Ucapan Freda memang tidak dapat dipercaya bila seseorang langsung mengatakan seperti itu. Bahkan orang terdekatnya seperti Urfinn saja butuh beberapa waktu untuk mempercayainya. Urfinn bukanlah seorang yang taat, namun saat dia sadar kalau dia adalah menikahi sosok suci, Membuatnya menjadi orang yang sangat bijaksana daripada sebelumnya. Freda masih belum mendapat potongan memorinya dengan utuh. Dia hanya berkata bahwa penyakitnya bukanlah sesuatu yang dapat dihindari, Urfinn harus wajib dan rela untuk mengikhlaskannya. Tidak ada orang selain Urfinn yang tahu soal itu karena informasi itu tentu saja selain sulit dipercaya, mendapatkan banyak kecaman dan kekacauan di orang Izia. Karena, hampir keseluruhan dari mereka masih percaya, tentang sosok Dewi Matahari yang akan turun kembali ke tempat mereka
5 tahun sudah berlalu. Sejak hari itu, kaki Freda sudah benar-benar lumpuh tak dapat digerakkan, beberapa kali ia mencoba melakukan terapi atau pengobatan lain tidak ada yang benar-benar bermanfaat.
Sementara Pollen, sudah tidak bersama keluarga mereka lagi. Dia hidup sendirian di dalam hutan dengan Tetua Drehalna yang sesekali mengunjungi dan merawatnya. Larion dan Aalina juga sering bermain ke tempatnya, ingin mengetahui bagaimana kondisi terkininya. Pollen berkata kalau ia tidak dendam dengan siapapun, namun Larion dan Aalina tahu kejadian yang pernah ia alami waktu itu tentu saja selalu membekas di hatinya. Sia berkata kalau dia ingin hidup mandiri sekarang. Karena itu satu-satunya jalan untuknya agar bisa bertahan hidup, untuk sekarang. Pollen mengetahui bagaimana kondisi Freda sekarang. Ia bersimpati dengan orang yang pernah mengasuhnya itu.
Larion yang merasa bersalah atas kejadian yang menimpa ibunya. Setiap hari ia terus saja berkeliling hutan, bersama Aalina mencari obat yang mungkin mujarab untuk dipakai oleh ibunya. Namun tentu saja tidak ada yang berhasil. Larion juga sempat mengajak Pollen kembali pulang, bertemu dengan Freda kembali, berharap ibunya kembali menjadi normal. Namun sia-sia, saat memeluk Pollen di depan matanya, kaki Freda tetap terasa kaku. Untuk beberapa saat Larion berharap sebuah keajaiban terjadi. Namun ia menyerah dengan keajaiban datang itu, datang merayunya dengan sangat keras dan ditinggalkan tanpa jejak.
Karena merasa Larion sudah membuat kesalahan yang fatal, Urfinn tidak ingin kesalahan itu terjadi kembali. Ia akhirnya memutuskan untuk mengajak Aalina sebagai seorang ia suruh sebagai semacam asisten apabila ada urusan Izia untuk dilakukan. Awalnya Larion merasa tidak masalah, karena sebenarnya Larion tidak terlalu suka dengan hal-hal yang berbau politis.
“Ada apa ini?” tanya seseorang berbadan besar melihat Aalina datang dari balik pintu tempatnya bekerja. “Perkenalkan, ini anak gadisku Aalina. Mulai dari sekarang, dia adalah wakilku. Jika kalian ingin menyampaikan sesuatu dan aku sedang tidak ada di tempat, kalian boleh menyampaikan itu kepada dia terlebih dahulu. Mungkin beberapa dari kalian sudah kenal siapa dia. Tapi ya, dia menggantikan tugas Larion mulai hari ini.” Tidak ada yang meragukan atau menanyakan alasan Larion berhenti saat itu. Karena memang, semua orang tahu apa yang sudah terjadi kepadanya.
“Halo salam kenal semuanya, perkenalkan namaku Aalina. Aku harap bisa membantu kalian semaksimal mungkin, tolong bantuannya ya” Aalina menundukkan kepalanya, ucapannya disambut dengan hangat oleh orang-orang yang ada disana. Hingga salah satu orang berbadan besar tadi datang menyalami Aalina
“Halo, namaku Gert, kepala penjaga hutan. Kau mungkin akan lebih sering bertemu denganku dibanding yang lainnya. Tolong kerjasamanya juga ya.” Salam Gert yang masih memiliki tubuh proporsional saat itu. “Oh, iya. Salam kenal juga ya, namaku Aalina.” Lalu semua orang yang ada di tempat itu ikut bergantian menyalami Aalina dan berkenalan dengannya.
Saat ini, Larion seperti orang yang benar-benar berbeda daripada yang Aalina, Urfinn, atau bahkan Freda kenal. Ia sangat sering keluar rumah, meninggalkan ibunya sendirian. Tidak ada dari keluarganya yang tahu apa yang sedang Larion lakukan, yang mereka tahu adalah Larion melakukan sesuatu untuk menambah pengetahuannya soal dunia, tempat yang ditinggali. Karena mereka tahu, dibandingkan seluruh anggota keluarganya, Larion adalah orang yang paling cerdas.
“Mau kemana Lars?” ucap Freda merintih duduk diatas kursi dengan roda dibawahnya mendengar langkah suara anak laki-lakinya terburu-buru mencari sesuatu. “Aku akan keluar bu, seperti biasa. Ibu jangan khawatir” Jawab Larion dengan keras agar ibunya mendengar.
“Apakah kau tidak ingin sehari saja, tetap di dalam rumah, menemaniku sepanjang hari ini? Pinta Freda dengan pelan. Karena Freda sudah lama berada sendirian di dalam rumah, meskipun dia masih bisa melakukan apa-apa sendiri. Dia tetap perlu ditemani seseorang. Urfinn setiap hari sudah meminta Larion untuk menjaga ibunya itu, namun Larion tidak pernah mendengarkannya.
“Aku hanya sebentar ibu, aku berjanji akan kembali pulang sebelum matahari terbenam. Aku bisa pastikan itu” Tanpa menunggu balasan ibunya, Larion langsung saja beranjak pergi keluar, meninggalkan pintu terbuka lebar terdorong oleh angin.
Tidak ada yang mengetahui apa yang sehari-hari Larion lakukan. Karena sesungguhnya dia melakukan eksperimen berharga. Itu dimulai ketika Larion dan Aalina pergi ke Gua Falkreth, tempat yang memiliki banyak sekali kandungan batuan alam di dalamnya. Tak terkecuali gemstone. Namun, Gua ini sudah tutup dan dilarang untuk beroperasi lagi. Mereka memblokir akses dan seluruh jalan menuju ke gua ini, dikarenakan saat banyak orang masih menambang di gunung ini, banyak orang yang meninggal atau hilang selama proses penambangan. Tidak ada yang tahu apa atau bagaimana bisa orang-orang itu hilang. Orang Izia juga tidak berani melakukan proses penyelidikan karena mereka takut orang yang menginvestigasi tempat tersebut menjadi korban selanjutnya. Dan juga, Gua Falkreth bukanlah satu-satunya tempat dengan kandungan Gemstone yang banyak, masih ada lembah Grouser, yang meskipun masih berada sama-sama di area pegunungan Grouser.
Aalina dan Larion waktu itu nekat mencari apa penyebab dari hilangnya para penambang. Namun saat mereka mencari, tidak ada satupun tanda-tanda keanehan yang terjadi. Mereka hanya menemukan bekas alat-alat penambang terkubur dalam debu dan tanah.
Namun sebenarnya, Larion menemukan sesuatu, sebuah batuan kristal berwarna merah pekat.Batuan itu memiliki kemampuan energi sihir yang jauh daripada yang gemstone miliki. Larion menyembunyikan itu dari Aalina merasa bahwa itu memang temuannya dan Aalina tak boleh tahu tentang itu.
Sesaat pulang dari tempat itu , Larion mencoba mencari tahu apa sebenarnya batuan itu. Karena desa Izia tidak memiliki tempat semacam perpustakaan, Larion pernah suatu waktu menyelinap dan pergi dari hutan Izia. Ia bertemu dengan sekawanan barbarian yang mendirikan tenda dekat dengan pegunungan Andex. Ia pergi selama 2 hari meninggalkan rumah. Mencari pedagang yang mungkin saja lewat di tempat itu. Dan tentu saja, tak lama setelah dia berada di tempat itu, dia menemukan pedagang menjual buku yang ia butuhkan. Buku tentang batuan-batuan di Odessa dengan segala sifatnya.
Tidak ada yang curiga dengan Larion saat itu, meskipun dia adalah seorang Izia sekalipun. Karena Larion sudah pandai berbicara dan menirukan aksen bicara orang Barbarian membuat mereka percaya kalau dia adalah salah satu kaum mereka. Larion memegang buku itu, dia membuka sebagian dari halamannya yang tampak usang san sudah robek di ujung-ujung kertasnya. Baunya seperti sudah melalui banyak lumpur dan rawa berkali-kali. Saudagar itu tidak membiarkan Larion dengan mudah membaca buku itu, dia langsung saja meminta Larion untuk membayar.
Larion kaget, dia tidak pernah mengantisipasi kemungkinan itu sebelumnya, karena tentu saja, mata uang Izia berupa kuku kadal api tidak mungkin berharga bagi penjual itu. Dia merogoh kantungnya, mencoba mencari benda berharga yang mungkin dapat ditukar. Larion tak menemukan apapun saat itu, ia pun kabur dari kaum barbarian dan saudagar, itu. Kembali ke dalam hutan.
Hingga akhirnya, Larion tahu kalau batu merah yang dia temukan adalah batu Armanites, batu yang sangat langka menyimpan energi luar biasa. Banyak orang yang mencari batuan itu, dan takhayul berkata. Baruan itu dapat mengabulkan segala permintaan seseorang. Baik itu menyembuhkan, ataupun menghidupkan kembali.
Selama 5 tahun pula lamanya, Larion mencoba bereksperimen menggunakan Armanites. Ja sering mencari kodok, ataupun rusa, ataupun hewan liar lainnya untuk dia cederai dan kemudian menggunakan Armanites untuk mengobatinya. Tak ada satu pun yang berhasil, malahan, Batuan itu merubah hewan-hewan itu menjadi bentuk lain, bentuk yang aneh. Lalu kemudian, mati dengan perlahan tak bisa beradaptasi dengan tubuh mereka menjadi tidak proporsional.
Hingga akhirnya, suatu keajaiban terjadi, di sore hari saat itu , Gavin menemukan seekor monyet berkaki kuda, ia terjatuh karena terkena perangkap Larion, kakinya patah. Larion pun menangkap monyet itu.
Dan seperti biasa, Larion menggunakan ilmu sihir yang dia pelajari dipadu padankan dengan eksperimen yang berkali-kali ia coba. Ia memasukkan ramuan-ramuan untuk monyet itu minum. Dan menyetrum kaki monyet itu dialiri tenaga gemstone dan campuran Armanites. Tak disangka-sangka, kaki monyet itu berhasil sembuh dan berlari ke dalam hutan.
Larion menduga mungkin saja eksperimen yang dia lakukan berhasil karena Monyet mempunyai badan atau anatomi yang mirip dengan manusia. Hingga dimulailah eksperimen Larion kepada ibunya sendiri. Ia merasa teknik yang ia lakukan akan benar-benar manjur dan membuat ibunya kembali sembuh.
Larion dengan buru-buru pulang ke rumah sambil membawa peralatan Armanites. Dia berteriak dengan keras “Ibu! Aku datang membawa penyembuh untuk kakimu!” Seru Alrion dari luar rumah. Namun saat ia membuka pintu, ia melihat Aalina, berdiri di samping ibunya, membantu Freda untuk kembali berdiri duduk diatas kursi setelah tersungkur ke tanah. “Apa yang terjadi?” Tanya Aalina kebingungan.
“Entahlah, aku baru saja datang, tidak lama setelah kehadiranmu. Aku menemukan ibu sudah jatuh tergeletak disini sejak tadi” Jelas Aalina yang sama-sama kebingungan. Merasa tidak ada waktu. Larion langsung saja membantu Aalina menopang ibunya yang lemas tak sadarkan diri kembali duduk di kursi rodanya. Larion juga mendorong kursi ibunya itu keluar rumah, ke tempat yang lumayan lapang.
“Apa yang akan kau lakukan?” Tanya Aalina kebingungan sambil berusaha menghalanginya. “Aku akan mengobatinya Al” balas Larion dengan sangat percaya diri.
Tepat berada di tengah-tengah lapangan. Larion langsung memberi minum Freda sama seperti ramuan yang ia berikan kepada monyet tadi. Ia merekatkan kaki Ibunya itu dengan akar rerumputan agar tetap bersatu, disalurkannya kaki itu menggunakan ranting-ranting pohon untuk menyalurkan energi sihir. Dengan sekuat tenaga. Larion langsung menggesekkan dua buah Armanites dan Gemstone di udara dibarengi beberapa mantra dan energi sihir miliknya. Menghasilkan sebuah pancaran sinar yang amat sangat terang. Aalina berlari menuju Larion, berusaha menghentikannya. Namun ia terlambat, Larion sudah berhasil menyetrum tubuh ibunya itu.
Namun tubuh Freda, seakan-akan memberontak, Guratan cahaya yang sebelumnya ada di tubuhnya kembali muncul, kali ini menyebar ke seluruh tubuh, menolak memberikan tubuhnya dengan cuman-Cuma. Pancaran sinar itu berlangsung cukup lama. Larion nampak mulai kelelahan, karena sihir ya yang masih kasar dan belum terasah tidak bisa menahan selama itu. Dan kemudian Pancaran itu berhenti. Larion jatuh tergeletak.
“Larion!” teriakan Urfinn terdengar dari balik rumah. Melihat istrinya yang masih duduk di atas kursi itu tak berdaya, dia mengecek denyut nadi sang istri. Kakinya tak tampak bergerak. Masih kaku, malah lebih parah. Benar-benar sangat sulit digerakkan. Denyut nadinya berhenti, sunyi seperti senyapan malam. Urfinn menangis. Larion yang masih terbaring di tanah tak mengerti alasannya menangis. Ramuan dan tata caranya benar-benar akurat sama seperti yang dia lakukan pada monyet tadi. Tak mungkin bisa salah
Lalu dengan pelan-pelan menundukkan kepala. Urfinn berucap, “Ibu kalian telah tiada”.