Pagi ini Alea sudah sibuk dengan berbagai pekerjaan, belum lagi harus meeting dengan divisi lain terkait kegiatan yang akan di adakan di hotel. Fokusnya pada layar di depannya terganggu dengan kedatangan Andi bagian HRD.
“Maaf Ibu Alea mengganggu waktunya”
“Nggak apa-apa Pak Andi, ada yang bisa saya bantu?"
“Saya di telpon oleh sekretaris Bapak Ken, CEO perusahaan kita. Bu Alea diminta menemui beliau”
Alea terkejut mendengar apa yang dibilang pak Andi “Ada apa ya pak Andi, kok saya di panggil bos?”
Pak Andi tersenyum “Ibu Alea tenang saja, ini adalah hal biasa dilakukan. Di mana jika ada karyawan baru terutama yang memegang jabatan penting akan di panggil bos untuk berkenalan”
Alea mengangguk “Tapi saya belum pernah bertemu beliau Pak, setahu saya yang menjadi CEO sekarang anak dari Pak Wily Almera kan?”
“Benar Ibu Alea, CEO kita sekarang lebih muda dan beliau cukup bijaksana dalam kepemimpinannya. Apalagi dari dulu sudah dipercaya memegang posisi di cabang luar negeri, jadi wawasannya luas”
“Sudah jangan terlalu khawatir. Lebih baik Ibu Alea sekarang ke sana karena sudah di tunggu”
“Baik Pak Andi, terima kasih” ucap Alea di akhir pembicaraan.
Alea melangkah dengan cepat menuju ruangan CEO Almera. Ia belum tahu bagaimana wajah dari atasannya itu. Saat sampai di lantai tempat khusus ruangan CEO, Alea di sambut oleh wanita berumur sekitar tiga puluhan yang bisa di tebak tugasnya sebagai sekretaris dari Ken.
“Ibu Alea, sudah ditunggu Bapak Ken. Silakan langsung saja masuk ke ruangan beliau” ucapnya sopan.
“Baik, Terima kasih” ucapnya sedikit membungkuk.
Sebelum mengetuk pintu Alea menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan perasaannya. Sekretaris yang melihat tingkah Alea hanya tersenyum geli.
Toktoktok!
Pintu ruangan terbuka oleh seorang pria yang tidak asing bagi Alea.
“Ibu Alea?” Roy terkejut.
Ternyata Marketing Director yang di tunggu adalah Alea. Alea juga tidak kalah terkejut dan mulai menebak siapa sebanarnya yang menjadi atasanya. Benar saja saat Roy meminta Alea menuju meja kerja Ken, Alea semakin terkejut. Langkahnya terhenti sesaat, begitu juga Ken sama terkejutnya.
“Ibu Alea, si..silakan duduk” Ken beranjak dari duduknya sambil meminta Alea duduk di sofa khusus tamu.
“Terima kasih, Pak"
Mereka duduk di sofa yang berbeda. Roy memilih keluar meninggalkan Ken dan Alea yang masih diam tak berbicara. Ken merasakan perasaan aneh saat melihat Alea. Begitu juga dengan Alea, gadis itu sibuk dengan pikirannya mengingat kejadian beberapa waktu lalu.
“Hhhhhmmm, kita belum berkenalan” Ken mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Alea.
“Saya Alkenzie Almera"
“Saya Alea, Pak” jawabnya pelan.
“Mungkin anda bertanya-tanya kenapa saya memanggil anda ke sini. Ini adalah tradisi papa saya. Beliau selalu ingin merasa dekat dengan karyawannya. Karena menurut beliau, merekalah yang berkontribusi terhadap keberhasilan sebuah perusahaan”
"..." Alea mengangguk paham.
“Bagaimana pekerjaan anda selama seminggu di sini? Apa berbeda dengan di tempat anda dulu?"
“Sejauh ini baik-baik saja, Pak. Saya masih menyesuaikan. Mungkin di sini pekerjaannya lebih padat daripada di cabang” Alea menjawab dengan menatap mata Ken.
“Ngomong-ngomong, kita ternyata tinggal di lantai apartemen yang sama.” Ken bertanya dengan perasaan ragu, karena ini adalah pembicaraan pribadi.
“Iya pak, sebuah kebetulan” Alea hanya menjawab seadanya.
“Yang apes saya, Pak. Udah lihat Bapak m***m di lift terus tidur di koridor gara-gara mabuk. Sekarang ketemu di sini” geritu Alea dalam hatinya.
“Saya dengar kamu tidak mau naik jabatan? Kenapa begitu, bukannya semua ingin karirnya naik?”
“Saya senang dengan posisi saya sekarang pak. Bisa meningkatkan kunjungan di hotel memberikan kepuasan bagi saya” Alea bicara sangat sopan.
Ada perasaan kagum yang timbul di hati Ken, Alea terlihat sangat tulus dalam ucapannya.
Karena canggung yang terjadi membuat Ken menyudahi pembicaraannya dengan Alea. Mereka bangun dari duduknya. Alea pamit untuk keluar dan meninggalkan ruangan Ken.
Roy masuk setelah melihat Alea keluar. “Wah dunia sangat sempit, tinggal di apartemen yang sama, berangkat kerja juga samaan dan sekarang malah satu tempat kerja”
“Alea itu cantik ya Roy, mengingatkan saya pada seseorang..” tatapan Kem menerawang seakan mengingat seseorang.
Roy yang penasaran menunggu apa yang akan bosnya katakan.
“Sial, bagaimana ini Roy?” Ken tiba-tiba berdiri dari duduknya membuat Roy terkejut.
“Kenapa bos, ada apa?” tanya Roy bingung.
“Di mana aku taruh mukaku sekarang. Alea pasti tertawa saat ini, Roy” Ken semakin panik.
"Tenang bos, tarik nafas dulu. Ini minum dulu” Roy memberikan segelas air putih untuk bosnya.
Sekali teguk air di gelas itu sudah habis oleh Ken. Sedikit ada raut ketenangan dalam wajahnya.
“Nah sekarang bos cerita, ada masalah apa” ucap Roy sembari duduk di depan bosnya yang kini dalam keadaan tenang.
“Seminggu yang lalu, aku dan Angel pergi untuk minum dan pulang ke apartemen. Aku sedikit mabuk tapi aku masih bisa mengendalikan diri. Aku masih bisa membawa mobil ke apartemen. Pada saat naik lift, ternyata ada perempuan dis ana dan bodohnya aku tidak peduli. Aku dan Angel berciuman cukup lama, ternyata wanita itu adalah Alea”
Roy tertawa teripingkal-pingkal mendengar cerita Ken. Wajah bosnya terlihat sangat frustasi menceritakan peristiwa seminggu lalu.
“Kamu tertawa, Roy?” mata Ken terbelalak melihat asistennya berani menertawakan dirinya.
Roy terdiam karena tahu jika atasannya sedang kesal “Dengarkan aku Ken, sekarang aku menasehatimu sebagai sahabat bukan sebagai asisten. Ini Indonesia Ken bukan di Belanda. Jika di sana kamu bebas melakukan apapun dengan Angel tapi tidak untuk di sini. Bagaimana bisa kau berciuman di lift sedangkan kamu tahu ada orang lain di sana”
“Lalu aku harus bagaimana Roy, jangan hanya menasihatiku tapi tolong berikan aku solusi?” Ken terlihat putus asa.
Roy yang melihat Ken sedikit heran, memangnya kalau Alea melihat apa masalahnya? Toh selama ini sikap Ken selalu cuek.
“Kenapa kamu takut Alea melihat kamu berciuman? Alea saja melihat kau baik-baik saja. Memangnya kamu cukup dekat dengan Alea sehingga harus merasa malu?”
Ken terkejut dengan ucapan Roy. Benar yang dikatakan sahabatnya jika Alea tidak akan berpengaruh pada hidupnya. Terserah Alea mau berpikir apa tentang dirinya. Toh Alea hanya pegawainya yang bisa ia pecat kapan saja. Ken menghela napas dan menyandarkan tubuhnya pada kursi kerja.
“Kalau begitu atur bagaimana caranya agar aku tidak bertemu Alea di apartemen. Aku belum ingin bertemu dengannya”
Roy hanya bisa geleng kepala melihat tingkah Ken yang aneh. Ia meninggalkan Ken yang sedang duduk dengan mata terpejam, membiarkan atasannya beristirahat sejenak.
***
Di ruangan kerjanya Alea menatap layar besar di depannya. Tatapannya kosong dan pikirannya sibuk mengingat beberapa kejadian seminggu ini. Menerima kenyataan pria m***m dan pemabuk itu adalah atasnya. Alea menggelengkan kepalanya berharap tidak pernah berurusan lagi dengan Ken kecuali masalah pekerjaan. Sebisa mungkin ia akan menghindar agar di apartemen pun tidak bertemu Ken. Bila perlui Alea berangkat pagi-pagi buta agar tidak bertemu dengan Ken saat berangkat kerja.
~ ~ ~
--to be continue--
*HeyRan*