Bab 7

1477 Kata
Benar- benar Boss yang tidak berperasaan. Dari lantai 10 hingga ke lantai 15, Bian membiarkan Kyomi membawa sendiri tumpukan berkas tersebut agar tidak jatuh. Selain membuka pintu untuk Bian, Kyomi juga harus menekan tombol lift untuk mereka. "Aku akan memotong gajianmu jika satu berkas saja lepas dari tumpukan." Begitu lah ancaman pria itu saat mereka memasuki lift. Kyomi tidak memberikan respon sama sekali. Selain dia kesal kepada pria itu, dia juga malas berbincang. Akan ada jawaban Bian jika dia menanggapi ucapan boss arogannya itu. Lagi pula hatinya terlalu sibuk melayangkan sumpah serapah yang dia tujukan pada Bian. Demi upin dan ipin yang belum tumbuh rambutnya, tangan Kyomi rasanya mau patah. Percyalah bobot berkas itu sangat berat luar biasa. Selain kedua tangan yang hampir patah, lehernya juga terasa pegal karena harus memiringkan kepala untuk melihat jalan yang dia lalui. Sebentar lagi mereka akan sampai, dan penderitaannya akan berakhir. TING! Pintu lift terbuka, seseorang melangkah masuk. Bukan orang sembarangan mengingat lift yang di gunakan adalah lift khusus untuk petinggi. Kyomi memiringkan kepala ke samping untuk melihat siapa gerangan yang masuk. Kanaka Givan Atmaja, pria yang dia rusak pestanya kemarin malam. "Apa yang kau lakukan kepada Kyomi?" Kanaka melayangkan protes kepada Bian tapi kakinya mendekat ke arah Kyomi, mengambil sebagian tumpukan kertas tersebut dari tangan Kyomi. Seketika Kyomi merasakan bebannya berkurang. "Kau baik- baik saja?" Tanya pria tampan itu penuh perhatian. "Ya Tuhan, Bian, kau berniat mematahkan tangannya?" Kanaka kembali melayangkan protes kepada sahabatnya itu. Bian menanggapinya dengan acuh tak acuh. Pria itu hanya mengidikkan bahu, menatap sekilas kepada Kyomi kemudian kembali meluruskan pandangan ke depan dengab menyenderkan tubuh ke dinding. Dua tangannya di masukkan ke dalam saku sementara kedua kakinya saling bersilang. "Wajah dan gayanya benar- benar menyebalkan!" Rutuk Kyomi. "Aku yakin tangannya pasti sangat sakit." Kanaka mengambil beberapa tumpukan lagi untuk dia bawa agar meringankan beban Kyomi. "Dan berkas apa ini?" Kanaka mengerutkan dahi membaca lembaran paling atas. Laporan keuangan tahun 2018, hey ini berkas enam tahun lalu. Untuk apa Bian membawannya ke meeting room? "Ck! Kau berisik sekali Naka. Apa Kaivan sudah datang." Bian berdecak kesal dan mengabaikan pertanyaan Kanaka. "Ya, 10 menit yang lalu dia menghubungiku dan mengatakan sudah berada di lobby. Yang jadi pertanyaanku kenapa Kai harus hadir? Ini hanya rapat tahunan BKK Crop dia tidak ikut andil di sini." "Kehadirannya juga tidak akan merusak jalannya rapat." Bian menanggapi dengan enteng. Pintu lift terbuka, Kanaka melangkah terlebih dahulu di susul oleh Kyomi lalu Bian yang paling belakang. Bian mempercepat langkah menyusul Kyomi, begitu dua berada tepat di bekalang wanita itu. Bian dengan sengaja menyenggol Kyomi hingga dia kehilangan keseimbangan dan justru oleng ke depan menabrak Kanaka. Dokumen berserakan di lantai sementara dia terjatuh tepat berada di atas punggung Kanaka. "Astaga! Apa yang terjaadi di sini?" Seseorang mendekat lalu berjongkok di hadapan Kanaka yang meringis menahan rasa sakit. "Kau baik- baik saja, bro?" Tqnya pria itu. "Apa aku terlihat baik- baik saja?" Kanaka menggeram kesal. "Nona Kyomi apa kau baik- baik saja? Bisakah kau bangun dari atas punggungku?" Tanya kanaka. "Oh, maaf.. maafkan saya Tuan." Kyomi segera berdiri, dia menyesal dengan perasaan malu. Dia selalu membuat kekacauan terhadap pria itu dan sialnya ke kacauan yang terjadi selalu ada hubungannya dengan Bian. Kyomi tahu jika Bian sengaja mendorongnya dengan sengaja mendorongnya. Bian benar- benar mencari masalah dengannya. Hanya karena dirinya diam lantas Bian bisa berbuat seenaknya Kyomi sudah tidak tahan lagi, pria itu harus di beri pelajaran. "Sebenarnya apa maumu hah?" Menjaga kesopanan dan formalitas di hadapan Bian sudah tidak penting lagi. "Kau sengaja mendorongkukan?" Tudingnya secara blakblakan. Di tatapnya Bian dengan sorotan mata berang. Sungguh kesabarannya sudah habis emosinya semakin memuncak saat Bian hanya memandangnya dengan santai. "Kau mendorongnya? Sungguh?" Pria asing baru bergabung dengan mereka bertanya kepada Bian. "Ya Tuhan Bian, apa yang sedang kau lakukan ini? Kenapa kau kekanakan sekali?" Kanaka menimpali. Bian hanya mengedikkan bahu acuh, tidak tersirat rasa bersalah sama sekali di wajahnya. "Kakiku tergelincir, mau bagaimana lagi." "Aku tahu kau sengaja melakukannya!" Tentu saja Kyomi tidak percaya dengan alasan konyol yang di cetuskan pria songong tersebut. "Kenapa akku harus melakukannya? Kau fikir aku sudi bersentuhan denganmu?" "Kau pikir aku bangga kau menyentuhku? Sebenarnya apa masalahmu? Jika dengan menyiksaku adalah tugas asisten yang kau maksud lebih baik aku mengundurkan diri. Aku tidak mempunyai waktu melayani pria tua yang bertingkah seperti bocah." Tandas Kyomi tidak mau kalah. "Siapa yang kau sebut dengan bocah?" Sengit Bian mulai terpancing emosi. "Tentu saja kau!" Kyomi tidak merasa takut sama sekali. Detik ini dia putuskan bahwa pria yang paling dia benci adalah Biantara Nevalino! "Apa kau sedang menghinaku?" "Apa aku terlihat sedang memujimu?" Sarkas Kyomi dengan menyunggingkan bibir atasnya. Dagunya terangkat ke atas menantang sorot mata tajam pria itu. Memang tidak berniat untuk mengalah, Kyomi pun melakukan hal yang sama menajamkan matanya selebar- lebarnya. Keduanya beradu tatap saling menguji kekuatan. "Hentikan perdebatan ini!" Pria asing itu menengahi ketegangan keduanya. Sementara Kanaka seperti biasa dia menikmati perdebatan antara Bian dan Kyomi. "Omong- omong siapa wanita ini?" "Ck! Harusnya kau tidak menghentikan keseruan ini Kai. Kapan lagi menyaksikan seorang Biantara Nevalino tidak mampu mengendalikan emosinya." Kanaka berseru malas. "Jika tidak ada yang menghentikannya mereka akan menjadi bahan tontonan." Pria yang ternyata bernama kaivan itu menunjuk ke arah karyawan yang memang sudah membentuk kerumunan menyaksikan mereka. Bian dan Kyomi pun baru menyadarinya. Rahang Bian semakin mengeraskan dirinya menjadi bahan tontonan. Dan semua ini karena gadis lusuh ini! Dia menyalahkan Kyomi. "Bereskan kekacauan ini dan temui aku di ruang rapat lima menit lagi. Lewat dari lima menit gajianmu akan di potong." Bian memberi peringatan kepada Kyomi sebelum memasuki ruangan. "Maaf aku tidak bisa membantu mu aku harus ikut menghadiri rapat, Kyomi." Kanaka menatapnya prihatin. "Aku yang akan membantunya." Kaivan menawarkan diri. "Ya, kau benar kuserahkan padamu kalau begitu, bro." Kanaka menepuk pundak sahabatnya sebelum mengikuti Bian memasuki ruang rapat. "Jadi namamu Kyomi?" Kaivan yang memang tidak mempunyai kepentingan di dalam rapat tersebut segera berjongkok memunguti kertas- kertas tersebut. "Kyomi, Kyomi Damora." "Nama yang bagus, jadi kau karyawan baru di sini?" "Bisa di katakan begitu." "Mentalmu harus kuat jika menghadapi Bian. Dia pria malang yang trauma kepada wanita." Kaivan mengerling jenaka. "Selesai! Aku yang akan membawanya ke dalam, mari kita masuk." Kyomi dan Kaivan memasuki ruang rapat, Bian terlihat sedang serius mendengarkan masukan dan keluhan para karyawan. Wajah menyebalkan itu mendadak terlihat lebih berwibawa. Ya, di saat berkerja Bian memandang selalu bersikap serius. Kepintaran dan kepiawaiannya dalam memimpin perusahaan memang tidak kalah hebat dari sang ayah Bagas Nevalino yang memilih pensiun dini. Hanya dalam beberapa tahun, Bian sudah bisa membuat perusahaan mereka lebih maju dab lebih berkembang. Bahkan menciptakan beberapa anak perusahaan. "Baiklah rapat hari ini cukup sampai di sini, dan.." ucapannya menggantung begitu melihat kursi di sisi kirinya kosong. "Semuanya bisa meninggalkan ruang rapat ini." Bian memberi perintah. "Ck!" Dia berdecak kesal setelah ruangan sunyi, memiringkan kepala menatap kedua sahabatnya Kanaka dan Kaivan. "Jadi kalian belum menemukannya?" Kanaka dan Kaivan kompak memutar bola matanya jengah. "Sudah aku katakan kau boleh mengambil sekretarisku jika kau mau bro." Kaivan mendengus. Sungguh dia tidak tahu kenapa dia harus duduk di sini, di perusahaan Bain. Menonton pria itu memimpin rapat seperti orang bodoh. Sedangkan dia juga memiliki perusahaan sendiri yang harus dia tqngani. "Aku tidak menyukai pantatnya yang terlalu bulat dan padat." Jawab Bian enteng. "Jika kau tidak suka sekretarisku, kau bisa mengambil sekretarisnya." Kaivan menunjuk ke arah Kanaka. Kesal dan marah, itulah yang di rasakan Kaivan saat ini. Harusnya pagi ini dia mengadakan pertemuan penting dengan salah satu klinenya. Bian menghubunginya, memintanya untuk datang menemui pria itu. Terpaksa Kaivan menggagalkan pertemuan bisnisnya secara sepihak. Dan bodohnya kenapa dia menurut begitu saja, sahabat yang baik bukan? "Sekretarisnya memang tidak memiliki p****t bulat dan padat tapi Serly memiliki buah melon yang hampir saja mencuat keluar, bro. Membuatku sesak nafas saat melihatnya. Sebaiknya kau membuat aturan dalam berpakaian yang benar pada sekretarismu, Kanaka Givan Atmaja!" Bian memberi saran dengan wajah datar. Mendengar saran yang di berikan sahabat mereka Kanaka dan Kaivan kompak tertawa. "Ayolah bro! Itu menjadi hiburan tersendiri bagi kita kaum pria. Sesuatu yang di sajikan secara gratis tidak seharusnya di sia- siakan." Kata Kanaka menanggapi saran Bian. "Ya dan kau tahu Bi, aku bahkan sangat menikmati saat fantasi liarku berimajinasi. Begitu sekretarisku sengaja melenggak lenggokkan p****t bulat itu." Kaivan menambahi dengan kemesuman yang melekat pada dirinya. "Dan aku yakin setelahnya, kalian akan berlari ke kamar mandi dan bermain dengan tangan terampil kalian itu." Bian menuding sembari menatap keduanya dengab tatapan jijik. "Ayolah bro, 9 dari 10 pria melepaskan keperjakaannya dengan bermain bersama tangan mereka sendiri." Tandas Kaivan sambil terkekeh yang di benarkan Kanaka. "Aku masih di sini, apa aku tidak terlihat?" Suara Kyomi membuat ketiganya terkejut. Ya, mereka bertiga melupakan kehadiran wanita itu. "Aku tidak menyangka harus mendengar hal menjijikan dari tiga pria mapan seperti kalian. Dari pada bermain dengan tangan terampil kalian, sebaiknya kalian menikah." Kyomi beranjak dari kursinya, menatap ketiganya dengan pandangan jijik.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN