Alea menghempaskan tubuhnya di atas sofa, merasakan lelah yang teramat. Hari ini ia pulang malam karena harus lembur beberapa pekerjaan. Seminggu bekerja membuatnya sibuk karena aktivitas hotelnya sekarang sangat padat dan sedikit membuatnya kelimpungan. Tak terasa matanya terpejam dan tertidur di sofa dengan pakaian kerja dan belum mandi tentunya.
Pukul sebelas malam Alea terbangun karena lapar, “Ternyata aku ketiduran, belum mandi dan sekarang aku lapar. Kasian sekali kamu, Alea” gumamnya.
Dengan langkah gontai Alea menuju dapur berharap ada makanan yang bisa dimakan. Di lihatnya kulkas kosong tanpa ada stok bahan makanan. Ia ingat seminggu ini tidak sempat berbelanja karena ia harus pulang malam.
“Masa harus ke supermarket jam segini sih” gerutunya.
Rasa lengket pada badannya membuat Alea terganggu dan akhirnya memutuskan mandi terlebih dahulu sebelum turun ke supermarket yang ada di lantai bawah apartemen.
Alea sudah berada di dalam lift untuk turun dengan mengenakan trening panjang dan kaos putih longgar. Tak perlu waktu lama Alea sampai di supermarket yang buka 24 jam. Setelah memilih makanan dan minuman yang ia suka kemudian Alea segera membayar.
Gadis itu kembali naik ke unitnya sambil menikmati s**u kemasan yang di beli tadi. Saat menuju pintu apartemen miliknya, Alea melihat seorang pria tergeletak dengan posisi duduk menunduk di depan pintu kamar si pria m***m. Alea ketakutan, satu sisi takut jika si pria korban kekerasan namun sisi lain takut jika orang itu memiliki niat jahat.
Di dekati pelan-pelan si pria yang tak bergerak sama sekali. Alea menunduk dan mencolek lengan si pria menggunakan dompet panjang yang ia bawa. Si pria jatuh kesamping hingga membuat Alea terkejut dan loncat kecil ke arah belakang. Setelah di dekati ternyata orang itu adalah pria m***m yang pernah bertemu di lift. Tercium bau alkohol yang menyengat dari tubuh si pria. Alea ingin meninggalkan pria ini tapi ia tak tega. Ia masih punya sisi jiwa kemanusiaan dalam dirinya.
“Hei, bangun jangan tidur di sini” di guncangnya tubuh pria itu.
“Bikin repot orang saja, mana sih kartu aksesnya biar bisa aku bawa kamu masuk”
Tidak ada respon dari pria itu. Dengan ragu Alea memasukkan tangannya ke saku jas si pria tapi tidak ada. Kemudian di cari lagi di saku kemejanya dan ketemu.
“Yess ketemu!” seru Alea.
Alea mencoba membangunkan tubuh si pria setelah berhasil membuka pintu apartemen milik pria tersebut. Alea mencoba beberapa kali tapi pria itu sama sekali tak ada respon. Dengan terpaksa Alea memapah pria itu, membawanya masuk ke dalam. Alea merebahkan tubuh pria itu di atas sofa dan membantu membuka jas, sepatu dan melonggarkan kacing kemejanya.
Sesaat Alea mengedarkan pandangannya pada sekeliling. Tidak ada tanda-tanda ada wanita tinggal itu berarti wanita yang pria ini cium bukan istrinya. Alea berjongkok di samping pria ini tidur, posisinya memang tidak terlalu tinggi. Di lihatnya jari manisnya tidak ada cincin yang melingkar.
“Berarti wanita itu bukan istrinya dan mereka menginap bersama” pikir Alea.
Alea bergidik membayangkannya. Segera ia bangkit dan keluar dari apartemen si pria, namun tiba-tiba tangan Alea di pegang. Alea yang terkejut sontak berteriak dan melihat pria yang dari tadi tak ada pergerakan.
“Terima kasih” gumam pria itu dalam tidurnya.
Alea yang takut akhirnya lari meninggalkan pria itu dan kembali ke kamar tanpa lupa dengan kantung belanjaannya.
***
Roy sedang sibuk di dapur membuat air panas untuk menyeduh kopi. Waktu menunjukkan jam setengah enam dan ia sudah berada di apartemen Alkenzie, yang tidak lain adalah bosnya. Ken masih meringkuk di sofa yang sejak malam ia tiduri. Mendengar suara ribut Roy mengaduk kopi membuat Ken terbangun. Kepalanya terasa sakit dan pusing akibat acara minum di club tadi malam.
Ken mengubah posisinya menjadi duduk dan mencoba menetralkan pandangannya.
“Pagi bos, sudah bangun” sapa Roy sembari meletakkan kopi di depan Ken lalu duduk di sofa lainnya.
Ken menatap heran karena asistennya sudah ada di apartemennya dengan pakaian rapi.
“Minum di mana bos, tumben nggak hubungi saya minta dijemput tadi malam?” Roy menyesap kopi hitam miliknya.
“Aku ditemani wanita, dia yang mengantarku pulang” ucapnya sambil memijat kepalanya karena sakit.
“Wanita yang mana? Bukanya nona Angel sudah balik ke Belanda?” tatapan Roy menelisik.
“Jangan pandang aku seperti itu! Kaamu ini seperti seperti melihatku mencuri saja. Yang mengantarku wanita yang aku temui di club, Roy” gerutu Ken.
“Lalu kenapa anda tidur di sofa bukan di kamar. Jika dengan wanita seperti itu pasti anda berakhir di ranjang kan?” Roy semakin curiga.
Ken terdiam, mencoba mengingat kejadian tadi malam. Ia masih ingat wanita penghibur itu mengantarnya sampai depan kamar dan setelah itu ia tidak ingat lagi.
“Ahhh sudahlah, aku mau mandi. Tolong siapkan sarapan buatku Roy. Kepalaku sakit sekali” titah Ken kepada asistennya.
Roy yang tidak mendapat jawaban dari Ken hanya bisa mendengus kesal. Ken dan Roy berteman baik, sehingga seperti tak ada jarak antara mereka.
Ken mengguyur tubuhnya di bawah shower, mengalirkan air pada kepalanya yang masih terasa pusing. Ucapan Roy terngiang-ngiang dalam pikirannya. Ia sendiri juga penasaran siap yang membawanya masuk ke dalam apartemennya. Yang dikatakan Roy benar, jika wanita penghibur yang membawa Ken masuk, maka sudah pasti mereka akan berakhir di ranjang. Tapi Ken malah tidur di sofa dalam keadaan memakai baju hanya jas dan sepatu yang terbuka.
“Apa aku masuk sendiri ya?” gumam Ken frustasi.
Sesaat kemudian, Ken keluar dari kamarnya dengan berpakaian rapi. Duduk di meja makan menikmati sarapan yang Roy buatkan. Roy sendiri duduk di sofa fokus dengan tabletnya untuk mengecek jadwal Ken.
“Roy, apa sudah kamu lakukan tugas yang aku minta?” tanya Ken sambil memasukkan roti selai ke mulutnya.
“Siap sudah bos, tapi seminggu ini semua berjalan normal”
“Bagus, jangan sampai kecurigaanku terbukti”
Mereke berdua berjalan menuju arah lift yang akan membawa mereka turun ke lantai basement. Menunggu beberapa saat sampai pintu lift terbuka, Ken dan Roy masuk, saat akan menekan tompol seorang perempuan meminta untuk ditunggu.
Alea kembali bertemu dengan Ken. Ini pertemuan mereka yang ke empat kalinya. Sesaat penampilan Alea membuat Ken tertegun. Gadis yang berdiri di depannya ini mengenakan skirt biru langit dan kemeja putih, heels yang tak terlalu tinggi tidak lupa handbag di tangan kirinya.
“Terima kasih” Ucap Alea sedikit membungkuk, Ken kembali tersadar dari lamunannya. Hening suasana lift yang membawa mereka ke besement apartemen. Setelah sampai Alea segera keluar dan menuju kendaraan, begitu juga dengan Ken dan Roy.
“Sepertinya wanita tadi tinggal di lantai yang sama dengan bos, ini kali ke dua kita bertemu dengannya” ucap Roy sambil memutar setir untuk melajutak mobilnya.
“Sok tahu kau Roy, aku baru pertama kali melihat dia”
“Mungkin bos tidak sadar minggu lalu kita ketemu di lift”
Ken hanya diam tidak menanggapi apa yang diucapkan Roy.
~ ~ ~
--to be continue--
*HeyRan*