Bab 6

1124 Kata
Kyomi tidak tahu apa maksud dan tujuan Bian menjadikannya seorang asisten. Jika tidak mempertimbangkan apa yang di katakan kedua sahabatnya tentang pilihan kenapa dia harus bertahan. Sungguh dia tidak sudi berdekatan dengan Bian. Pertemuan pertama mereka memberikan kesan buruk antara satu sama lain. Dia yakin Bian akan setuju dengan pertanyaannya tersebut. Meski dia bertanya- tanya tentang alasan pria itu, Kyomi yakin jika keputusan mendadak itu bukan tanpa sebab. Dan pastinya bukan sesuatu yang menyenangkan untuknya. Pria itu pasti mempunyai maksud terselubung. Di sini lah Kyomi berdiri di depan ruangan Bian, menunggu kehadiran pria itu. Di lantai 10 hanya ada satu ruangan. Ruangan Biantara Nevalino tentunya, di sana terdapat dua meja kerja di luar ruangan. Mungkin meja sekretarisnya, yang menjadi pertanyaan kenapa sekretaris pria itu juga belum muncul? "Jam 08.00? Apanya yang tidak mentolerir keterlambatan jika dirinya saja sudah terlambat." Gerutu Kyomi. Sudah hampir satu jam Kyomi berdiri di sana. Jam 07.00, seingatnya yang di katakan pria itu. Kyomi berbacu dengan waktu saat dia bangun dan melihat jarum jam menunjukan angka 06.15. Tidak ada waktu untuk sarapan, dia mandi ala kadarnya. Mengingat rambut secara asal. Hanya pakaiannya saja yang dia pastikan sudah dia setrika dengan rapi. Sisanya, semua serba ala kadarnya bahkan lipstiknya baru saja dia usapkan di bibirnya yang ranum beberapa menit lalu. Jantungnya ketar- ketir saat dia sampai di gedung BKK Crop jam 07.03. Dia mengira jika Bian sudah di sana. "Aku haus, aku lapar, dan dia belum muncul juga." Gerutunya sambil memegang perutnya yang mulai keroncongan. Terakir kali dia makan adalah kemarin siang jadi wajar saja jika cacing di perutnya berontak. "Selamat pagi!" Suara bariton yang berasal dari balik punggungnya sontak membuat Kyomi terkejut. Dia berbalik, dan lagi di buat semakin terkejut dengan menemukan Bian yang berjarak sangat tipis dengannya. Kyomi segera memundurkan tubuhnya menghindari hembusan nafas pria itu di kulitnya. "Selamat pagi, Tuan!" Sapanya balik. "Apa dia berusaha membunuhku dengan sengaja membuatku terkena serangan jantung mendadak." gumamnya dalam hati. "Jam berapa kau tiba?" Pertanyaan basa basi dari Bian. Karena Bian melewatinya begitu saja dan memasuki ruangannya. Mau tidak mau Kyomi mengekori dari belakang. "Tepat pukul tujuh, Tuan." Bohongnya. Dia tidak ingin Bian memiliki celah untuk menyudutkannya dengan mengakui kebenaran tentang kedatangannya di jam tujuh lewat. Bian melintasi ruangan yang cukup luas. Ruangan yang di d******i warna hitam dan putih. Bian mengitari meja kerja yang bertuliskan namanya, pria itu duduk di kursi kebesarannya menautkan jemarinya menyoroti penampilan Kyomi dari atas ke bawah berulang kali dengan seksama. Sederhana tidak ada yang menarik, Bian memberi penilaian untuk dirinya sendiri. Entah apa yang dia pikirkan saat meminta wanita itu menjadi asistennya. Sungguh, kini dia mempertanyakan hal akan hal itu? "Aku tidak menyangka kau akan datang sepagi itu." Akhirnya Bian membuka mulut setelah beberapa menit memperhatikan sosok Kyomi. Mendengar ucapan pria itu sedikit membuat Kyomi kesal. Hey, apa dia lupa jika dirinya lah yang meminta Kyomi datang jam 07.00. "Saya hanya berusaha seperti yang anda katakan bahwa anda tidak mentolerir keterlambatan." "Aku sangat menyukai orang yang menghargai waktu. Pertahankan itu!" Pungkasnya seraya mengalihkan tatapannya dari Kyomi. Di bukanya macbook untuk memeriksa schedulenya hari ini. Dia ada rapat setengah jam lagi. Kyomi tidak tahu apa yang harus dia lakukan selain mematung di tempat menunggu Bian memberikan instruksi. Tepatnya seperti apa pekerjaan yang harus dia lakukan sebagai asisten pria itu. Satu menit, dua menit, hingga sepuluh menit berlalu. Bian masih saja fokus di layar persegi yang ada di dalama genggamannya. Sementara Kyomi mulai merasa pegal pada kaki. "Ehem.." Sengaja Kyomi berdeham untuk menyadarkan Bian bahwa dia masih ada di dalam ruangan tersebut. Mungkin saja pria itu lupa dan berhasil, pria itu mengangkat tatapannya. Bian menaikkan sebelah alis melihat Kyomi yang masih berdiri di tempat. "Apa kau tidak lelah berdiri sejak tadi?" Tanyanya dengan wajah heran. "Anda tidak meminta saya untuk duduk." Jawab Kyomi kesal. Kyomi masih dengan sikap formalnya meski pun dia sangat kesal kepada Boss nya itu. Kyomi tetap berusaha mennjaga ketenangannya batinnya. "Saya sudah berdiri sejak sepuluh menit yang lalu jika ada penasaran, Tuan." Kyomi mengumamkan berharap pria itu merasa tersentil. "Jika kau lelah, harusnya kau duduk di mana saja asal tidak di atas pangkuanku lagi." Sahut Bian dengan enteng. Menekan kata lagi di akhir kalimat. "Tahan, Kyomi. Kendalikan amarahmu, dia adalah bossnya dia aturan di sini." Kyomi bermonolog di dalam hati, berusaha mengingatkan dan menyemangati dirinya sendiri. "Jadi pekerjaan seperti apa yang harus saya lakukan, Tuan?" Tanya Kyomi. "Kita akan membicarakannya nanti, duduklah!" Perintah Bian. Bian mengalihkan fokusnya kembali ke macbook. Mau tidak mau Kyomi akhirnya berbalik memilih untuk duduk di sofa. Baru saja Kyomi hendak mendaratkan pantatnya. Suara Bian membuatnya berdiri tegak kembali. "Tugas pertamamu, buatkan aku kopi hitam dengan setengah satu sendok teh gula." Perintah Buan tanpa menoleh pada Kyomi. Kyomi segera berjalan ke arah mesin pembuat kopi yang memang tersedia di ruangan tersebut. "Kopi anda, Tuan." Kyomi meletakkannya di atas meja. Pria itu tidak bergeming dan tidak meresponnya sama sekali. Memangnya apa yang Kyomi harapkan? Ucapan terima kasih dari nya? Ck! Harapan yang terlalu tinggi Kyomi. Kyomi akhirnya mendaratkan b****g di sofa, mengistirahatkan kakinya yang sudah pegal akibat berdiri terlalu lama. "Tugas keduamu, bawakan berkas ini ke ruang rapat." Suara Bian kembali memberi perintah. Kyomi menoleh dan melihat berkas menggunung yang di tunjukkan Bian dengan dagunya. "Kau serius memintaku membawa berkas itu?" Seketika formalitas yang Kyomi jaga sejak tadi di abaikan. "Jadi kau beharap aku membawanya sendiri?" Bian balik bertanya dengan sorot mata mengejek. Tahan Kyomi! Sabar, Kyomi kembali mengingatkan dirinya. Dia beranjak untuk melaksanakan tugas keduanya. Sejak pria itu memintanya jadi asisten. Kyomi tahu ini tidak akan mudah untuk di jalani. Bian memperhatikan Kyomi yang berusaha memindahakan dokumen- dokumen itu ke tangan. Baru setengah berkas sudah hampir menutupi wajahnya. "Sepertinya aku tidak bisa membawa semuanya." Gumam Kyomi. "Bisa?" Bian mengambil sisa berkas dan meletakkan semuanya di atas tumpukan yang sudah ada di tangan Kyomi. Benar saja, Kyomi tidak bisa melihat jalannya lagi wajahnya tertutupi dokumen itu. "Lantai 15." Kata nya lalu Bian mempersilahkan Kyomi untuk berjalan terlebih dahulu. Kyomi berjalan terlebih dahulu dengan penuh hati- hati dan perlahan. Sampai di depan pintu, dia menunggu Bian membuka pintu untuk mereka. Harapan itu sirna saat Kyomi melongokkan kepala ke samping. Yang dia lihat Bian justru bersedekap menunggu Kyomi yang akan membuka pintu untuk mereka. "Tidak ada Boss yang membuka pintu untuk bawahannya." Kata pria itu dengan wajah congak seakan tahu apa yang di inginkan Kyomi. Rasanya dia ingin melempar berkas yang menggunung tersebut ke wajah Bian. Sungguh sangat menggoda untuk di lempar wajahnya itu. Jika Kyomi ingin menguji nyalinya, dia harus segera melakukannya tanpa banyak berpikir. Nyatanya Kyomi tidak punya nyali untuk melakukannya. Kyomi akhirnya berusaha sendiri dengan mengunakan kaki untuk membuka pintu tersebut. Perjuangan yang di iringi dengan makian juga sumpah serapah yang dia tujuhkan untuk Bossnya. "Aku akan membalasmu, Boss sialan!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN