Chapter 65 : Anak Matahari

1928 Kata
Upacara berhasil diadakan dengan khidmat. Semua orang gembira dengan apa yang mereka lihat dan saksikan di atas panggung tadi. Mereka semua menabur bunga yang ada dalam keranjang ke atas langit membuat suasana semakin meriah. Diiringi dengan tarian dan nyanyian lagu merdu yang digantikan oleh musisi Yagonia di atas panggung. Gavin, Gilbart, dan Marioth ikut senang dan gembira melihat suasana yang mereka rasakan di lapangan itu. Namun ada sesuatu yang masih mengganjal di benak Gavin, yaitu sosok Noy yang duduk diatas panggung mengindikasikan kalau dia adalah titisan kuil matahari. Gavin sama sekali tidak mengerti apa arti dari kata-kata itu. Dan juga ia heran, bukankah keberadaan Noy disembunyikan oleh khalayak umum? Apa yang terjadi apabila identitas Noy diketahui oleh publik dan membuat musuh Yagonia datang untuk menculik Noy sekali lagi? Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja mengusik pikiran Gavin yang gusar semenjak tadi. “Gavin ayo, kita harus pergi ke belakang panggung!” seru Gilbart mencoba menarik Gavin dan Marioth untuk bergegas. Gavin tidak tahu apa yang ingin anak itu lakukan di belakang panggung, apalagi sekarang musisi terkenal sedang bermain menghibur mereka semua. Dia sama sekali tidak ingin ketinggalan dan menikmati alunan musik dari musisi itu.  “Apakah kau tidak dengar The Gist sedang bermain saat ini? Ini pertama kalinya bagiku mendengar lantunan nada mereka secara langsung setelah sebelumnya hanya mendengar lagu mereka dari nyanyian orang lain.” Namun Gilbart sama sekali tidak mendengarkan ucapan Gavin, ia langsung menariknya saja dengan keras dan bergegas berjalan menuju belakang panggung. Sementara itu Marioth yang sudah berjalan di depan Gavin hanya melirik Raja Yagonia itu dengan maksud untuk menyetujui perintah Gilbart. Semenjak Gilbart datang ke kastil dan kamar miliknya, dia tidak berkata apa-apa dan mengesankan kesan misterius.  Ada firasat yang mengatakan membawanya ke lapangan untuk melihat upacara berlangsung tadi bukanlah tujuan utamanya, melainkan memiliki tujuan lain yang masih belum bisa Gilbart katakan. Gavin masih belum tahu soal apa itu. Tapi yang jelas, menurut pengalamannya, antara sesuatu yang amat sangat keren, ataupun sesuatu yang sangat amat bodoh. Hanya dua pilihan itu yang bisa dia harapkan dari sosok Gilbart. “Ternyata kau disini” Ujar Gilbart yang berhasil sampai di belakang panggung. Hanya berupa kain putih menjuntai dari atas yang dipasang kerangka kayu, belakang panggung menjadi tempat istirahat dan bersantai orang-orang yang telah berada di atas panggung. Disana ia melihat biksu yang melepaskan baju dari kuilnya berganti dengan baju santai. Seorang biksu tidak mendedikasikan hidupnya hanya memakai baju kuil setiap hari, ia juga memiliki kehidupan yang lain selain mengurusi kuil matahari dan menyembah Dewa. Dan juga ini merupakan hari yang membahagiakan, sudah sepatutnya ia ikut bersenang-senang seperti warga Yagonia pada umumnya. Sementara itu, sosok bocah dengan kepala botak duduk di kursi sambil menunduk. Sesaat setelah mendengar suara Gilbart yang berteriak keras, kepalanya mendongak ke atas terkejut akan kehadiran 3 kawannya yang datang secara tiba-tiba menghampirinya.  “Gavin, Gilbart, Marioth? Apa yang kalian lakukan disini? Tidakkah kalian seharusnya menikmati festival Balon yang ada di lapangan?” Jawab Noy terkejut namun senang dengan kehadiran mereka bertiga menghampirinya di belakang panggung. “Apa yang kau katakan? Tentu saja kita tidak bisa menikmati festival ini bila tiada dirimu Noy” jawab Gilbart dengan riang. Setelah bertemu dengan Noy di kuil matahari, ketiga anak itu merasa kalau ada yang kurang kalau bermain dan melakukan aktivitas bersama-sama. Sekarang, Noy menjadi anggota dari gerombolan anak-anak berisik itu. “Hai Noy, apa kabar? Rasa-rasanya seperti sudah lama sekali aku tidak bertemu dan mengetahui kabarmu” Sapa Gavin yang memang merindukan Noy semenjak ia datang dari Hutan Izia ke ibukota. “Apa maksudmu Yang Mulia? Justru kami lah yang seharusnya menanyakan bagaimana kabar Anda setelah mendengar bahwa Anda berada di Hutan Izia untuk melakukan sebuah misi. Aku penasaran bagaimana misi itu berjalan hingga menghilangkan salah satu penasihat dan orang terkuat di Yagonia?” Noy bertanya balik, rupanya bahwa kabar tentang dirinya dan Neville sudah terdengar di segala penjuru Yagonia.  Meskipun agak sedih dan berat mengatakannya, karena Noy, Gilbart, dan Marioth adalah teman-temannya dia harus meluapkan segala emosi yang berkecamuk di dalam dirinya dan dilepaskan kepada seseorang. Dan Gavin, menganggap ketiga anak itu adalah orang yang cocok untuk menerima segala keluh kesahnya. “Sebaiknya kita mencari tempat yang aman dan sepi terlebih dahulu” bisik Marioth kepada tiga temannya itu “Aku takut jika Gavin menceritakan apa yang sudah ia alami. Seseorang akan mendengarnya dan malah membocorkannya ke pihak musuh. Kita harus berhati-hati pada saat seperti ini.” Meskipun ucapan Marioth masuk akal, namun orang yang seharusnya mereka waspadai satu-satunya disini adalah Marioth Sang Ratu Gosip. Karena tidak ada pilihan lain, Noy menuntun mereka untuk keluar dari belakang panggung menuju tempat yang lebih sepi. Cukup lama mereka berjalan hingga akhirnya dia menemukan sebuah tempat duduk yang berhadap-hadapan dengan meja berbentuk bundar di tengahnya. Suasananya sepi namun masih terdengar suara alunan musisi The Gist membuat Gavin sedikit bergidik menikmati alunan musik mereka. Tak lupa, keranjang yang penuh dengan bunga mereka taruh di atas meja belum mereka tabur sama sekali. “Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?” Ucap Marioth memecahkan keheningan. Mereka semua diam dan tak berbicara apa-apa. Walaupun mereka tidak bertemu belum cukup lama, namun rasa canggung masih mengisi diri mereka membuat semuanya menjadi merasa tidak nyaman. “ehhhmmm….” Ucap Gavin mencoba ingin bertanya kepada Noy namun dia tidak tahu harus mulai darimana.  “Sudah 3 bulan aku tidak menemuimu Gilbart, kenapa tubuhmu bisa berubah sangat drastis? Maksudku sebelumnya kau memang berbadan cukup bongso, namun sekarang perut-perut dan massa di lenganmu terlihat sangat berisi. Apa yang kau lakukan selama ini?” tanya Gavin. Namun Gilbart tidak menjawabnya, ia hanya melirik ke arah Marioth dan Noy tanpa berkata apapun. Dan rasa-rasanya, entah kenapa pertanyaan Gavin tidak cocok untuk dia tanyakan di saat seperti ini “Ehh… Ya kau tahu. Kau pernah bertemu dengan ayahku sebelumnya, dia melatihku dengan sangat keras sehingga memaksaku untuk mengikuti segala perintahnya. Andai saja kau tahu neraka apa yang kuhadapi, aku yakin kalian semua yang mengalaminya tidak akan sanggup untuk menjalani hidup dengan normal” Gilbart menunduk dengan berkata dengan nada rendah dan tidak bersemangat seperti biasanya. Dilihat dari perkataan Gilbart, kemungkinan besar Latihan yang ia hadapi sehingga mental dan pikirannya kena “Yah setidaknya aku berhasil mendapatkan ini semua!” Gavin melengkukkan lengannya berusaha menunjukkan massa ototnya yang terbentuk dengan sempurna. Ia berkata dengan tersenyum lebar sambil menunjukkan gigi-giginya yang rapi dan tersusun sempurna. Gavin dan yang lain ikut kaget dan tertawa mendengar ucapan Gilbart yang bisa mengembalikan suasana hatinya sendiri dengan tiba-tiba. Sama seperti Gilbart yang mereka kenal sebelumnya. “Lalu kau Noy, apa yang sebenarnya terjadi tadi? Aku tidak pernah mendengar prosesi atau istilah tentang titisan Dewa Matahari. Apakah kuil matahari pernah melakukan kegiatan itu sebelumnya? Karena percaya padaku, setelah aku berada di Hutan Izia, aku agak sedikit ngeri dengan kata-kata ‘Dewi’ atau ‘Dewa Matahari’” tanya Gavin, karena sesungguhnya, kejadian melawan Tetua Drehalna masih tetap membekas di pikirannya selama ini meskipun sudah lama waktu telah berlalu. “Aku masih bingung denganmu Yang Mulia, bagaimana Anda tidak mengerti apapun tentang semua hal berhubungan dengan kerajaan? Aku rasa aku memang berharap terlalu berlebihan kepada Anda Yang Mulia” ucap Noy yang mencoba menggoda Gavin sama seperti biasanya “Sudah kubilang jangan panggil aku Yang Mulia!” balas Gavin yang mulai kesal dengan Noy yang selalu menggodanya bila ada kesempatan. Namun Noy, Gilbart, dan Marioth tertawa mendengar hal itu.  “Tentu Yang Mulia” balas Gilbart dengan suara cekikan yang kentara “Titisan kuil matahari bukan berarti seseorang benar-benar menjadi orang yang dikaruniai oleh kekuatan Dewa dan turun ke bumi. Sama sekali tidak. Itu hanyalah sebuah gelar untuk memberikan kepada anak yang mempunyai kemampuan luar biasa dalam energi sihir yang nantinya akan menjadi perwakilan Kuil Matahari dalam segala bidang. Memang ini jarang sekali dilakukan oleh kuil matahari karena mereka tidak biasanya menerima anak ajaib untuk diasuh. Dan kasusku, aku merasa mereka beruntung bisa mendapatkanku di saat seperti ini. Dan juga, aku bukanlah orang pertama kali yang menyandang gelar ini. Ada sosok lain jauh di atasku yang pernah menyandangnya juga” Jelas Noy membuat Gavin paham. Namun Gilbart dan Marioth mengalihkan pandangannya kepada kerumunan orang yang menonton pertunjukkan seakan-akan mereka sudah mengetahui apa yang terjadi dengan Noy “Hey, apa kalian sudah mengetahuinya sebelumnya?” tanya Gavin merasa tidak dihargai dengan pertanyaannya yang sebelumnya. “Tentu saja kami sudah mengetahuinya” Jawab Marioth dengan santai “Kenapa kalian tidak memberitahuku?” tanya Gavin kesal “Kenapa kau tidak bertanya? Kami sudah lama mengetahuinya dan aku kira kau sudah mengetahuinya juga dengan konesksimu yang berada di dalam kastil.” Jawab Marioth balik yang merenung membuat gavin berpikir apa saja yang sudah dia lakukan di dalam kastil hingga tidak mengetahui kabar sepenting ini. Ia berasumsi kalau Neville adalah sosok dalang dibalik semua ini. Ia memilah informasi dan kabar apa saja yang ia boleh tahu dan terima. Gavin mengepalkan tangannya dengan perasaan amat sangat kesal yang memuncak dari dalam hati.  “Bagaimana dengan latihanmu Gavin? Aku dengar semenjak kau berkunjung di Hutan Izia kau sudah rutin melakukan latihan dengan intensif, Namun” Gilbart melenggak-lenggokkan kepalanya melihat tidak ada perbedaan kentara terlihat dari Gavin,  “Tubuhmu masih terlihat biasa dan sama saja daripada sebelumnya. Apa kau yakin latihan itu sungguh berpengaruh kepadamu, maksudku, kau boleh ikut bersamaku dan latihan bersama. Aku yakin ayahku akan mengizinkannya bila kau sendiri yang meminta” Gilbart, Marioth, dan Noy masih belum tahu kalau Gavin adalah adalah satu pengguna sihir. Dia pintar menyembunyikannya kepada orang lain karena bila sembarang orang tahu, bisa berakibat fatal bagi kestabilan dan kedaulatan Yagonia. “Yah, sebenarnya aku adalah pengguna sihir” Gavin menunjukkan sebuah angin topan kecil di atas telapak tangannya.  Ketiga anak itu tidak percaya dengan apa yang berhasil dilakukan oleh Gavin, mereka menganga dan merasa itu adalah hal yang mustahil. Apalagi seorang anak kecil bisa menguasai elemen sihir angin yang dikenal cukup susah untuk dikendalikan. “Itu bukan trik murahan atau semacamnya kan Gavin?” Tanya Marioth masih tak percaya. Namun Gavin tak menjawabnya, ia malah membatalkan sihirnya itu dan menutup menggenggam kembali tangannya sama seperti semula. Meninggalkan tanda tanya bagi anak-anak yang melihat itu barusan. “Aku memiliki banyak cerita untuk aku katakan kepada kalian semua. Dan aku takut kalian semua tidak akan mempercayaiku dengan apa yang akan kukatakan nantinya” dengan nada sesumbar, Gavin akan bercerita tentang saat-saat Izia berada di Izia. Namun ia mempersiapkan teman-temannya untuk mempercayai apa yang akan dia Katakan. “Baiklah aku tertarik, hal paling menakjubkan apa yang kau temukan di Hutan Izia selain hutan dengan dikelilingi pohon aneh dan hewan-hewan liar?” Tanya Gilbart dengan sedikit meremehkan. “Kau pasti tidak percaya yang akan aku katakan. Aku bertemu dengan seorang Elf yang hidup dan berbicara langsung denganku! Bahkan aku dan dia sudah menjadi teman akrab!” kata-kata Gavin sungguh sangat tidak bisa dipercaya oleh Gilbart ataupun Noy yang notabene memang lebih percaya dengan mitos  “Jangan bercanda Gavin, aku tidak akan terbuai dengan trik murahanmu, mana mungkin ada ada seorang Elf hidup di zaman seperti ini?” Tanya Gilbart yang sangat meragukan kata-kata Gavin. “Tunggu dulu, aku belum selesai, tidak hanya Elf, aku juga bertemu mayat hidup di sana, atau kalian lebih familiar menyebutnya dengan Ghoul.” Ucap Gavin dengan sangat serius dan penuh antusias. Namun, Gilbart mengalihkan pandangannya ke arah Marioth seraya bergumam sendiri kepadanya “Oke, Marioth, jadi apa yang sudah kau lakukan selama 3 bulan ini?” tanya Gilbart. “Hey!! Jangan mengacuhkanku!! Aku berkata hal yang sungguh terjadi!!” teriak Gavin yang kesal setelah melihat Gilbart, Noy dan Marioth mengacuhkannya seakan-akan yang baru saja dia katakan hanyalah dongeng murahan para pedagan di balai ibukota
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN