Sherly berbalik hendak kembali ke kantin karena teman-temannya mungkin masih di sana. Namun, tubuhnya membeku sesaat menjumpai Seto berdiri beberapa langkah dari tempatnya sambil melipat tangan di depan dadanya. Wajahnya yang dingin membuat Sherly gugup. Sejak kapan pria ini di sini? Mungkinkah dia dengar pembicaraan tadi? Pada saat ini tenggorokan Sherly benar-benar terasa kering. Dia menelan salivanya susah payah, lalu berjalan menghampiri Seto sambil menyapanya dengan ramah. "Siang Prof! Profesor sudah makan siang? Atau baru mau ke kantin?" "Kamu tidak perlu berpura-pura ramah," balas pria itu. Mendengar ini senyum di wajah Sherly menjadi semakin kaku. Dia membatin, "Jika bukan di rumah sakit aku juga tidak perlu berpura-pura. Dasar iblis galak! Kamu pikir aku mau melakukannya?"