TAK MUNGKIN KAMU YANG KEGESER

1105 Kata
‘Rupanya pak Hessa sangat tidak suka pada Farah sehingga dia seperti itu. Atau bahkan dia tak suka pada semua perempuan?’ Kusnadi tentu saja tidak membuang makanan yang Hessa berikan tadi, toh dia makan pun tidak tertelan, karena saat melihat makanan tersebut tentu dia ingat kesalahannya. Akhirnya makanan tersebut diberikan pada office boy, makanan mahal dan special, pasti enak jangan sampai dibuang. Office boy tentu saja senang mendapat makanan tersebut. “Kamu kenapa Kus? Kenapa makanan pak Hessa kamu bawa dan kamu berikan pada office boy? Kamu enggak suka dibelikan makanan oleh pak Hessa?” tanya Widuri, resepsionis ayu yang naksir Kusnadi. “Ini hari si-alku. Gara-gara makanan itu aku dapat SP1,” keluh Kusnadi. “Bagaimana bisa?” Widuri memberi attensi, dia juga penasaran mengapa makanan itu membawa si-al buat Kusnadi? “Tadi pak Hessa itu diajak makan siang bareng sama Farah. Dia nggak mau karena dia sudah punya janji makan siang sama orang lain. Entah kenapa dia batalkan makan siang dengan orang itu lalu dia pesan lah makanan online seperti yang kamu tahu tadi.” “Dia panggil aku dan pesan sama aku, wanti-wanti banget kamu ambil makanan di bawah. Jangan sampai ada orang bawa nganterin dan jangan ada siapa pun yang ambil harus kamu! Pak Hessa pesan begitu sampai tiga kali.” “Ya sudah, tadi kan kamu tahu kan, aku ambil ke sini. Aku tungguin kan ngobrol sama kamu. Tiba-tiba di depan pintu ruangan pak Hessa, Farah nyegat aku dan dia bilang sini aku saja yang bawa aku mau masukin berkas ini, Farah tunjukin berkas yang di tangan dia. Kan aku pikir cuma tinggal masukin doang. Ya sudah aku kasihin, walau sebelumnya aku nolak juga.” “Enggak bisa, kata pak Hessa suruh aku saja yang bawa. Tapi Farah tetap membujuk. Seperti yang tadi aku bilang, enggak enak sama dia aku kasihin itu makanan. Enggak berapa lama aku baru balik badan dan jalan dua langkah dari ruang pak Hessa, aku dengar pak Hessa langsung teriak panggil nama aku.” “Pak Hessa bilang buang itu makanan! Buaaaaaang. Teriak pak Hessa sampai kayak gitu. Benar-benar dia yang marahnya setengah mati. Terus dia langsung bilang kamu saya kasih SP1. Dia langsung panggil pak Davi. Pak Hessa nggak main-main loh.” “Kamu salah sih memang, sudah di pesan sampai tiga kali, kamunya main kasihin ke Farah, coba kamu masuk saja bareng Farah, kan enggak jadi seperti itu.” “Pak Hessa jadi merasa disepelekan sama kamu. Kamu dirayu perempuan saja bisa tunduk. Seperti itu kan pikiran Pak Hessa buatmu. Dia merasa kamu lebih mengutamakan perempuan itu daripada perintahnya.” “Kalau kamu dikasih berkas rahasia, lalu kamu bisa dirayu sama orang kan bahaya. Pikirannya sih seperti itu yang aku tangkap. Bukan soal dia marah karena kamu kasih ke Farah atau siapa pun tapi sikap kamu yang nyepelein perintah dia tadi,” kata Widuri memberi pendapatnya. “Nah itulah aku bilang. Makanan itu bawa si-al buatku. Walau aku tahu aku nggak mungkin buang karena itu mubazir, kalau aku buang makanan mahal enak belum kebuka sama sekali kan enggak mungkin? Tapi kalau aku makan juga enggak bakal ketelan. Ya sudah aku kasih OB saja.” Kusnadi benar-benar sedih karena SP-nya sudah turun. “Aku mau bilang apa? Memang tadi kayak apa sih permintaan Farah ke kamu?” Akhirnya Kusnadi menceritakan awal Farah minta agar dia yang bawa makanan ke dalam ruang pak Hessa. “Bawa apa Kus?” tanya Farah mencegat Kusnadi yang mau masuk ruang Hessa. “Oh ini Pak Hessa pesan makanan online.” “Tadi Pak Hessa bilang tidak mau makan siang saat saya ajak keluar. Dia bilang dia punya janji dengan orang lain. Koq malah dia beli online,” protes Farah dengan wajah tak suka. “Iya pak Hessa juga bilang seperti itu ke saya. Dia bilang sudah batalkan dengan orang tersebut dan dia sudah pesan makanan, karena itu pak Hessa menyuruh saya mengambil makanan di bawah agar saya bawa. Tak boleh orang depan yang antar.” “Sini, saya yang bawa ke dalam. Sekalian saya mau menyerahkan file ini,” Farah langsung mengambil berkas di mejanya. “Enggak bisa. Tadi Pak Hessa bilang harus saya yang ambil,” tolak Kusnadi. “Kan sudah kamu ambil. Biarin saja sini aku yang bawa,” bujuk Farah. “Jangan lah.” “Memang mau saya apain sih itu makanan, ini kan tinggal masuk ruangan doang, tak mungkin saya beri ra-cun atau jampi-jampi kan?” ejek Farah seakan Kusnadi curiga dia akan memberi sesuatu ke makanan itu. Tak enak hati, Kusnadi menyerahkan makanan yang pak Hessa beli. “Dari ceritamu barusan, bisa jadi juga pak Hessa benci atau nggak suka sama Farah. Lihat nggak pak Hessa tadi diajak makan Farah kan? Kalau kamu cerita lalu dia berkelit dia sudah janji sama orang. Kalau dia sudah janji sama orang pasti dia bakalan keluar, tapi ini jadi males dan dia pesan makanan online. Artinya Farah sudah bikin dia bad mood.” “Ditambah lagi kamu bikin dia marah karena makanan itu dikasih ke Farah, jadi memuncak lah emosi Pak Hessa.” “Bisa jadi seperti itu. Pak Hessa paling benci kalau dikejar, terlebih oleh perempuan yang dia tidak suka, aku yakin sebentar lagi Farah juga kembali digeser. Diganti oleh orang lain karena pak Hessa merasa nggak nyaman saja ada orang di situ. Cuma tadi suratnya belum keluar.” “Bener banget, pasti dia langsung digeser,” kata Widuri. “Kenapa sih pada suka banget ngejar laki-laki. Kalau memang laki-lakinya suka pasti perempuan yang akan dikejar. Walau perbandingan di dunia ini perempuan lebih banyak, seharusnya tetap perempuan itu punya harga diri, jangan menyatakan atau memperlihatkan suka terlebih dahulu.” “Ya sikap manusia kan enggak sama. Itulah yang aku lihat. Seminggu ini kayaknya kelihatan banget Farah ngejar pak Hessa. Sekembalinya Pak Hessa dari libur satu minggu setelah kakaknya hilang. Dan habis itu Farah dipindah ke ruangan sama aku, di situlah pada saat pak Hessa mulai aktiv kerja, Farah kayaknya ngejar banget.” “Semoga saja kamu dapat teman yang bisa sejalan. Kalau nggak ya mendingan kamu sendirian seperti dulu. Jadinya nggak bikin kamu seperti sekarang.” “Aku juga berharap begitu. Mendingan aku balik seperti dulu saja. Daripada ada temen malah bikin aku salah kaprah kayak gini. Semoga saja Pak Hessa mau mengkondisikan aku sendirian lagi seperti awal atau kalau nggak ya sudah aku yang kegeser. Farah yang naik nggak apa-apa sih, yang penting aku enggak satu team sama Farah,” kata Kusnadi pasrah. “Aku yakin kalau Farah untuk sendirian di depan Pak Hessa itu tidak mungkin. Taruhan sama aku. Itu nggak mungkin kalau lihat kondisi Pak Hessa nggak suka sama Farah.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN