Pagi ini Alea bangun dalam keadaan lebih segar dan sudah siap dengan pakaian kerjanya. Ia bangun lebih pagi karena akan ke apartemen Raka untuk membawakan sarapan yang sudah ia buat. Sedari tadi Alea menghubungi Raka tapi belum juga berhasil, mungkin ia belum bangun tidur pikirnya. Alea akhirnya pergi ke apartemen Raka tanpa menghubungi Raka lagi.
Dengan mobil HR-V, Alea melaju menembus jalanan Jakarta agar tidak terjebak macet. Tempat tinggal Raka berjarak 15 menit dari tempat Alea. Membuatkan sarapan Raka adalah hal yang jarang Alea lakukan, apalagi pada saat pertama mereka saling mengenal. Awal perjodohan tak ada drama penolakan karena mereka berdua sepakat untuk saling mengenal dan belajar mencintai dan Alea mengajukan syarat agar mereka tidak di paksa buru-buru menikah. Pada akhirnya Alea bisa mencintai Raka dan siap menerima Raka sebagai calon suaminya.
Alea sudah sampai di apartemen Raka dan segera menuju unit yang di tinggali oleh tunangannya itu. Alea langsung membuka pintu kamar karena sudah punya kartu akses yang di berikan oleh Raka. Alea masuk ke dalam dan segera menuju dapur untuk meletakkan sarapan yang ia bawa.
Setelah itu, ia melangkah menuju pintu kamar Raka. Awalnya ragu namun akhirnya dengan perlahan ia membuka kamar Raka yang tidak terkunci. Alea melihat Raka masih tertidur tenang de bawah selimut.
Alea masih beridiri di ambang pintu. Pandangannya di edarkan di dalam kamar Raka. Ia melihat baju tidur Raka yang terletak sembarangan di lantai dan Alea menduga Raka tidur dengan keadaan telanjang. Ragu-ragu Alea melangkah masuk dan memungut pakaian Raka yang ada di lantai dan meletakkan di atas tempat tidur Raka. Stelah itu Alea duduk di samping Raka dan membangunkan pria itu dengan pelan.
Di pegangnya pipi Raka dengan tangan kiri dan tangan satunya mengguncang lembut tangan Raka agar pria itu tidak terkejut. Raka menggeliat pelan karena merasa ada yang menyentuh tubuhnya. Ia mulai membuka matanya yang masih terasa berat dan berusaha menetralkan pandangannya.
“Alea...” seru Raka terkejut, “Sejak kapan kamu di sini?” tanya Raka.
Alea beranjak dari duduknya, “Mungkin lima menit Raka. Aku telpon kamu dari tadi tapi kamu tidak jawab jadi aku langsung ke sini bawa sarapan”
Raka yang masih terkejut mengedarkan pandangannya yang melihat baju tidurnya tergeletak dimana-mana.
“Aku malu dengan kondisi kamarku yang berantakan” gumam Raka.
Alea mengakat bahunya, “Menurutku wajar saja kalau pria punya kebiasaan seperti ini”
“Dan aku malu punya kebiasaan melepaskan pakaian jika aku tidur”
Alea tersenyum geli melihat wajah Raka yang biasanya gagah kini merengut karena ulahnya sendiri, “Kalau masalah kebiasaan yang itu aku no coment” goda Alea.
“Sayang...” Raka terlihat merajuk dengan candaan tunangannya.
“Sudah, cepat bangun dan kita sarapan bersama”
Alea meninggalkan kamar Raka dan pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan yang ia bawa. Ia membuat sandwich isi daging ham, keju dan buah alpukat kesukaan Raka. Setahun menjalin hubungan, sedikit- sedikit Alea mulai tahu apa yang menjadi kesukaan pria itu.
Lima belas menit kemudian, Raka keluar dengan wajah yang lebih segar dengan baju santai, “Maaf lama ya?”
“Tidak masalah. Kamu tidak kerja?” tanya Alea yang melihat Ken tidak mengenakan pakaian kerja.
“Aku harus ke Bali selama seminggu, jadi aku tidak ke kantor. Riko sudah menyiapkan keperluanku yang harus aku bawa ke Bali ”Raka duduk berhadapan dengan Alea.
Alea memberikan piring berisikan sarapan yang ia buat, "Semoga pekerjaannnya lancar dan ingat kamu harus tetap jaga kondisi kalau ke luar kota”
“Iya sayang” jawab Raka dengan senyum lebar.
“Sekarang sarapan dulu”
“Alea, terima kasih karena kamu selalu membuat aku merasa beruntung memiliki calon istri sepertimu ” ucap Raka dengan menatap penuh sayang kepada Alea.
“Jangan gombal sepagi ini, nanti aku bisa kenyang tanpa sarapan”
“Aku serius, Alea. Kenapa kamu menganggap ini Cuma bualan?” Raka nampak kesal karena Alea tidak percaya dengan ucapannya.
“Tuh sekarang malah ngambek. Aku percaya kok, karena aku juga merasa beruntung bisa bertemu dengan kamu”
Ucapan Alea sukses membuat Raka tersenyum lebar. Rasanya pagi ini ia di sambut dengan hal-hal yang membuatnya begitu bersemangat dan bahagia.
“Oh iya, semalam aku tidak sempat balas pesan dari kamu. Aku ketiduran” ucap Raka sambil menikmati sandwich yang Alea buat, “Tadi malam kamu pulang jam berapa?” imbuhnya.
“Sepertinya jam 1 malam dan karena aku ngantuk aku sempat menabrak mobil” Alea meringis mengingat kejadian buruk semalam.
Raka berhenti dengan aktifitas mengunyahnya dan segera bangkit dari duduknya berlutut di samping Alea untuk mengecek apakah Alea terluka atau tidak, “Apa ada yang luka atau ada yang sakit?”
Alea terkekeh geli melihat tingkah Raka yang berlebihan “Aku baik-baik saja, buktinya aku bisa bikin sarapan untuk kamu Raka”
Seketika Raka mendesah lega. Lagi pula pertanyaannya juga terdengar bodoj. Kalau Alea mengalami luka mana mungkin Alea ada di hadapannya sekarang.
“Aku kan sudah bilang jangan memaksakan diri, untung kamu tidak apa-apa kalau kamu kenapa-kenapa gimana?”
“Aku baik-baik saja, Raka. Kamu jangan khawatir. Oke?”
“Aku selalu kalah berdebat dengan kamu” nada pasrah terdengar dari bibir Raka.
“Raka, ini sudah siang. Aku harus segera pergi ke hotel. Kamu hati-hati ya selama di Bali”Alea melirik jam yang melingkar di wilayah, ia beranjak dari duduknya dan mengambil tasnya.
Raka yang sadar Alea akan pergi segera bangkit dari tempat duduknya. Tiba-tiba tangan Alea di pegang oleh Raka yang membuat Alea berhenti.
“Ada apa?” tanya Alea heran.
Cup!
Raka mengecup kening Alea dengan lembut seperti biasanya. Lalu perlahan bibirnya turut ingin mengecup bibir Alea. Sekatika Alea memundurkan tubuhnya karena tidak siap dengan apa yang Raka lakukan.
Raka tersenyum sama sekali tidak terkejut karena selama ini Alea tidak pernah mengijinkan raka untuk mencium bibirnya dan Raka juga tidak pernah memaksa. Maka saat sikap Alea seperti saat ini, Raka tidak marah sama sekali.
“Maaf Raka” hanya itu yang terucap dari bibir Alea lalu ia pergi dari hadapan Raka.
***
Mobil hitam milik Alea memasuki area parkir hotel khusus untuk karyawan. Saat berjalan menuju lobi ia masih melihat mobil Irisha yang terparkir. Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja. Hari ini ia ada pertemuan dengan beberapa divisi untuk sebuah proyek. Sebelum waktunya tiba, Alea masih bisa melanjutkan pekerjaannya yang lain. Rutinitas yang setiap hari Alea lakukan namun tidak pernah membuatnya bosan.
Rapat berjalan lancar dan selesai tepat pada jam makan siang. Alea berencana makan siang di kantin hotel. Beberapa karyawan terlihat sedang menikmati makan siangnya. Mereka menyapa Alea dengan ramah begitu pula Alea tak berhenti menyunggingkan senyum manisnya.
“Saya boleh ikut makan dengan kalian?” tanya Alea pada Siska dan Anton.
“Tentu saja Bu Alea, kami baru saja mulai makan” jawab Siska dengan ramah.
“Tapi saya tidak mengganggu kalian berdua kan?” tentu saja Alea tidak mau dianggap pengganggu pasangan ini makan siang.
Wajah Siska memerah mendengar godaan dari atasannya “Tentu tidak Bu Alea, malah saya senang Bu Alea mau makan bersama kami”
Mereka menikmati makan siang dengan obrolan ringan dan sesekali diiringi gelak tawa.
“Ibu Alea, tunangan ibu anak pemilik dari Horizon Company kan?” kini Anton yang bertanya.
“Iya, kenapa Anton?”
“Tidak kanapa, saya sepertinya pernah melihan tunangan Ibu Alea tapi lupa di mana” Anton nampak sedang berpikir memutar memorinya.
“Memang kamu tahu wajah dari tunangannya Bu Alea? Walaupun kamu tahu, pasti kamu lihat di majalah atau di tv. Tunangan Bu Alea kan pengusaha sukses" Siska menjelaskan kepada Anton. Alea hanya tersenyum mendengar pembicaraan mereka berdua.
“Bukan, aku lihat di sebuah club” kini Anton menatap Siska dengan serius.
“Dia memang suka club dengan teman-teman dan saya tidak melarang soal itu karena kami belum menikah” Alea berprinsip selama Raka tidak bermain dengan wanita, ia tidak akan pernah melarang mengenai pergaulan Raka dengan teman-temannya.
“Tapi saya liat ...” ucapan Anton terhenti karena Siska mengajakannya kembali bekerja.
“Sudah jangan bicara sok tahu kamu, ayo kita kembali bekerja. Bu Alea mau barengan sama kami?”
“Kalian duluan saja”
Ponsel yang tergeletak di meja tiba-tiba berbunyi menampilkan pesan dari Raka.
Raka: Alea aku sudah sampai Bali, kamu jangan nakal ya selama aku jauh
Alea: Jaga diri Raka, jangan sampai telat makan.
Raka: Pasti sayang, aku harus meeting sekarang. Nanti malam aku hubungi lagi. Love you sayang.
Alea tidak membalas pesan terakhir dari Raka. Ia kembali ke ruangan untuk melanjutkan pekerjaannya. Alea memang selalu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, bahkan saat pindah ke Jakarta ia langsung mendapat posisi Marketing Director karena ia mendapat penilaian yang bagus dari hotel di Paris tempat ia dulu bekerja. Tak heran jika banyak yang iri akan kemampuan dari Alea, tapi Alea tidak pernah menunjukkan kesombongannya. Banyak yang mengatakan Alea adalah paket komplit sebagai wanita, cantik, baik, pintar dan tidak pernah sombong.
~ ~ ~
--to be continue--
*HeyRan*