna, ia menginginkan Angel untuk meluapkan hasratnya yang sudah tak terbendung. Sepertinya malam pertama bagi seorang pria akan menyebabkan candu yang membuatnya terus menginginkan kejadian di malam pertama berulang. Malam dimana lelaki apalagi remaja sepertinya terus ketagihan. Saat Angel akan menutup jendela kamarnya. Frans langsung menahan tangannya dan masuk ke dalam kamar tanpa bisa dicegah. "Kau," Angel terkejut. Frans gugup. Ia seperti penjahat m***m yang mengincar seorang perempuan. Angel mempersilahkan dirinya duduk. Ia hendak memanggil neneknya namun Frans menahannya. "Apa kau memberitahu orang lain termasuk nenekmu jika kita sudah menikah?" tanya Frans. Angel menggeleng. "Bagus, jangan pernah memberitahu siapapun. Mengerti!" tekan Frans. Angel mengangguk. Ia mulai mengerti jika Frans memang tidak menginginkan pernikahan itu terjadi. Angel harus sadar diri. Apalagi setelah mengetahui jika suaminya itu adalah anak keluarga terpandang dan kaya raya. "Lalu, kau kemari..." ucapan Angel terputus. Frans langsung membungkam mulutnya dengan lumatan. Namun Angel mendorong Frans. Meski ia menyukai Frans, tapi ia bukan w************n. Jika Frans tidak menyukainya mengapa ia mendatanginya. "Aku tidak suka ditolak," ucap Frans. Ia menarik Angel lalu melemparnya ke atas kasur. "Apa yang kau inginkan? Bukankah kau tidak ingin pernikahan ini diteruskan?" protes Angel. Namun Frans tak mau mendengarkan. Ia membungkam mulut Angel dengan kain yang ditemuinya. Lalu Frans melancarkan aksinya. Tanpa mempedulikan perasaan Angel ia menyalurkan hasratnya malam itu. Mereguk kenikmatan yang membuatnya tidak bisa tidur dan gelisah. Air mata Angel yang mengalir tidak lagi bisa dilihat Frans dengan jelas yang sudah tertutup kabut napsu. Namun akhirnya, Angel yang awalnya melawan larut dalam permainan Frans. Frans mengatur napasnya. Ia merasa puas untuk sesaat. Namun ia tidak bisa berlama-lama di kamar Angel. Karena itulah ia memakai kembali pakaiannya bersiap pergi. "Frans, lepaskan aku saja. Jika kau memang tidak menginginkan pernikahan ini," ucap Angel. Frans hanya melirik. Tanpa menjawab sepatah kata pun ia pergi. Angel merasa sakit dipermainkan Frans. Bagaimana pun ia menginginkan sebuah kepastian. Angel menyadari jika pernikahan yang terjadi karena terpaksa. Karena itulah, ia akan menerima dengan tabah jika Frans menceraikannya. Daripada harus menyembunyikan fakta identitas pernikahan mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN