Chapter 61 : Bangsal Ramai

1924 Kata
“Yang Mulia, apa yang Anda lakukan disini?” ucap Neville bingung sementara Gavin berusaha memeluknya dengan keras. Neville membalas pelukan itu. Meskipun heran dan bingung menjadi satu. Ia memandang tatapannya ke Baroth dengan tajam. Namun Baroth, malah memalingkan mukanya sambil bersiul-siul seakan-akan tidak terjadi apa-apa  “Kenapa Yang Mulia Gavin ada disini Baroth? Coba jelaskan!” gugah Neville kebingungan. Namun Baroth sama sekali tidak menjawabnya. Malahan Gavin memeluknya kembali dengan keras dan sangat erat-erat. Ia memandang lengan penasihatnya itu dan merasa bersalah atas apa yang terjadi dengan dia. Lengannya yang hanya berbentuk seperti onggokan daging dan tulang tanpa ada jari-jari menghiasi setiap ujungnya. “Aku sendiri yang menyuruhnya untuk mengantarku kesini. Aku mengancam akan memecatnya apabila dia tidak menurutiku!” ucap Gavin dengan tegas. Hal itu membuat Neville lupa kalau Gavin masih seorang anak-anak seperti pada umumnya. Neville pun menunduk membalas pelukan Gavin. Sembari memeluknya, ia melirik Baroth yang ada di belakangnya menengadah mengangkat tangannya ke atas seakan-akan dai tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perkataan Gavin. “Bagaimana kondisimu Neville? Sungguh maafkan aku, gara-gara aku kau jadi begini. Aku tidak ingin kau mengalami penderitaan seumur hidupmu.” Ucap Gavin sambil menangis.  “Tidak apa-apa Tuan. Aku sungguh lebih menyesal bila tidak menyelamatkan Anda dan membuat Anda mengalami cedera lebih parah dibandingkan aku. Dan aku sudah tidak apa-apa, sehat dan bugar seperti sedia kala. Menurut Anda, kenapa aku berpakaian rapi lengkap dengan jas seperti ini?” kata Neville menunjukkan bajunya yang bersih tanpa ada noda bekas pertarungan menempel di tubuhnya. “Tunggu, sudah berapa lama aku tertidur dan tak sadarkan diri? Kenapa kau bisa jauh lebih sembuh dibandingkan aku?” tanya Gavin penasaran. Karena menurut dia, rasa-rasanya baru kemarin bertarung melawan Tetua Drehalna. Dan tidak ada waktu yang berjalan terlalu cepat baginya. Namun Gavin tidak bisa benar-benar meyakininya. Mungkin dia memang membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan Neville dan Baroth dalam pemulihan luka. “Kurang lebih, Anda sudah terbaring di ranjang selama seminggu Tuan” Gavin menganga. Tak percaya bahwa dia tertidur tak sadarkan diri selama itu. Perkiraannya, dia hanya mengira tertidur selama 2-3 hari. 7 hari merupakan batas maksimum seseorang bisa terluka dan masih bisa disebut “keren”, karena biasanya orang lemah lah yang mempunyai waktu pemulihan lebih lama. Saat dia pulang dan berada di Yagonia, tentu dia tidak akan menceritakan perihal tentang itu kepada Marioth atau Gilbart, karena akan menjadi sangat memalukan. “Selama Anda tertidur, aku sudah melakukan administrasi dan semua urusan diplomatis yang tersendat semenjak kedatangan kita kemari Tuan. Yagonia dan Izia sudah melakukan perjanjian perdamaian yang diperbarui. Dengan kontrak yang sama dan sedikit perubahan dibandingkan perjanjian miliki mendiang kakek Anda Bardillac Osteriz, yaitu bahwa pengiriman gemstone akan menjadi sesuai kemampuan warga Izia dan tidak terpaku oleh jumlah tertentu. Namun, pasokan makanan yang akan kita kirim akan sesuai dan setara dengan jumlah Gemstone yang kita terima. Aku rasa itu adalah keputusan paling bijak yang bis akita ambil saat ini Tuan. Maafkan aku bila keputusanku mungkin mengecewakan Anda atau mungkin mendahului Anda Tuan” Neville berbicara dengan sangat panjang lebar sambal menaruh tangannya ke dadanya. “Tidak Neville, kau sudah melakukan yang terbaik yang kau bisa. Justru aku lah seharusnya yang bersyukur karena memiliki penasehat sepertimu yang membantuku meskipun aku tidak seberguna itu dimatamu. Maafkan aku Neville, karena selalu menjadi beban dan kerugian di matamu” Balas Gavin dengan isakan yang mulai pelan dan air mata jatuh membasahi pipi kian mengering Balasan Gavin membuat Neville tidak senang sama sekali. Ia melanjutkan, ”Tidak Tuanku, bukankah aku sudah pernah bilang sebelumnya? Bebanmu adalah bebanku, masalahmu adalah masalahku, begitu juga bahagiamu adalah bahagiaku. Aku sudah bersumpah mengatakan ikrarku kepada khalayak umum bahwa Anda adalah Rajaku. Aku akan melakukan apapun agar Anda tetap hidup dan melakukan pekerjaan yang mungkin dianggap tidak mungkin bagi orang lain dengan anak seumuran Anda. Aku akan senantiasa mendampingi Anda dan membantu Anda Tuan”. “Hey Neville, lihatlah ke jendela. Sepertinya acara sudah dimulai disana” Sahut Baroth menunjuk ke hadapan jendela dengan kerumunan yang banyak. Di tengah-tengahnya ada sebuah panggung  yang terbuat dari kayu dan beberapa meja untuk di duduki. Neville melihat ke arah Jendela itu dan meantap dengan tajam.  “Kau juga Baroth, terima kasih telah mendampingiku dan membantuku dalam segala kesulitan ini. Apalagi dengan rencana Neville yang memang aku akui sangat sembrono. Aku tidak menyalahkan kemampuan Intelektualmu Neville, tapi kau memang perlu membicarakan banyak hal dengan kami perihal rencana liarmu itu. Akan sangat berbahaya bagi kami bila suatu saat melakukan rencanamu dan kami salah paham dengan itu Neville” Ucapan terima kasih Gavin kepada Baroth membuatnya sedikit tersentuh. Walaupun bukan pertama kalinya ia mendapat ucapan rasa terima kasih, namun saat menerimanya dari Gavin, ada yang berbeda, seolah-olah mendapatkan penghargaan besar dalam hidupnya. Sementara Neville yang mendengar ucapan itu dari Gavin melengoskan kepalanya ke arah lain seakan-akan tidak mendengar apa yang terjadi.  “Anda tidak perlu menyebutkannya Tuan. Sama seperti ucapan Neville tadi, sudah menjadi tugasku untuk menjaga Anda dari berbagai macam bahaya. Namun aku agak sedikit tidak setuju bila Anda menyebutnya sebagai bahaya, karena seperti yang Anda lihat, aku tidak tergores sama sekali setelah pertempuran kemarin.” Baroth membalas ucapan Gavin dengan senyuman yang bukannya terlihat manis malah terlihat menakutkan. “Namun untuk perihal Neville, aku tidak akan pernah memaafkanmu. Jika kau melakukan hal konyol seperti kemarin. Camkan, kemungkinan terbaik yang aku bisa katakan adalah menjebakmu ke atas bukit dan meninggalkanmu sendirian disana sambal dipatuk oleh burung gagak bersenandung nada kematian” Baroth menunjuk muka Neville dengan sangat keras. Namun Neville masih tetap saja pura-pura tidak mendengarnya dan malah seakan-akan pergi bergegas berjalan keluar kamar. “Ohh… tidak sepertinya kita telat. Yang Mulia, apakah Anda bisa berjalan dengan normal? Karena yang akan kita lakukan adalah sesuatu yang amat sangat penting bagi Izia dan Yagonia. Aku sebenarnya hendak melakukannya sendirian karena mengira kondisi Anda masih sangat buruk. Namun setelah melihat Anda disini, apakah Anda ingin ikut denganku? Tentu aku tidak akan memaksa” Ajak Neville “Apa yang akan kita lakukan?” tanya Gavin kebingungan. “Apa Anda tidak melihat jas yang aku kenakan? Ayolah tidak apa-apa. Ikut saja denganku.” Dengan didampingi Baroth dan Neville, mereka berdua pergi menuju lapangan tempat dimana jendela depan itu berada. *** Berdesak-desakan dengan orang-orang Izia membuat Gavin sedikit pusing karena dia tidak terbiasa berada di kerumunan seperti itu. Meskipun ada Neville di depan dan Baroth di belakangnya, orang-orang itu terlalu fokus untuk melihat panggung di depan mereka. Sampai-sampai tidak mengenal orang di sekitar mereka yaitu Raja Yagonia.  Gavin mendengar di depan panggung, seorang Wanita berbicara dengan sangat lantang dan terdengar jelas dari semua penjuru. Ia familiar dengan suara Wanita itu, saat Gavin mendongak ke atas, dan benar saja, itu adalah Aalina yang sedang mengucapkan ikrarnya sebagai Tetua Suku Izia yang baru. Dengan dandanan serba mewah berupa mahkota yang terbuat dari batang pohon emas diukir dengan indah dan baju dari kain sutra linen yang tipis namun masih meninggalkan kesan kemewahan yang tidak dapat tertandingi. Dan juga dandanan Aalina yang terlihat sangat cocok dengan wajahnya, memakai serbuk merah muda yang dia sebarkan di pipi dan lipstik berwarna merah delima terlukis menjuntai dari bibir bawah sampai bibir atasnya.  Sementara disampingnya, berdiri sosok pria yang kemungkinan adalah Gert dilihat dari perawakan badannya yang besar penuh otot. Dia menggunakan Armor yang menutupi seluruh tubuhnya dengan kain pohon besi yang kuat mengindikasikan kalau dia menjadi penjaga atau pengawalnya selama ritual berlangsung. Di Pinggangnya tergantung dua buah pisau berbentuk mata sabit yang tertutup dengan sarung mengikuti ukiran mata pisaunya melengkung hampir seperti lingkaran namun patah di ujungnya. Gavin sudah berada di depan panggung. Melihat Aalina dengan jelas berpidato dan mengucapkan ikrar sucinya. Ia melihat sekeliling orang-orang Izia yang ada di sekitarnya, menatap Aalina dengan penuh harapan dan kepercayaan tinggi. Mungkin, ini baru pertama kalinya bagi mereka mengikuti upacara pelantikan seperti ini. Percaya sepenuhnya kepada Tetua Drehalna meskipun Sebagian besar dari mereka tidak mengenal dengan betul siapa dia sebenarnya. Dan sekarang, orang yang memimpin mereka adalah orang yang benar-benar mereka kenal dan ketahui. Mereka yakin dengan adanya Aalina sebagai pemimpin mereka yang baru tidak akan ada tipu daya ataupun kekacauan yang mengganggu hunian mereka setelah benar-benar damai selama beberapa tahun. “Dengan aku ada disini, sebagai perwakilan dari Hutan dan Suku Izia, memanggil perwakilan dari Yagonia untuk ikut berdiri bersamaku mengucapkan ikrar janji suci perdamaian dan kerja sama untuk selamanya” Mendengar ucapan Aalina, Neville langsung saja menarik tangan Gavin untuk ikut bersamanya naik ke atas panggung. Namun, Gavin sedikit memberontak, karena dia tidak menyiapkan kata-kata yang pantas untuk diucapkan ataupun berpenampilan yang layak untuk mempertontonkan dirinya kepada khalayak umum, apalagi orang Izia yang notabene belum mengenalnya dengan baik. Dia masih berpakaian santai bekas ia kenakan sembari dirawat di tempat semacam rumah sakit tadi.  Hingga akhirnya, Gavin mau ikut bersama Neville diatas panggung. Ia menaikinya pelan-pelan, takut terjatuh dan malah mempermalukan dirinya sendiri. Neville sudah sadar akan hal itu, dia menuntun Gavin pelan-pelan menggunakan tangan kanannya yang masih tersisa dengan utuh. Sementara di atas panggung, Aalina tersenyum dengan manis dan anggun di saat bersamaan menyambut Gavin dan Neville untuk datang ke atas panggung berdiri mengucapkan ikrar bersama dengannya. “Oke, kau sudah hafal dengan apa yang akan kita katakan bukan Neville? Kita harus mengatakannya bersama. Sementara Anda Yang Mulia, bisa mengikuti setelah ucapan kami. Apa Anda mengerti” melihat ucapan Aalina yang mengatakan hal itu kepada Gavin dengan riang gembira membuatnya heran. Dia sama sekali tidak terlihat sebagai orang yang terluka atau habis melakukan pertarungan sengit, apalagi dengan saudaranya sendiri. Antara memang Aalina sudah melupakannya dan memutuskan untuk melanjutkan hidup dengan damai ataupun memang Aalina adalah orang yang pandai menyembunyikan kepedihan dan kepahitan di hidupnya sampai-sampai dia tidak terlihat sebagai orang yang paling terluka disini “Kami, Suku Izia dan Yagonia, bersumpah atas Dewa dan Dewi Matahari, untuk senantiasa menjaga ikrar kami. Saling menjaga dan mengayomi. Mengabdi tulus kepada semua makhluk bumi. Dan tidak akan ada konflik, perbedaan, ataupun hal yang tidak seimbang menghambat perjanjian perdamaian kami. Dan kami, Suku Izia dan Yagonia, bersumpah atas nama Dewa dan Dewi Matahari, akan selalu menjaga keutuhan Negeri kami. Dan senantiasa mengabdi apapun yang terjadi” Aalina dan Neville berbicara dengan lantang seraya diikuti oleh semua khalayak yang hadir di lapangan itu. Mereka mengangkat tangan mereka dan mengatupkan kedua jari telunjuk dan tengah mereka sebagai symbol kalau mereka benar-benar mengatakan hal yang sesungguh ya dan menanamkan ucapan itu dalam hati mereka. Sementara Gavin, meskipun seharusnya ikut mengucapkan ikrar bersama Gavin dan Aalina, malah ikut berikrar mengikuti semua orang yang berada disana. Lalu tiba-tiba, Aalina menundukkan badannya ke arah Gavin. Sambil mengarahkan kepalanya ke bawah, ia berkata, “Dan aku secara pribadi, tidak mewakili Suku Izia, Tetua, ataupun Malvirto, akan mengabdikan jiwa dan ragaku kepada Raja Yagonia, Raja Gavin Osteriz” Gavin sungguh kaget mendapatkan respons itu dari Aalina. Dia tidak tahu harus berkata apa-apa, Neville juga tidak memberitahukannya sebelumnya. Ia melirik ke arah Neville dan menarik jasnya dengan keras, mencoba mencari tahu apa yang seharusnya ia lakukan. Neville juga memasang raut muka kebingungan. Seakan-akan ini bukanlah bagian dari rencana yang akan ia lakukan sebelumnya. Namun sebelum Gavin membalas, Aalina berdiri dengan tegak dan merendahkan kepalanya kepada khalayak penonton. Sontak, Tindakan Aalina mendapatkan tepuk tangan yang sangat riuh sampai-sampai seisi lapangan hanya terdengar tepuk tangan dengan megah. Gavin hanya menatap ke arah penonton sambal melambaikan tangannya dan tersenyum manis. Gavin tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Sementara di depan panggung, ia melihat Baroth yang bukannya ikut tepuk tangan malah tertawa terbahak-bahak seakan sangat puas. Gavin tidak tahu apa yang membuatnya tertawa seperti itu. Yang jelas, ia akan memukul kepala Baroth karena membuatnya malu berada di atas panggung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN