Chapter 68 : Pemandangan Burung

1925 Kata
Dari balai kota, kembang api tak henti-hentinya dinyalakan mengeluarkan suara penuh riuh dan gegap gempita. Sementara para penonton yang berada depan panggung bersorak sorai sambil bertepuk tangan setelah mendengar The Gist mengeluarkan lagu penutupan mereka. Tepuk tangan itu juga tidak kalah nyaring dengan suara kembang api di atas langit biru dan terang. Gavin sedikit menyesal karena tidak bisa menonton pertunjukan The Gist yang digadang-gadang menjadi musisi paling populer di seluruh Odessa.  Mereka banyak sekali melakukan Tur ke berbagai negara dan kerajaan. Membuat nama mereka semakin populer dan tenar di luar sana. Gavin penasaran melihat mereka karena dia tak tahu pesona apa yang ditawarkan band itu sehingga orang-orang menjadi terpukau oleh musik yang mereka hasilkan. Musisi populer yang ada di Odessa bisa dihitung dengan jari, namun The Gist adalah satu-satunya musisi yang paling terkenal diantara mereka semua. “Oh tidak sepertinya kita benar-benar akan melewatkan pestanya” ucap Gavin melihat balon-balon udara yang mulai ditiup dan menggembung di tengah-tengah lapangan balai kota. Sementara para teknisi melakukan tugas mereka, para pemandu juga bersiap-siap untuk menemani orang-orang yang hendak naik bersama mereka. Ini bukan pertama kalinya bagi Gavin, justru kegiatan ini sangat rutin sekali ia lakukan setiap tahunnya dulu, bersama dengan ayahnya Sang Raja Galliard. Sementara itu seorang gadis cantik memakai blouse panjang berwarna biru laut keluar dari balik tirai belakang panggung. Dia memakai sarung tangan berwarna putih dan topi floppy menutupi kepalanya dengan pita kupu-kupu menempel cantik di atasnya. Kain cantik berwarna biru muda selaras mengikuti irama blousenya mengikat topi itu. Gavin benar-benar tidak mengenal gadis cantik yang baru saja keluar, namun seketika ia sadar, ia pun menyahut, “Noy, kaukah itu?” “Ya, tentu saja ini aku, mengapa kau terlihat begitu kaget?” ucap Gavin yang sangat pangling melihat penampilan Noy yang begitu feminim seperti sekarang ini. Bahkan, Gavin mengira kalau Noy adalah seorang pria dilihat dari rambutnya yang plontos tentu saja tak lazim bila di pasangkan oleh sesosok wanita.  “Tunggu Gavin, apakah kau selama ini mengira kalau Noy adalah seorang laki-laki” Marioth menaruh curiga kepada Gavin dilihat dari reaksinya saat pertama kali melihat Noy seperti saat ini. “Ehmm... Ya, maafkan aku Noy. Aku sempat mengira kalau kau adalah seorang pria, bagaimana aku bisa tahu kalau kau adalah seorang wanita dengan kepala botakmu itu” Jawab Gavin dengan sangat-sangat polos. Dengan langkah cepat, Noy menghampiri Gavin dan mendadak menamparnya dengan sangat keras ke arah pipinya menggunakan tangan kirinya.  “Begitukah caramu berbicara dengan seorang wanita?” ucap Noy sangat kesal dengan Jawaban Gavin barusan. Tentu saja mana mungkin tidak ada gadis yang tidak marah saat dirinya dikira sebagai seorang laki-laki. Gavin menyentuh pipinya itu dan mengusap-usapnya dengan wajah merintih kesakitan. Tamparan itu membekas di pipi Gavin membuat pipinya memerah. Sementara Gilbart dan Marioth terlihat menikmati pemandangan itu. Mereka hanya tertawa cekikan setelah mendengar tamparan Noy “Kenapa kalian tidak memberitahuku sejak awal?” Tanya Gavin marah dengan dua sahabatnya itu. “Memberitahumu tentang apa?” jawab Gilbart dan Marioth kebingungan. “Tentu saja memberitahuku kalau Noy adalah seorang wanita!” Gavin mulai kesal. “Kami sudah mengetahui kalau dia adalah wanita. Lagipula, mengapa kau tidak bertanya sejak awal?” Gavin diam mendengar jawaban Marioth, ia mulai sadar dan melirik Noy sekali lagi. Wajahnya terlalu tidak berdosa apabila dikatakan sebagai seorang pria.  Ia membayangkan Noy jika memiliki rambut panjang dan terurai ke depan, sebagai seorang wanita, karena ia sangat sulit membayangkan Noy sebagai seorang wanita dengan kepalanya yang botak. Ia menatap wajah Noy dengan sangat tajam mencoba merangkai sebuah gambaran di kepalanya. Dan Gavin benar-benar menyadarinya Noy merupakan salah satu anak yang cantik bila penampilannya terlihat seperti gadis sesungguhnya. Gavin menatap Noy cukup lama hingga membuat keheningan diantara mereka. Dan sekali lagi, Noy menampar pipi kiri Gavin yang terbuka lebar seakan-akan siap untuk menerima semua yang akan dilakukan kepadanya.  “Setelah kau menuduhku seorang laki-laki, sekarang kau memandangku dengan tatapan m***m. Aku kira istana memberikan pelajaran tentang tingkah laku dan sikap raja mereka, ternyata aku salah. Kau sama saja huh.” Tamparan tadi benar-benar sangat keras membuat rona merah pipi Gavin jauh lebih tajam dari sisi kanannya. Sekarang, Gavin terlihat seperti memakai make up daripada babak belur. Gilbart dan Marioth hanya bisa tertawa melihat keadaan sahabat mereka. Mereka memegang perut mereka seraya terbatuk-batuk. “Eh... Sekali lagi maafkan aku Noy, kumohon jangan salahkan aku karena mengira kalau dirimu adalah seorang laki-laki. Sikapmu yang kasar dan rambutmu yang botak pasti membuat siapapun yang melihatmu untuk pertama kali mengira kau adalah seorang laki-laki” kata Gavin meminta maaf. “Aku memberikanmu tamparan sebagai sebuah peringatan, kau boleh saja menuduhku sebagai laki-laki untuk pertama kalinya, karena kita sudah menjadi teman. Bayangkan jika kau melakukan itu kepada orang lain, aku ragu kau masih bisa berjalan dengan normal setelah berucap seperti itu.” Gavin menundukkan kepalanya untuk menyiratkan bahwa ia bersungguh-sungguh meminta maaf kepada Noy atas sifatnya yang sedikit kurang ajar.  “Ayo cepat kita harus segera pergi, peluit terakhir akan segera didengungkan!” Teriak Gilbart dengan suara serak setelah terlalu lama tertawa melihat Gavin. Pada saat Festival balon berlangsung, akan ada dua peluit dan sirine yang akan didengungkan selama acara berlangsung.  Yang pertama adalah tiupan yang menandakan kalau prosesi upacara kuil matahari akan segera dilakukan, dan yang kedua adalah peluit menandakan Balon akan segera dinaikkan. Kedua peluit itu menjadi penanda bagi orang-orang yang ingin naik ke atas Balon agar bisa menebak-nebak kapan waktu yang tepat bagi mereka pergi sampai ke lapangan balai. Gilbart membawa keranjang bunganya dan menarik tangan Marioth seraya mengajaknya berlari ke arah balai kota, dengan langkah kaki tergesa-gesa sampai semua bunga yang berada di dalam keranjangnya ikut terjatuh menyebar kemana-mana. Melihat Gilbart yang berlari terburu-buru, Gavin juga hendak ikut berlari, namun ia melihat Noy yang kelihatannya tidak tahu arah kemana dia hendak akn pergi karena Noy terlalu lama berada di dalam kuil sehingga tidak mengetahui arah kemana mereka akan pergi. “Ayo Noy pegang tanganku, kita akan pergi ke balai bersama-sama!” Teriak Gavin dengan sangat keras tidak ingin kalah dengan suara peluit yang memang sangat keras. Noy yang kebingungan memegang erat tangan Gavin tidak ingin lepas dan kehilangan dirinya, sambil membawa keranjang yang ada di tangannya, mereka berlari bersama-sama menuju lapangan.  Kerumunan terlihat cukup padat sampai Gavin harus berlari berdesak-desakan menuju ke lapangan yang akan mereka tuju. Banyak diantara kerumunan itu menyadari kalau yang menyerobot dan berlari di antara mereka adalah seorang Raja Yagonia dan memberikan jalan khusus untuknya.  Sementara orang-orang lain yang tidak sadar memarahi Gavin sambil mengangkat tangan mereka berusaha meneriaki Gavin yang berlari tanpa melihat-lihat kondisi sekitarnya. Namun Gavin sama sekali tidak menghiraukannya, entah kenapa menaiki Balon udara adalah sesuatu yang sangat penting bagi dirinya. Hingga akhirnya Gavin telah sampai di lapangan balon udara. Banyak sekali balon-balon udara yang sudah mengembang besar mumbul ke udara, sementara para mekanik dan petugas berada di bawah berusaha memperbaiki sistem Balon udara itu agar siap untuk dinaiki.  Noy yang melihat balon-balon udara itu benar-benar terpukau dengan apa yang ada di hadapannya. Warnanya yang beragam dan cerah benar-benar terlihat sangat indah. “Apa kau baru pertama kali ini melihat balon udara Noy?” tanya Gavin kepada Noy setelah dirinya melihat Noy menatap balon-balon udara itu untuk waktu yang cukup lama.  “Bisa dibilang begitu, aku baru pertama kali melihat balon udara ini di jarak yang lumayan dekat. Selama ini aku hanya melihatnya dari kuil yang jauh. Bukannya mereka melarangku untuk pergi ke festival Balon, para biksu justru menyuruhku untuk pergi kesini bersenang-senang. Namun aku tidak tahu apa yang aku lakukan setelah di sini, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan, aku bukanlah siapa-siapa saat berada di sini.” Gavin termenung mendengar ucapan Noy. Ia tidak tahu bagaimana cara mengukurnya, namun bila dibandingkan dengan dirinya, Noy mungkin adalah orang yang paling kesepian diantara mereka berempat.  Gavin berjalan mengelilingi lapangan, mencoba menemukan keberadaan Gilbart karena sepertinya dia memiliki sebuah Balon udara khusus untuk miliknya. Biasanya Gavin sendiri memiliki Balon udara khusus milik kerajaan dan kastil. Namun Gavin jarang sekali memakainya, ia menganggap bahwa corak balon udara milik kerajaan sangat norak dan mencolok.  Mungkin maksud dari orang-orang itu membuat coraknya menjadi seperti demikian adalah agar orang-orang bisa mengetahui apa perbedaan balon udara orang-orang biasa dan balon udara milik seorang bangsawan. Gavin sama sekali tidak senang dengan perbedaan kasta seperti itu, malahan ia ingin mengubah corak balon udaranya menjadi mirip seperti orang-orang pada umumnya dan tentu saja, usulan Gavin itu berulang kali ditentang oleh berbagai pihak. Namun karena Gavin terus saja memaksa untuk ingin naik balon udara, ayahnya, Raja Galliard memutuskan untuk menyewa sebuah Balon rakyat biasa dan memakainya sebagai Balon udara tetap mereka. Gavin tidak akan pernah lupa saat-saat menaiki Balon udara bersama ayahnya. Hingga akhirnya, Gavin menemukan GIlbart yang sedang berbincang-bincang dengan pria paruh baya, ia berjalan mendekati Gilbart sambil tidak lupa untuk menggandeng tangan Noy berlari bersamanya.  “Apakah Balon ini sama seperti yang aku pesan tadi? Mengapa terlihat berbeda sekarang?” Ucap Gilbart yang terdengar tidak terima dengan balon udara yang ia terima. Saat Gavin melihatnya ke atas, Balon udara itu terlihat seperti Balon udara orang biasa dengan corak yang simpel dan minim warna, tidak, mungkin bisa dibilang balon udara itu lebih mirip seperti milik seorang gelandangan dengan banyaknya tambalan di berbagai sisi membuatnya nampak aneh.  “Ya tentu saja ini sama yang seperti kau pesan tadi nak. Begini saja, kau jadi pesan atau tidak? Jika tidak aku bisa memberikannya kepada orang lain, banyak yang ingin mengantri ingin menaiki balon udaraku. Kau seharusnya malah harus berterima kasih karena aku menyisakan yang terbaik hanya untukmu nak” jawab pria dengan perut buncit dan udel terbuka lebar itu. Kata-katanya benar-benar tidak menggambarkan kondisi sesungguhnya dari balon udara yang ia pesan.  Terburu-buru dan masih kesal karena balon udara yang ia inginkan tidak sesuai ekspektasinya. Gilbart langsung saja menaiki balon udara itu sambil memegang tangan Marioth membantunya untuk naik dengan nyaman. Ia melempar sebongkah kantung dengan suara gemericik sangat nyaring mengindikasikan bahwa banyak koin emas yang terkandung di situ.  “Gavin, Noy, cepat kemari! Kita akan menggunakan balon udara ini! Peluit itu akan segera habis berbunyi” Teriak Gilbart yang melihat Gavin kebingungan untuk mencari jalan masuk karena banyaknya balon udara membuat jalur untuk melangkah menjadi lebih sempit daripada biasanya. Gavin mendengar dan melihat ayunan tangan Gilbart, ia segera membalasnya dengan ikut mengayunkan tangannya ke atas. “Gavin, apa kau yakin itu adalah balon udara yang sudah jauh-jauh hari Gilbart pesan?” tanya Noy yang melihat balon udara itu sama sekali tidak tampak seperti balon udara milik seorang bangsawan.  “Aku rasa tidak, kau tidak mendengarnya protes tentang balon udara itu tadi? Aku merasa balon udara itu tidak benar-benar ditujukan kepada Gilbart.” Jawab Gavin yang juga sebenarnya sama-sama tidak mengerti. Gavin menarik tangan Noy membuatnya untuk masuk ke dalam platform balon udara terlebih dahulu. Karena tinggi platform cukup tinggi dan badan Noy lebih pendek daripada Gavin, Gavin mencoba mengangkat badan Noy agar kakinya sampai ke atas platform di tempatnya berada. “Terima kasih” Balas Noy. Dan akhirnya mereka berempat masuk ke dalam Balon udara itu bersama-sama “Pat, cepat masuk. Kita ada pelanggan!” ucap pria paruh baya gendut tadi kepada lengannya yang berbadan kurus dan berpakaian lusuh. Dilihat dari bajunya yang kotor penuh dengan noda dan wajahnya yang muram. Dia terlihat seperti seorang mekanik. Terlalu lemah untuk mempersiapkan Balon udara ini sampai-sampai tidak memiliki waktu istirahat yang cukup. “Baik Tuan” ucap pria kurus itu. Dia pun berjalan memasuki balon udara yang dinaiki Gavin dan kawan-kawan. Menyalakan sebuah api yang ada di tengah-tengah platform dan menarik tuas menempel dari dasar platform. “Baiklah anak-anak, apakah kalian siap untuk terbang melayang?” ucap mekanik itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN