Chapter 67 : Legenda Spectre Vale

1844 Kata
Spectre Vale memang memiliki banyak sekali versi cerita tentang asal-usulnya. Dan yang baru saja diceritakan oleh Gilbart merupakan salah satu versinya. Namun versi yang diceritakan oleh Gilbart bukan merupakan versi paling populer yang paling banyak diceritakan oleh orang-orang. Versi yang paling populer tentang Spectre Vale adalah tentang suatu kerajaan dan seorang putri yang tinggal di salah satu kastil di wilayah itu. Diceritakan suatu hari ada seorang putri dalam suatu kerajaan kuno yang ada di kerajaan itu ingin sekali mendambakan seorang pangeran datang ke kastilnya untuk mengobati rasa kebosanannya, terkungkung sendirian hanya bersama para pelayan dan ayahnya yang juga merupakan Raja di wilayah itu. Sang Raja tentu saja paham dengan apa yang diinginkan oleh anaknya, namun ia tidak bisa mengabulkannya begitu saja, karena putri itu akan dijodohkan dengan seorang Raja yang sudah tua dan buruk rupa di negeri seberang. Mendengar rencana ayahnya itu, sang putri tentu saja tidak setuju dengan apa yang dilakukan Sang Ayah kepada dirinya. Ia mencari berbagai macam cara agar bisa lolos dan kabur dari istana dan berkelana. Namun Sang Ayah mengetahui rencana yang akan dilakukan anaknya tersebut, hingga akhirnya dia menangkap anaknya dan mengurungnya sendirian di penjara bawah tanah agar tidak bisa kabur keluar dari istana. Dengan penjagaan ketat dikelilingi oleh prajurit terkuatnya, Sang Putri benar-benar tidak bisa keluar dan bebas dari penjara itu. Hingga berbulan-bulan lamanya, Sang Putri yang awalnya cantik jelita dan memiliki kulit mulus, sekarang kondisinya sangat buruk dengan kulit mengerut dan kasar seperti orang tua. Di kondisi fisiknya yang masih muda itu, Sang Raja menghukumnya dengan sangat kejam dan tanpa belas kasihan. Meskipun dia adalah anaknya sendiri. Para penjaga yang menjaga sel tahanannya melihat kondisi putri itu, terlihat sangat menyedihkan dan menakutkan di saat yang bersamaan. Salah satu penjaga terbersit keinginan untuk membebaskan putri itu, mengajak mereka keluar bersama mereka. Hingga suatu hari, seorang pria muda dengan wajah pucat membawa lentera, menyelinap masuk ke dalam penjara bawah tanah, hendak menemui sang putri itu secara langsung, tentu saja para penjaga curiga dengan siapa pria itu sebenarnya. Energi sihir yang memancar dalam dirinya sangat besar dan masif.  Namun mereka bingung, bagaimana seseorang dengan aura sebesar ini bisa masuk ke dalam kastil dan lolos tanpa ada yang menyadarinya? Pria muda itu masih membawa lentera hijaunya, melewati para penjaga. Ada rasa aneh dan misterius yang dimiliki Pria muda itu, mereka yang hendak menyerangnya dengan segala kemampuannya tiba-tiba mengurungkan niatnya. Seakan-akan sihir dari lelaki itu menghalangi niat para penjaga untuk menyerangnya. Hingga akhirnya tibalah Sang Pria dengan rambut putih panjang sampai ke telinga dan poni mengurai ke tengah datang ke sel milik Sang Putri. Dia berkata kalau dia bisa membebaskan Sang Putri dari tempat ini asalkan dia menikah dan tinggal bersamanya selamanya. Tanpa bertanya apa pun, Sang Putri tentu saja menerima usulan itu, ia sudah muak dan bosan berada di tempat ini. Menggerogoti jiwa dan pikirannya. Namun Sang Pria memiliki satu syarat, bahwa dia harus mengabdikan jiwanya kepada Sang Pria, dan menjadikan mereka bisa bersatu dan abadi selamanya. Sang Putri lagi-lagi menerima persyaratan itu, karena akhirnya dia bisa menemukan seorang belahan jiwa yang selama ini dia idam-idamkan. Namun persyaratan Sang Pria tak berhenti disitu, jika ia menyetujui segala permintaan dan persyaratan Sang Pria maka ia harus membalas dendamkan segala penderitaan dan kekacauan kepada ayahnya sendiri, Sang Raja.  Semua persyaratan yang ditawarkan Pria muda itu tak ada sama sekali yang memberatkan Sang Putri, malahan, persyaratan itu menjadi hal yang selama ini hidupnya idam-idamkan. Membalaskan dendam atas semua penderitaan yang ia alami kepada Sang Ayah. Kemudian, Pria muda itu membuka sel milik Sang Putri, menyerap jiwanya dengan menggunakan lentera yang ia pegang di tangan kanannya. Tak ada penjaga yang hendak menghentikan yang akan dilakukan Pria itu, karena mereka tahu, ajallah yang akan menghampiri mereka nantinya. Jiwa yang diserap itu tidak berlangsung lama, dan seketika, tubuh sang putri kembali menjadi cantik jelita. Dengan perut berisi dan kulit mulus seperti dirinya semula.  Sang Putri kemudian memeluk Pria yang akan menjadi pengantinnya itu. Setelah menyerap jiwa Sang Putri, wujud pria muda itu ikut berubah dengan menambah sebuah armor berwarna hitam menempel lekat di tubuhnya, sementara sebuah topeng berbentuk tengkorak juga terpasang di setengah wajahnya. Membuat penampilannya benar-benar mengerikan. Para penjaga hanya bisa bergidik ngeri ketakutan. Pria muda dan putri itu lalu naik ke lantai atas, menemui Sang Raja secara langsung dan membalaskan dendam Sang Putri. Kaget tak karuan, Sang Raja yang sedang menyantap makan siangnya terjatuh dari kursi mewahnya dengan makanan yang tumpah. Sang Raja tidak menyangka Sang Putri bisa kabur dari penjara bawah tanah dengan sangat mudah.  Sang Raja berteriak memanggil penjaga, namun tak ada yang kunjung datang. Dia berteriak berkali-kali sampai tenggorokannya kering dan serak. Lalu tanpa disangka-sangka pria itu membawa seonggok m***t para penjaga yang menancap tembus dari pedangnya. Mengucurkan darah yang deras dari atas lehernya. Sang Raja teriak ketakutan sambil menangis, memohon ampun agar Sang Pria dan anaknya itu mengampuni nyawanya  Namun, Sang Putri malah tertawa dengan histeris, seakan-akan sangat menikmati penderitaan yang dialami ayahnya itu. Dia langsung saja berjalan mendekati Sang Raja dengan menjulurkan cakar panjang dari kukunya. Sang Putri benar-benar memiliki kepribadian yang berbeda setelah jiwanya diambil. Benar-benar kejam dan tanpa ampun. Lalu tanpa rasa kasihan dan ampun, Putri itu menancapkan kukunya ke arah jantung sang Ayah membunuhnya dengan sangat dingin. Setelah membunuh Sang Raja, kedua pasangan itu bergegas untuk pergi ke kuil, mencanangkan pernikahan mereka. Namun tentu saja ada pihak-pihak yang menentang dengan keputusan Sang putri itu, banyak orang yang memberontak dan mencoba menyerang pasangan itu. Namun ada sesuatu yang aneh mengelilingi dua pengantin itu, ada sebuah Atmosfer tak mengenakkan membuat siapa pun yang mencoba mendekati mereka batal untuk menyerang.  Hingga akhirnya salah satu orang berhasil menyerang kedua pasangan itu, namun naas semuanya menjadi tragedi yang mengerikan. Sebelum dia menancapkan senjatanya ke kulit pasangan itu. Tubuhnya tiba-tiba mengeropos dan mengoyak kulit mereka memperlihatkan daging dan tulang mereka dengan sangat cepat. Mayat orang itu tergeletak terjatuh hanya menyisakan tulangnya yang mengerikan. Semua orang yang berada di kuil itu mencoba menyerang pasangan itu lalu bergidik ketakutan setelah melihat salah satu dari mereka mengalami nasib yang sangat mengerikan. Mereka semua kemudian berlari tunggang langgang mencoba menghindari nasib s**l yang mungkin akan menimpa mereka juga.  Namun sudah terlambat, pria muda itu mengangkat lenteranya, Membuatnya memancar bersinar dengan sangat terang sampai-sampai orang yang berada di kuil itu bisa melihatnya bahkan dari jauh sekalipun. Kemudian, lentera itu meledak seketika dengan sangat cepat dan radius yang sangat besar. Menghancurkan semua yang terkena radiusnya. Termasuk orang-orang yang berlarian tadi. Hingga sekejap, semua lingkungan yang ada di sekitar mereka berubah. Bangunan-bangunan kokoh berubah menjadi rapuh dan usang, pohon-pohon rindang berubah menjadi kering tak meninggalkan daun-daun sekalipun di tangkainya. Dan orang-orang yang tersisa berubah menjadi makhluk aneh seakan-akan bukan berasal dari dunia ini. Semuanya mati tak tersisa.  Hanya menyisakan dua pasangan itu yang menjadi manusia satu-satunya dan menjadi penguasa di tempat itu. Sementara orang-orang yang berhasil selamat dan bersembunyi, tak lekang terkena kutukan itu. Mereka berubah menjadi sekumpulan harta karun dan artefak-artefak sakti yang membuat seseorang mendapatkannya akan ikut menjadi orang yang sangat kuat dan sakti mandraguna Kehadiran Spectre Vale di sisi selatan Yagonia tentu saja menghambat hubungan bilateral dengan negara-negara tetangga. Beragam upaya dilakukan untuk mencegah dan menghentikan kutukan itu kembali seperti semula. Namun semuanya sia-sia. Hingga akhirnya, saat seseorang berusaha lewat dan terpaksa untuk melintasi Spectre Vale, maka orang tersebut harus memberikan sebuah pengorbanan, dengan memberikan sebuah jiwa apapun makhluk hidupnya kepada tempat itu.  Banyak dari mereka yang membawa seekor hewan untuk dijadikan sebagai tumbal pengorbanan. Namun banyak juga dari mereka yang lupa dengan tradisi itu dan berakhir tidak memberikan apa-apa dan terpaksa membunuh teman atau rekan mereka sendiri sebagai tumbal pengorbanan. “Lalu kenapa kita harus pergi mencari pusaka ini? Maksudku apa yang kau inginkan? Bukankah keluargamu sudah cukup kaya untuk memenuhi segala kebutuhanmu, Apa lagi yang kau inginkan?” Tanya Gavin kepada Gilbart bingung dengan motivasinya melakukan hal berbahaya semacam itu. Karena Gavin yakin Lord Romano akan mengabulkan apapun yang Gilbart inginkan. “Baiklah, kau belum mendengarkan penjelasanku lebih lengkap Gavin” ucap Gilbart mengindikasikan dia belum mengatakan sesuatu sepenuhnya. “Apakah kau tahu tentang artefak Toadstone?” tanya Gilbart kepada Gavin, namun dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya benar-benar tidak familiar dengan artefak yang disebutkan oleh Gavin. Terdengar dari namanya, dalam bayangan Gavin artefak itu mungkin seperti Armanites yang dia temukan di hutan Izia. Tetapi Gavin tidak yakin betul. “Lebih baik kau yang menceritakannya Noy” Gilbart menyuruh Noy untuk bergantian menceritakan tentang Artefak itu kepada Gavin. Gavin tidak menyangka kalau Noy termasuk dalam investigasi ini. “Toadstone adalah sebuah batuan yang berasal dari air ludah seekor kodok kuno. Air liur itu memadat dan menggumpal membentuk menjadi sebuah semacam batuan sakti. Dan dipercaya, batuan itu dapat menyembuhkan berbagai penyakit separah apapun itu. Dan sekarang, Sekumpulan Bandit sudah mendapatkan artefak itu. Seperti yang dikatakan Gilbart sebelumnya, mereka sekarang sedang singgah di kota Sandros sekarang” ucap Noy menceritakannya dengan sangat serius, bila sesuatu itu terucap dari mulut Noy, Gavin tidak bisa untuk tidak mempercayainya dengan mudah. “Bagaimana kau mendapat informasi tentang itu? Maksudku bila seorang Bandit mendapatkan artefak kuno dan berharga, akan sangat bodoh bagi mereka untuk memberitahukannya dengan mudah ke semua orang karena akan sangat berisiko untuk dicari. Apakah informasi mu ini benar-benar bisa dikatakan dengan valid Noy?” tanya Gavin sedikit tidak mempercayai kebenaran dan perkataan yang dikatakan Noy. Gavin melirik Marioth, dia mengangguk-angguk dengan pelan sambil menutup matanya. Seakan-akan perkataan Gavin tadi memang cukup masuk akal. “Dari jurnal dan semua sumber terpercaya yang aku temukan di perpustakaan. Kau tahu, ada sekelompok orang maniak yang mendedikasikan hidup mereka untuk mencari tahu tentang kebenaran di Spectre Vale, setiap bulannya, mereka akan membuat sebuah laporan tentang kabar-kabar tentang segala rupa di Spectre Vale. Baik itu para penggembala, Bandit yang hilang, ataupun Artefak-artefak yang sudah berhasil ditemukan. Mereka mencatatnya setiap hari dan mengirim laporan setiap bulan. Hingga akhirnya, mereka merilis kabar tentang Toadstone, artefak yang dianggap hanya sebuah mitos dan tidak mungkin untuk ditemukan oleh seseorang. Namun bulan lalu, mereka berhasil menemukan artefak itu dan mendengar kabar dan rumor kalau mereka sedang singgah di Kota Sandros. Walaupun memang ya, mereka lebih banyak menyebarkan kabar bohong agar mendapat banyak perhatian dan agar surat kabar mereka laku tapi tetap saja. Mereka adalah satu-satunya informasi valid yang bisa kita temukan disana” Noy bercerita tentang sekelompok orang yang terobsesi dengan Spectre Vale. Kastil melarang Gavin untuk membaca cerita di surat kabar itu karena tentu saja bisa membuat Gavin ikut terobsesi dengan mereka. Lalu tiba-tiba, suara kembang api terdengar menggelegar di atas langit, meskipun keadaan cuaca sangat terang, kembang api itu masih bisa terlihat dengan sangat indah di atas langit. Keempat bocah itu menengok untuk melihat kembang api yang ada di belakang mereka. “Wah kembang api sudah ditembakkan, ayo sebaiknya kita bergegas menuju ke balai. Kita tidak boleh melewatkan pesta itu!” ucap Gilbart yang tergesa-gesa ingin segera merayakan festival Balon “Noy, apakah kau akan ikut dengan kami?” tanya Gavin, karena dia takut kalau Noy akan memiliki urusan lain sehabis ini. “Ya tentu saja, sudah kubilang kalau aku memiliki waktu luang saat hari libur datang bukan? Tunggu aku sebentar, aku akan mengganti pakaianku terlebih dahulu”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN