Chapter 64 : Legenda Raja Reicos

1878 Kata
1000 tahun yang lalu, tepatnya saat Izia dan Yagonia masih menjadi bangsa yang utuh. Hidup sosok pemimpin bernama Raja Reicos. Selama ia memerintah, kedua bangsa itu berada di puncak peradabannya. Tersohor hingga seluruh tempat dan terkenal akan kemajuannya. Kemajuan ini termasuk dalam segala bidang seperti ilmu sihir, teknolog, dan juga kesenian. Sampai-sampai, banyak orang dari negara tetangga yang berkunjung ke Yagonia hanya untuk mempelajari bagaimana negara ini bisa berkembang sampai sejauh itu.  Pasukan militer Raja Reicos dikenal dengan pasukan militer yang sangat kuat. Tidak bisa dikalahkan oleh siapapun, bahkan pada zaman itu, dimana Naga dan monster masih banyak berkeliaran, Ibukota Yagonia adalah satu-satunya tempat sekaligus benteng yang tak pernah tembus oleh serangan musuh oleh pihak luar. Semua orang yang berada dan hidup di dalamnya hidup damai dan tentram tanpa konflik  Namun konflik sesungguhnya tidak terjadi luar benteng, melainkan di dalam ibukota itu sendiri. Banyak pihak-pihak yang ingin menggulingkan tahta raja Reicos karena jika dibiarkan begitu lama, nasib para bangsawan yang menjabat di ibukota akan menjadi ancaman. Karena keputusan Raja Reicos yang selalu bijak dan tepat membuat semua keputusan bangsawan menjadi tidak penting. Seakan-akan fungsi mereka tidak lagi dibutuhkan di dalam kerajaan.  Tidak hanya bijak. Raja Reicos juga memiliki kekuatan yang sangat dahsyat, mitos mengatakan kalau dia adalah titisan langsung Dewa Matahari yang turun ke bumi karena kemampuan pertempurannya yang luar biasa. Para Bangsawan yang ingin menurunkan tahta Raja Reicos tidak bisa hanya dengan menggunakan prajurit biasa melawannya. Karena bukan hanya dia sendiri, pasukannya yang ada pada saat itu merupakan pasukan terkuat Yagonia yang pernah ada sepanjang masa. Masing-masing dari panglima para ksatria dibekali oleh pusaka suci untuk membantu mereka dalam pertarungan. Hingga akhirnya, Para bangsawan memutuskan untuk memanggil Sebuah Celestial dan bersekutu dengannya agar bisa mengalahkan Raja Reicos dan pasukannya. Pada saat ritual melakukan pemanggilan, salah satu Celestial bernama Amykkos, yang memiliki wujud naga dengan tanduk di atas kepalanya dan sayap burung merpati setuju untuk membantu para Bangsawan mengalahkan Raja Reicos dan menggulingkan tahtanya. Namun dengan satu syarat, Amykkos harus menyerap tenaga dari Raja Reicos dan membuat dirinya menjadi satu bagian bersamanya. Para bangsawan tentu saja setuju akan hal itu, karena itu sama sekali tidak merugikan mereka. Hingga akhirnya, hari p*********n telah tiba. Seekor naga raksasa berkulit emerald turun dari langit menyerbu langsung ke ibukota. Ia mengeluarkan cakar-cakar yang ada di tangannya dan menusuknya langsung ke tanah menggoncangkan seluruh ibukota. Tidak ada yang mengantisipasi hal itu, karena kedatangan Amykkos sungguh sangat tiba-tiba dan cepat. Dengan teriakan yang sangat menggelegar dan tinggi. Amykkos berkata “Dimana Raja Reicos?”. Raja Reicos yang berdiri tepat di ujung menara paling tinggi, membawa pedang dan tombaknya menunjuk ke arah Amykkos. Tubuh Amykkos yang raksasa dan sangat besar hampir seperempat bagian ibukota tidak membuat Raja Reicos gentar sama sekali. Ia justru menantangnya dan berkata “Aku disini, jika aku yang kau cari. Kemarilah”  Dengan kemampuan Raja Reicos yang mampu terbang di udara. Pertempuran antara dia dan sanga celestial Amykkos berjalan begitu lama. Para panglima yang memiliki pusaka suci tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu rajanya, karena level kekuatan mereka jauh di bawah Reicos. Sudah 7 haru 7 malam pertarungan berlangsung tanpa henti. Seakan-akan kedua makhluk itu tidak memiliki rasa letih dan tenaga yang tak terbatas. Amykkos cukup terkesan, karena ini baru pertama kalinya ia melawan seseorang dan seimbang. Namun Amykkos memiliki rencana lain, ia ingin membunuh semua warga Yagonia yang ada di bawahnya menggunakan sihir meteor massal miliknya. Menghancurkan semua rumah dan bangunan yang masih berdiri kokoh, dengan sedikit hempasan meratakan semuanya dengan tanah tak tersisa. Sementara para prajurit suci. Benar-benar kewalahan, mereka tidak bisa mengalahkan Amykkos ataupun membantu semua warga untuk dievakuasi. Banyak korban tak berdosa berjatuhan akibat ulah Amykkos yang terkutuk. Melihat warganya yang menderita, Amykkos tak bisa tinggal diam. Ia bertarung dengan sangat serius kali ini. Dan itu memang merupakan hasil yang dia harapkan setelah menghancurkan ibukota rata dengan tanah.  Di hadapan banyak warga dan prajurit yang tersisa. Raja Reicos mengaku kalau dia memang adalah utusan Dewa Matahari, dia kemari untuk menjaga perdamaian dan membuat semua rakyat di Yagonia untuk hidup dengan makmur. Namun setelah ia mengucapkan itu, tak lama ia kemudian mengucapkan selamat tinggal, karena harus meninggalkan kerajaan yang ia cintai ini  ia akan menggunakan jurus pamungkasnya untuk mengalahkan Amykkos sang Celestial terkutuk. Namun, jurus pamungkas itu akan membuat nyawanya menjadi taruhan. Namun Raja Reicos merelakan itu semua, demi warganya. Semua warga baik Kaum Izia maupun Yagonia menangis mendengar perkataan Raja Reicos, mereka tak percaya bahwa dia akan meninggalkan mereka secepat itu. Namun sudah tak ada waktu lagi, Amykkos hendak melancarkan serangan keduanya menargetkan para warga dan banguna-bangunan di bawah. Tiba-tiba, awan yang sebelumnya mendung, bergerak dengan sangat cepat, membuat tubuh Raja Reicos tersorot oleh sinar matahari. Membuat tubuhnya berubah menjadi kuning keemasan di sekujur tubuh dan melepaskan mahkotanya jatuh ke tanah kepalanya tertutup oleh sebuah emas yang hanya menyisakan sebagian matanya untuk melihat ke depan. Amykkos merasa sangat tersanjung dengan usaha Raja Reicos untuk mengalahkannya. Mereka berdua akhirnya bertumbuk dan bertarung sekali lagi. Baik Raja Reicos maupun Amykkos mengeluarkan teknik terbaik mereka dengan pertarung. Akan tetapi, pada akhirnya Amykkos kalah dalam pertempuran itu. Ia sekarat dan jatuh ke tanah. Sementara Raja Reicos yang terlihat kehabisan energi sihir harus ikut terjatuh juga ditangkap oleh kawanannya yang berada di bawah. Amykkos tidak terima dengan kekalahannya, sesuai dengan janjinya ia akan menyerap semua sisa-sisa energi dari Raja Reicos menjadi satu bagian dari dirinya. Namun naas, usaha Amykkos sia-sia, energi sihir yang dimiliki Raja Reicos bukanlah energi biasa, saat ia mencoba menyerapnya, sanga naga malah merasa kekenyangan dan menghancurkan badannya sendiri sementara Raja Reicos yang tak sadarkan diri, tiba-tiba tubuhnya terangkat ke atas langit. Ada sorotan cahaya matahari mengelilingi tubuhnya. Dan sesuatu tiba-tiba berbicara kepada para Warga dan prajurit yang tersisa. “Aku akan mengambilnya kembali ke atas kahyangan waktu dia telah habis, Namun jangan pernah lupakan hari ini sebagai hari penting kalian.” Suara yang mereka dengar sangat lembut dan kasih sayang. Banyak yang mempercayai bahwa suara itu adalah suara Dewa Matahari sendiri kepada mereka, dan Raja Reicos telah memenuhi tugasnya sebagai seorang Raja yang bijaksana. “Semenjak hari itu, kita semua orang Yagonia merayakan hari ini sebagai hari kebangkitan Raja Reicos yang ditarik ke langit bersama Sang Dewa” Ufap salah satu bapak-bapak berperut gendut dan memegang sebuah mainan berupa Raja Reicos dan sang Celestial. “Aku sudah bosan mendengar cerita ini, apakah menurutmu kita lebih baik langsung bergerak ke Lapangaba” Ucap Gilbart kepada Marioth dan Gavin di sampingnya. Mereka pun langsung berdiri beranjak pergi meninggalkan bapak-bapak dan anak-anak kecil lainnya. “Hey tunggu dulu, kau masih belum bayar” Teriak bapak-bapak tadi meminta bayaran setelah ia menceritakan semua kisah tentang Raja Reicos sampai habis. Tanpa menoleh kebelakang, Gilbart langsung melempar sekantung penuh dengan emas ke arah tangan bapak-bapak tadi. Karena sudah berlari cukup jauh, Gilbart mendengar ucapan terima kasih yang perlahan-lahan mulai memudar.  “Hei, Marioth mengapa menurutmu upacara dan hari perayaan ini dilakukan oleh Kuil Matahari? Maksudku berdasarkan legenda, seharusnya ini adalah acara kerajaan bukan? Kenapa Kuil matahari ikut campur dan malah mengambil alih mengatur acara ini?” tanya Gilbart penasaran sambil berlari menuju balai kota. Sementara Gavin hanya diam saja meskipun orang yang paling valid untuk ditanyai adalah dia. Gilbart tidak berharap banyak oleh orang yang lupa dengan tanggal besar. “Aku tidak tahu sejak kapan. Namun dulu memang kerajaan lah yang mengatur semua hal tentang upacara ini. Namun suatu ketika, Kuil matahari meminta untuk mengambil alih dan mengatur semua upacara yang ada. Karena aku rasa, legenda Raja Reicos sangat berkaitan langsung dengan kepercayaan Dewa Matahari. Kisahnya hampir terdengar seperti salah satu kisah suci. Dan itu membuat orang-orang semakin yakin dengan keberadaan Dewa Matahari. Kemudian, kuil Matahari juga memiliki ritual khusus untuk menyambut hari ini. Jadi mereka berpikiran untuk kenapa tidak menggabungkannya menjadi satu saja? Selain menghemat anggaran juga bisa membantu beban kerajaan. Aku rasa mungkin seperti itu. Namun aku kurang tahu bila ada sesuatu kurang tepat untuk mengkonfirmasikannya. Benar bukan, Gavin?” tanya Marioth kepada Gavin.  Gavin tidak tahu harus menjawab apa. Dja hanya menganggukkan kepalanya dan berkata, “Ya, aku rasa kau mungkin sudah benar”.  Mereka bertiga sudah berada di lapangan. Di depan ada sebuah panggung besar dengan ornamen hijau khas kuil matahari dan emas khas kerajaan. Semuanya bercampur menjadi satu menjadi kesatuan yang indah. Sementara penonton berdiri berdesak-desakan melihat panggung yang ada di depan mereka. Seakan-akan tak mau ketinggalan dan menonton upacara itu dengan khidmat. Tidak hanya orang dewasa, banyak anak-anak yang naik ke bahu orangtua mereka agar bisa melihat penampakan di atas panggung dengan lebih jelas. Sementara gerombolan anak-anak yang lain berdiri di lapangan sebelah tenggara yang lebih tinggi daripada tempat berpijak orang-orang di depan panggung biasanya. Memang tempat itu menjadi tempat khusus bagi para anak-anak yang ingin menonton agar bisa melihat dengan jelas tanpa terganggu oleh orang dewasa yang tingginya jauh melebihi mereka Alunan lagu mengiringi panggung itu seraya dengan petikan senar harpa dan tiupan terompet menjadi perpaduan yang sempurna. Alunan lagu itu menandakan proses sedang berlangsung. Gavin bisa saja ketinggalan melihat prosesinya karena memang berjalan tidak begitu lama.  Karena muak saat berada di tribun tenggara yang terlalu jauh tidak bisa melihat dengan jelas, Gilbart mengajak Gavin dan Marioth untuk menerobos ke jalur tengah orang dewasa dan mengganggu orang-orang. Namun Gilbart tidak memperdulikannya. Mereka disahuti oleh orang-orang yang ada disana, semua itu demi membawa Gavin dan Marioth berada di depan panggung. Gavin bingung, apa yang membuat Gilbart bertindak segitunya? Sesuatu apa yang ingin ditunjukkan kepada dia? Hingga akhirnya, ketiga anak itu berhasil menerobos ke luar dan melihat panggung secara langsung tepat di depan muka mereka. Gavin melihat sesosok anak berkepala plontos dan jubah berwarna emas duduk dan terpaku diam. Anak itu  menghadap ke belakang panggung sehingga wajahnya tidak bisa kelihatan dengan jelas oleh mereka yang berdiri menonton di depan. Sementara di depannya, ada seorang laki-laki berbadan gemuk dan sama plontosnya dengan orang-orang yang disekitarnya, membawa sebuah mahkota berwarna emas dengan kedua tangannya   Saat gong dibunyikan, anak itu berbalik dan duduk kembali menghadap para penonton, dia menundukkan kepalanya masih belum memperlihatkan mukanya dengan jelas. Namun Gavin merasa ada yang aneh, ia merasa pernah melihat anak itu sebelumnya, dan upacara ini, tidak pernah ia lihat dilaksanakan sebelumnya. Karena biasanya saat upacara di jam seperti ini berlangsung, Kuil matahari akan mempertunjukkan drama di atas panggung tentang Raja Reicos dan segala kisahnya mengalahkan Sang Celestial Amykkos.  Gavin mencoba bertanya kepada Marioth dan Gilbart, “Upacara apa ini sebenarnya? Dan siapa dia? Kenapa aku merasa pernah melihatnya sebelumnya” tanya Gavin dengan polos. “Kau lihat saja, nanti kau akan mengerti dan paham sendiri dengan apa yang ku maksud” Bocah itu  mendongakkan kepalanya ke arah penonton. Gavin langsung sadar, dan teriak kalau dia adalah “Noy!, kenapa dia ada disana?” tanya Gavin yang tidak mendapat jawaban apapun dari Gilbart ataupun Marioth “Aku Baristiua Govandrin pada hari ini menobatkan Noy Gerbert sebagai putra dan titisan langsung kuil matahari” Biksu gendut tadi memasangkan mahkota ke atas kepala Noy yang botak. Sontak, tindakannya itu mendapat sorak sorai dan gegap gempita dari para penonton yang berada di sana menyaksikan dengan khidmat. Sementara Gavin masih tidak paham dengan apa yang terjadi.  Gavin melihat wajah Noy dengan tajam yang berada tepat di depan jangkauannya meskipun agak jauh, hingga akhirnya Noy menyadari kalau sosok di depannya adalah “Gavin, apakah itu benar kau?”.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN