Bab 2

2597 Kata
HAPPY READING *** “Habisin makanan kamu. Saya akan antar kamu pulang,” ucap Eros. Kenny terdiam beberapa saat, ia lalu mulai berpikir. Eros ingin mengantarnya pulang. Jika pria itu tahu alamat tempat tinggalnya, maka pria itu seenaknya datang sesuka hati. Ini hanya one night stand, permasalahan ini cukup sampai di sini saja. Tidak perlu di perjelas lagi. Eros tidak bisa mengantarnya pulang, karena jika tahu alamat kostnya bisa berabe. Masalahnya Eros seperti pria yang tidak bisa melepaskannya bebas. Ia sekali lagi menatap Eros. Kenny lalu meletakan piringnya di meja. “Enggak usah, saya bisa pulang sendiri kok,” tolak Kenny. “Saya antar,” ucap Eros dengan penuh penekanan, ia tetap ingin mengantar gadis itu pulang. “Enggak usah, saya pakek taxi online, ini udahh pesen,” Kenny meraih gelas yang berisi air mineral. Ia meneguknya, setelah itu ia beranjak dari duduknya dengan cepat. “Saya pamit kalau begitu,” Kenny lalu buru-buru melangkah keluar dari kamar tanpa menunggu jawaban Eros. “Kenny!” Kenny seketika menoleh, ia menatap Eros masih di posisi yang sama, “Iya, kenapa?” Tanya Kenny yang sudah membuka pintu kamar, ia memandang Eros dari ambang pintu. “Hati-hati di jalan,” ucap Eros, lalu menyungging senyum. “Iya.” Kenny melangkah cepat menuju lift, ia berharap ini adalah pertemuan terakhirnya bersama Eros. Jantung Kenny maraton tidak karuan. Bisa-bisanya ia berhubungan dengan Eros presiden direktur Mayapadi group. Oh, Jesus! Semoga saja hubungannya sampai di sini. Tidak ada kelanjutannya lagi. Kenny melihat lift terbuka, ia lalu buru-buru masuk dan memencet lantai dasar. Bisa-bisanya ia terdampar di sini. Jujur ia merasa aman ketika sudah berada di lift dan meninggalkan lantai room yang telah ia tiduri bersama eros. Selama perjalanan menuju lantai dasar, Kenny masih menerka-nerka tentang penjelasan Eros tentang tidur semalam. Ingatanannya masih kabur, apakah tadi malam mereka mengenakan kondom? Pengaman? Mengeluarkannya di dalam atau di luar? Kenny tarik nafas dalam-dalam, efek sakit kepalanya masih terasa berat. Ya ampunnnn, seketika Kenny teringat tentang PMS penyakit menular sexsual. Bagaimana mungkin tiga huruf itu tiba-tiba tercongkol di kepalanya. Seketika bulu kuduknya merinding mengingat STD Sexually Transmitted Diseases, infeksi s****l yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak s****l. Jenis-jenis STD termasuk chlamydia, gonore, HIV/AIDS, HPV, sipilis, trikomoniasis. Menurut survey, kebanyakan kasus seksual mempengaruhi pria dan wanita. Namun kasus kesehatan yang ditimbulkan lebih parah ke wanita dibanding pria. Ia akan cek kesehatannya ketika tiba di kost nanti. Ah ya, ia ingat si Rubi anak kedokteran yang sedang menjalani koas di rumah sakit Jantung Harapan Kita yang kini menjadi sahabatnya setelah ditinggal Ova. Ia akan bunuh Eros jika ia mengalami hal-hal aneh di dalam tubuhnya. Apalagi jika nanti ada janin di dalam kandungannya, maka ia akan benar-benar membunuh Eros saat itu juga. Arggghhh, Eros emang b******k! Kenapa orang mabuk di ladenin, harusnya dia membiarkannya ngeracau tidak karuan. Dasar laki-laki b******k!. Pintu lift terbuka Kenny melangkah menuju lobby, ia memejamkan mata beberapa detik menenangkan pikirannya. Ia berlari menuju pintu lobby yang di jaga oleh billboy. Ia melihat ke arah luar mobil blue brid menunggunya di depan. “Dengan Ibu Kenny, ya?” ucapnya pria mengenakan seragam biru, di balik jendela mobil blue brid. “Iya pak, saya Kenny.” “Pesan gocar kan?” “Iya pak.” Kenny lalu membuka hendel pintu mobil, ia melangkah masuk ke dalam dan mendaratkan pantatnya di kursi. Mobil taxi pun meninggalkan area hotel. Kenny bersandar di kursi, ia berharap semuanya baik-baik saja. Namun ada perasaan tidak enak menghantuinya. Ah, mungkin hanya perasaannya saja, tidak mungkin Eros menemuinya lagi. Seorang presiden direktur pasti banyak sekali yang menyukainya.dan pria itu tampan. Ah, sudahlah ia tidak terlalu berharap dengan pria kaya raya seperti Eros. Namun mengingat Ova, sahabatnya itu bersama Victor, pria itu juga konglemerat yang naksir dengan gadis biasa seperti Ova. Namun seketika ia teringat status Eros yang sudah menikah. Ia tidak akan pernah berharap dengan seorang pria yang sudah memiliki istri. Ingat, ia tidak akan menjadi pelakor apalagi kekasih gelap CEO. *** Sementara di sisi lain Eros membiarkan Kenny pergi begitu saja. Ia bersandar di kursi lalu tersenyum penuh arti. Ia kembali mengingat wanita yang memiliki nama kepanjangan Kenny Virginia, yang penting ia sudah tahu di mana wanita itu bekerja dan posisinya apa. Eros memandang ke arah layar ponsel, “Victor Calling” Eros menggeser tombol hijau pada layar lalu meletakan ponsel itu di telinga kirinya. “Iya, Vic,” ucap Eros bersandar di sisi kursi sambil memandang ke arah jendela. “Kenny gimana keadaanya?” Tanya Victor, ia ingin mengetahui kabar Kenny, sahabat kekasihnya. Karena semalam ia menyuruh Eros menjaganya. “Kenny barusan pulang.” “Udah sadar?” Tanya Victor. “Iya udah, aman.” “Enggak lo antar?” “Enggak, dia nggak mau diantar, dia mau pulang sendiri,” ucap Eros tenang. Victor mengangguk paham, “Ok. Lo masih di hotel?” “Iya masih di hotel.” “Enggak balik ke rumah lo?” “Kayaknya balik ke apartemen sih. Bokap udah nyuruh balik, kerjaan masih banyak yang mau diurus juga. Cuma gue bilang, kalau gue mau sendiri dulu, besok baru ngantor,” ucap Victor. “Nyokap lo?” “Palingan nanyain Juliet.” “I see.” “Ribet urusan sama nyokap, lebih belain Juliet. Kalau bokap masih netral, terserah gue. Mungkin laki-laki ya, nggak ribet,” ucap Eros, ia mengambil bir dan di teguknya secara perlahan. “Iya sih, emang nyokap ribet. Udahlah, jangan pikirin Juliet lagi, sekarang fokus sama lo?” “Oiya, Vic.” “Iya, apa?” Tanya Victor. “Kenny itu single?” Tanya Eros penasaran. Victor menarik nafas, “Kurang tau sih, gue juga baru kenal kemarin.” “Kirain lo tau.” “Enggak tau, pokoknya Kenny itu sahabat deketnya Ova. Ke mana-mana mereka berdua.” “Yaudah deh kalau gitu.” “Kenapa?” “Cuma tanya aja, sih.” “Naksir?” “Enggak sih, cuma mau tau aja.” “Kirain naksir.” Eros lalu tertawa, “Ah, lo.” “Ketuk palu dulu, setelah itu boleh deh lo deketin Kenny.” Eros menyungging senyum, “Hemm, oke.” “Besok siang ke Aroma ya.” “Iya.” Eros lalu mematikan sambungan telfonnya, ia memandang pesan masuk dari dari Juliet. Ia menatap pesan singkat itu. Juliet : “Dasar laki-laki b******k! Kamu pulang ke Jakarta? Enggak kasih kabar aku? Mau kabur? Kamu takut sama aku. Emang aku nggak tau, kamu selingkuh di belakang aku.” “Liat aja kalau ketemu, kuhabisi kau.” Eros membiarkan pesan itu begitu saja. Ia bersandar di sisi tempat kursi, jika berhubungan dengan Juliet tidak akan ada abisnya. Inginnya segera mengakhiri hubungan ini secepatnya. Oh, Jesus, semoga permasalahan hidupnya cepat selesai. Jika lama-lama seperti ini, maka ia akan terkukung dalam lingkaran setan yang tidak membuatnya bahagia. *** “Kenny!” “Ya, ampun, Ken! Lo dari mana? Semalam gue nyariin lo,” ucap Rubi memandang Kenny menaiki tangga. “Eh, Rubi,” ucap Kenny diberinya senyuman terbaiknya pada wanita cantik, calon dokter itu. Wanita cantik itu mengenakan dress berwarna biru muda berbahan katun. “Lo, semalam ke mana?” “Gue semalam tidur di hotel.” “Wah, habis gajian ya, hotel mana?” Tanya Rubi penasaran. “The Ritz Carlton.” “Wow, nggak ngajak gue healing sendiri,” ucap Rubi. Kenny membuka hendel pintu, dan lalu masuk ke dalam kamar diikuti Rubi dari belakang. “Enggak sengaja nginep di sana, karena gue mabok.” “Astaga, serius lo mabok?” Kenny mengangguk, “Iya mabok, sama Ova, sih.” “Padahal gue tadi malam mau ngenalin lo sama abang sepupu gue.” Alis Kenny terangkat, “Abang sepupu lo yang mana? Kerja apa?” Tanya Kenny penasaran. Ia tahu bahwa Rubi salah satu mahasiswa terpandang di sini. Alasan dia ngekost di sini karena sangat dekat dari rumah sakit tempat dia koas. Ingat hanya untuk koas saja, tempat tinggal sementara. “Abang sepupu gue, dokter spesialis kulit dan kelamin. Kerja di rumah sakit Siloam. Keburu pulang kemarin, soalnya nggak ada lo,” Rubi menutup pintu kamar. “Emang lo bilang apa sama sepupu lo?” “Gue bilang, ada temen gue cantik, jomblo namanya Kenny, kerja di bank. Yah, kenalan aja dulu, siapa tau cocok kan.” Kenny tertawa, “Ah, lo repot-repot banget promosiin gue sama abang sepupu lo. Tapi nggak apa-apa deh, soalnya dokter.” “Nanti deh kalau ke sini lagi, gue kenalin lo kea bang sepupu gue. Lo udah makan nggak?” Tanya Rubi ia duduk di sofa. “Udah, tadi makna nasgor di hotel.” “Kirain belum. Tadi nyokap bawain gue gulai sapi sama rendang.” “Ih, mau. Tapi nanti ya kalau laper, gue ngungsi makan di kamar lo.” “Iya, lo tenang aja lah,” Rubi terkekeh. Kenny menggantung tasnya di dekat lemari, ia juga melepaskan high heelsnya ia letakan di rak sepatu dan lalu ia gantung tas Furla nya di lemari. Kenny melirik jam dinding menunjukan pukul 11.00. “Lo nggak ke rumah sakit?” Tanya Kenny, membaringkan tubuhnya di sisi tempat tidur. Ia lebih nyaman tidur di kostannya dari pada tidur di hotel bersama Eros. “Gue lagi off,” ucap Rubi. “Lo malam Minggu ke mana sih?” “Gue, kemarin di ajak sama Ova ke Fable. Terus gue mabok, eh temennya cowoknya Ova bawa gue ke hotel. Ini gue baru balik.” “Ova yang dulu kost di sini? Yang cantik banget kayak orang arab?” “Iya itu, sahabat gue, kayak lo gini. Lo kan sibuk di rumah sakit.” “Iya sih. Jarang gue ketemu Ova. Terus-terus,” Rubi mulai kepo. Kenny menatap Rubi cukup serius. Ia tahu bahwa Rubi calon dokter hebat, wanita ini pasti tau tetang namanya STD Sexually Transmitted Diseases atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual yang di sebabkan oleh bakteri. Ia tahu ini berlebihan menanyakan tentang penyakit menular itu, namun ia harus aware dengan siapa ia tidur dan berhubungan intim. “Lo tau nggak?” “Apa?” “Semalam gue tidur sama dia.” Alis Rubi terangkat, matanya terbelalak kaget, “Wih, serius!” Ia tidak menyangka bahwa Kenny tidur dengan pria yang dia temui di bar. Kenny menatap sahabatnya, “Gue takut kalau gue kena STD. Kira-kira ciri-cirinya gimana ya, Bi?” Tanya Kenny. “Gue bukan cewek yang sexs bebas, Bi. Gue baru kali ini nih tidur sama cowok yang statusnya bukan pacar gue. Gue cuma takut aja, Bi.” Rubi menarik nafas, ia menepuk bahu Kenny, “Denger, kalau tiba-tiba lo kencing sakit, atau anu lo panas, kasih tau aja. Gue ada kenalan sama dokter spesialis kulit dan kelamin atau konsultasi sama abang sepupu gue, mau nggak?” “Ih nggak mau ah, giling aja konsultasi sama abang sepupu lo.” “Emang yang tidur sama lo, nakal banget ya orangnya? Pakek narkoba? Nyabu?” Tanya Rubi. “Enggak sih, cowok baik-baik kayaknya. Cuma lagi proses cere sama istrinya,” ucap Kenny, karena ia mendengar percakapan Eros dan Victor tadi malam. Eros mengatakan bahwa dia akan cerai dengan istrinya. “Masih status suami orang?” Kenny mengangguk cepat, “Iya.” “Enak nggak dia mainnya?” Tanya Rubi lalu terkekeh. “Enggak terlalu ngerasain sih, kan gue mabok. Ah, lo nanyanya gituan,” ucap Kenny, ia lalu membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Rubi lalu tertawa lagi, “Jadi lo, one night stand?” “Yah, seperti itu lah,” ucap Kenny. Kenny memandang Rubi, yang tidur di sampingnya, “Lo gimana, sama cowok lo?” “Ya, gitu-gitu aja sih, nggak gimana-gimana, flat nggak seru.” “Oiya, yang tidur sama lo cakep?” “Lumayan.” “Tajir nggak?” Kenny lalu mengangguk, “Tajir abis?” “Wah, boleh tuh. Siapa namanya?” “Namanya Eros, presiden direktur Mayapadi group.” “Serius lo, itu dia?” “Iya, suer!” Rubi merogoh ponsel di saku celananya karena rasa penasarannya cukup kuat yang tidur dengan Kenny itu tajir abis. Rubi lalu mengetik di halaman google, “Eros presiden direktur Mayapada group” Sedetik kemudian keluarlah beberapa foto di branda. Rubi menutup mulutnya dengan tangan, yang keluar di beranda yaitu foto-foto pernikahan Eros dan Juliet. Mereka berdua adalah anak pengusaha di negri ini. “OMG! Ini dia?” Kenny mencondongkan wajahnya ke layar ponsel yang dipegang Rubi, “Iya itu dia.” Rubi tidak mencari tahu tentang Eros, namun mereka salah fokus dengan pernikahan laki-laki itu. “Iya itu namanya Eros.” “Ini istrinya Juliet?” ucap Rubi, ia menunjuk seorang wanita mengenakan gaun pengantin yang glomor dan mewah bak ratu detail floral yang anggun dan bertahta mahkota berlian. “Iya sih kayaknya, gue nggak kenal.” “Ya, ampun. Jadi ini namanya Eros? Ini tidur sama lo?” Eros mengangguk, “Iya itu.” “Wow, gue kalau gini, gue juga nggak nolak. Enggak apa-apa deh, jadi plakor kalau modelnya kayak gini,” Rubi tertawa geli, jujur ia merasa takjub Kenny bisa berkenalan dengan pengusaha paling sukses di negri ini. “Gua ngeri tau kalau dapat kenalan cowok yang tajir terus cakep. Sumpah, takut gua,” ucap Kenny. “Takut kenapa?” Kenny menarik nafas, ia duduk di samping Rubi, “Takutnya gue dijadiin hiburan doang, Bi. Terus udah puas gue ditinggal. Makanya gue kalau nyari cowok yang nggak tajir-tajir amat, asal tanggung jawab. Itu udah cukup bagi gua.” “Exactly, yang penting setia dan tanggung jawab kan.” “Iya bener banget. Gue nggak ambisius nyari cowok yang tajir, Bi. Apalagi modelan CEO atau boss, takut gua. Asli takut banget, mending gua pacaran sama yang biasa aja.” “Gimana ya, takut gua, masih ngeri. Gua nggak mau exspetasi terlalu tinggi sih.” “Terus lo pacaran sama siapa?” “Gue masih jomblo lah.” “Yang kemarin waktu itu jemput lo siapa?” Tanya Rubi, karena ia melihat jumat kemarin Kenny diantar sama seorang pria dengan mobil BMW. “Itu Andre, manager financenya Ova dulu. Enggak sengaja kenalan di resto Pagi Sore. Eh, dia chat gua jadi deh deket. Tapi nggak pacaran, masih PDKT lah.” “Abang sepupu gue yang dokter gimana?” Kenny tertawa, “Kasih aja kontak gue.” “Saingannya banyak, maklum cantik. Kalau Eros ngejar lo, Andre sama abang sepupu gue tersingkirkan.” “Idih, ogah sama laki orang.” “Tapi, CEO, Ken. Gue nggak munafik sebagai cewek CEO itu lebih keren dari segalanya.” “Uh, dasar lo ya!” “Gue hamil nggak ya, Bi?” Ucap Rubi. “Kalau nggak mau hamil, minum pil KB lah. Lo sering tidur sama cowo?” “Enggak sih, enggak pernah. Kecuali sama cowok gua. Cuma masalah semalam gue jadi takut gitu.” Rubi menarik nafas, “Enggak sih, kan baru sekali doang. Kecuali sering, tapi bisa juga hamil kalau lo sehat dan masa subur. Dan dia spermanya oke.” “Tuh kan,” Kenny bergidik ngeri. “Udah ah, nggak bakalan hamil sih. Tenang aja.” “Bener?” “Cuma sekali doang. Inget bukan n****+ romance yang sekali tidur langsung jadi beby. Emang hamil itu gampang.” “Iya sih.” “Nanti sekiranya lo mulai berhubungan sama cowok sexs rutin, atau gimana. Lo minum pil kontrasepsi aja Ken. Asal jangan kebablas aja. Ribet kan.” “Nah, itu bener.” “Temenin gue belanja yuk, ada yang mau gue beli nih,” ucap Rubi beranjak dari duduknya. “Gue juga mau ke apotek. Perut gue mual, kebawaan minum alkohol semalam, nih.” “Gue ambil tas gue dulu ya,” ucap Rubi. “Gue juga siap-siap, ganti baju.” “oke.” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN