Chapter 69 : Kekacauan Balon Udara

1880 Kata
“Apakah itu kata-kata yang disuruh oleh pria gendut itu padamu untuk kami?” balas Gilbart yang merasa jijik dengan kata-kata Sang mekanik. Benar-benar seperti kata seorang robot yang diprogram untuk berbicara kepada manusia, sangat datar dan tanpa emosi di saat bersamaan.  Namun Sang Mekanik itu tidak menjawab cemoohan Gilbart, ia menarik katrol agar tali di bawah platform bisa cepat lepas dan membawa mereka pergi ke atas. Sementara itu api yang berada di atas mereka, ditiup dengan sangat kencang menggunakan alat penghasil agar api bisa membesar dengan cepat dan teratur.  Api tersebut harus berada di ukuran dan takaran yang pas karena balon udara akan bergerak menjadi kacau tidak karuan apabila api yang dihasilkan acak kesana kemari tidak teratur. Tungku yang menyala dengan kobaran api dilemparkan sebuah batu bara agar tenaga dari sang api bisa di udara dengan mulus. Balon sudah melayang, bersamaan dengan balon-balon yang lain di sekitar mereka. Gavin menghampiri Noy, melihatnya yang memandang ke bawah dengan tatapan penuh ketakutan.  “Ada apa Noy?” Tanya Gavin memegang pundak Noy yang memang ternyata bulu kuduknya merinding dan berdiri.  “Ini pertama kalinya bagiku menaiki balon udara seperti ini. Aku terlalu bersemangat sekaligus ketakutan di saat yang bersamaan. Apa yang terjadi bila balon ini gagal untuk mengudara ataupun mendarat dengan aman” Jawab Noy dengan penuh kekhawatiran dan kecemasan tergambar jelas di raut mukanya. Platform yang ada di balon udara ini tidak terlalu luas. Untuk kapasitas maksimalnya hanya bisa dipakai untuk 10 orang dan tidak ada furnitur ataupun tempat untuk duduk. Mereka bisa saja duduk di lantai yang terbuat dari kayu ataupun anyaman bambu. Namun lebih baik bagi mereka untuk berdiri dan melihat pemandangan yang ada di bawah secara langsung.  Karena tidak adanya pembatas yang kentara, semua orang bisa mendengar setiap perkataan yang dikatakan setiap orang. Karena suara yang dihasilkan gas dan api batu bara menyala nuga tidak terlalu berisik. Mungkin saat acara dimulai asa suara terompet yang akan didengungkan sebagai pertanda untuk melempar bunga bersama-sama. Marioth yang mendengar itu langsung saja memeluk tangan Noy agar dia bisa merasa aman dan nyaman di saat yang bersamaan. “Tidak apa-apa Noy, ada kami, kami bisa menjagamu dengan nyaman” sahut Marioth yang berada di samping Noy sambil memegang tangannya. “Sementara itu, ambil keranjang bungaku ini, kita akan menaburkannya bersama-sama” Gilbart semenjak memasuki balon udara, terus saja berkutat di samping Sang Mekanik, dia menaruh rasa curiga dengan balon udara pesanannya ini. Ia mencoba mencari-cari letak kesalahan dari balon udara ini karena apabila ia salah memilih balon udara, bisa saja nyawa menjadi taruhannya. Bukan hanya hidupnya, tapi seluruh sahabatnya juga.  Ia mengetuk segala dinding dan kayu yang menempel di semua platform balon, mungkin saja ada sesuatu aneh yang akan dia temukan di sana. Namun hal yang paling kentara terlihat berbeda adalah kualitas balon yang penuh tambalan sangat buruk. Ia menengok ke atas melihat balon yang mengumbul bergedek dengan cepat.  Sangat tidak normal, seperti terkena angin sepoi-sepoi menabrak balon itu dan cuaca buruk penuh dengan badai. Namun kondisi saat ini sangat jauh dari yang dikatakannya itu, Gilbart juga menaruh curiga kepada Sang Mekanik karena semenjak tadi ia terus saja mengutak-atik bagian dalam platform seolah-olah ada hal yang harus ia perbaiki dengan segera. Namun hal itu seharusnya dilarang untuk dilakukan saat balon udara sudah diterbangkan, walaupun mereka terbang belum cukup jauh dari tanah, namun hal itu tetap saja berpotensi pada kerusakan yang lebih dalam. Saat Gilbart mencoba bertanya apa yang sedang mekanik lakukan, ia hanya menjawab sedang mengecek sesuatu yang tidak penting. Namun apabila benar-benar tidak penting, kenapa harus selama itu melakukan pengecekan saat balon udara telah berada di udara? Namun sudah terlambat, Gilbart tidak bisa turun dan protes kepada paman gendut. “Hey Gilbart,” Seru Gavin menghampiri Gilbart sambil membawa dua keranjang bunga miliknya dan milik Gilbart “Apakah kau tidak ingin ikut dengan kami melihat pemandangan dari atas udara?” Gilbart menengok ke belakang, sadar kalau mereka sudah berada tinggi sekali jauh mendahului balon-balon udara yang lain. Ia melihat gerombolan balon-balon udara di bawahnya mulai mengumpul berwarna-warni dan mengumpul menyebar kemana-mana, persis seperti taman bunga. “Aku sedang mengecek apa yang terjadi dengan Balon dan Mekanik ini. Apakah kau tidak lihat kalau kita sekarang sudah jauh di atas mendahului yang lain? Aku benar-benar curiga dengan balon ini Gavin” Ucap Gilbart yang membuat mekanik itu berdiri sambil menunjukkan mukanya yang lusuh kepada Gavin.  “Tunggu, Gavin, apakah Anda benar-benar Anda yang mulia?” Gavin belum sempat membalas ataupun mengiyakan, mekanik itu langsung bersujud dan meminta maaf atas segala apa yang terjadi di balon udara ini. “Maafkan saya atas apa yang terjadi dengan balon udara ini Yang Mulia” ucap Mekanik itu, Namun Gavin sama sekali tidak menggubrisnya. “Aku perlu berbicara dengan dirimu” Ucap Gavin setelah menarik tangannya pergi ke ujung platform dan agar tak terdengar oleh mekanik itu. Bukannya ia curiga kalau ia adalah seorang mata-mata atah intel, hanya saja semua orang bisa menjadi mata-mata saat ini dengan koneksi dan informasi yang cukup.  “Apa kau tidak dengar kalau ia meminta maaf soal balon ini? Sudah kuduga ada sesuatu yang salah disini” ucap Gilbart kesal dengan Gavin karen melewatkan informasi penting yang seharusnya menjadi alasan dia menginvestigasi balon udara ini dari tadi.  “Aku ingin bertanya, bagaimana ca—“ sebelum Gavin menyelesaikan ucapannya, terompet tiba-tiba berbunyi dan mengeluarkan alunan nada sangat nyaring. Terompet-terompet ini berasal dari balon-balon udara khusu milik gereja yang menyebar dengan teratur agar suara bisa terdengar ke seluruh penjuru.  “Apa yang ingin kau katakan?” Tanya Gilbart setelah tadi Gavin tersendat karena tidak bisa melanjutkan perkataannya gara-gara terinterupsi bunyi terompet. “Tidak jadi, Nanti saja. Kita harus menabur bunga sekarang!” balas Gavin berjalan menuju Marioth dan Noy. Gavin melihat wajah Noy yang mulai tenang. Ia senang karena sahabatnya itu bisa merasakan apa yang selama ini dia rasakan tiap tahunnya. Cuman sekarang dengan keluarga yang berbeda, keluarga dengan segala keterbatasan dan kekurangan bagi masing-masing orang di dalamnya. Perlahan-lahan, wajah Noy berubah menjadi ekspresi kagum dan takjub. Gavin mulai bertanya. “Apakah kau masih ketakutan Noy?” tanya Gavin. “Entahlah Gavin, aku masih tidak percaya ini. Aku tidak mengira aku akan bisa naik ke balon udara dan melihat pemandangan di bawah ini dengan indah. Aku hanya tidak perna merasa pantas untuk bersanding dengan kalian, ini bukan asal tempatku, bukan asal-usulku, tapi entah kenapa aku merasa sesuatu menungguku di sini. Menungguku untuk kembali pulang, pergi, dan akan selalu kembali lagi kesini. Saat melihat balon-balon udara ini aku berpikir tentang mimpi yang mungkin tidak akan pernah bisa aku raih. Anak sepertiku tidak akan bisa mendapatkan impian yang mereka inginkan, terpaku dengan takdir dan apa yang telah ditulis semenjak aku lahir. Saat aku berada di kuil matahari sekalipun, banyak pertentangan batin yang aku hadapi selama di sana. Seperti apakah aku menyembah dewa yang benar? Atau apakah semua yang dikatakan padaku adalah sebuah ilusi dan kebohongan agar mereka bisa tetap menyimpanku dengan aman? Aku minta maaf sebelumnya Gavin, tapi aku juga sempat berpikir apakah Raja Galliard benar-benar menyelamatkanku bukan menculikku? Tapi setelah aku naik dan terbang melayang disini, aku merasa semuanya tidak percuma. Pasti ada alasan dibalik segala sesuatu. Dan aku hanya perlu mencari apa itu alasanku berada di dunia ini. Mungkin saat aku menemukannya, ajal sudah akan menjemputku dahulu. Namun aku sangat tidak takut dengan konsep berupa kematian, itu hanyalah lingkaran kehidupan yang pasti dijalani oleh seseorang. Aku hanya tidak tahu harus berkata apa, kenapa, bagaimana, dan kepada siapa.” Noy bertutur melantur kesana kemari membuat Gavin, Marioth, dan Gilbart tidak tahu apa yang sedang ia bicarakan. Pembicaraannya terlalu berat untuk anak berumur 13 tahun “Kau tidak perlu khawatir Noy, kau memiliki kami sebagai pendamping dan sahabat setiamu. Buang semua keraguan dan kekhawatiran mu, kau bisa mengatakan hal tentang apa pun, kapan pun, bagaimanapun, dan siapapun kepada kami. Benar kan Gavin?” Ucap Marioth sambil menyahuti Gavin yang ikut termenung mendengar ucapan Noy dengan segala kerisauan hidupnya.  Ia memiliki keresahan yang sama dengan Noy, sama-sama ditakdirkan menjadi sesuatu bahkan walaupun ia belum tahu benar-benar menginginkannya. Dia hanya melakukan apa orang-orang di atas ingin dia untuk melakukannya. Gavin mengangguk-anggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Marioth. Marioth kemudian memeluk erat Noy dari belakangan punggungnya “Jangan bersedih lagi Noy, apakah pelukan ini cukup untuk membuatmu tidak merasa kesepian?” Seru Marioth dari belakang dengan riang dan rambut menjuntai beterbangan terkena angin. Noy membalik badannya dan membalas pelukan hangat Noy itu dengan senyuman manis  “Tentu saja Marioth, aku tidak akan bisa melupakan pelukan hangat darimu ini.  Sementara Gavin melihat balon-balon udara berwarna emas kelabu milik kuil matahari, memeriksa apakah mereka sudah melakukan aba-aba untuk menabur bunga atau tidak karena terkadang orang-orang akan melewatkan bunyi terompet itu saking asyiknya mengobrol dengan teman, keluarga, ataupun kolega mereka.  Walaupun akan ditiup cukup lama selama tiga kali, namun mereka tidak akan mengulanginya kembali. Aba-aba terompet itu sangat krusial bagi orang-orang yang menaiki balon udara. Karena orang yang naik tidak boleh menabur bunga apabila tidak ada aba-aba berbunyi, karena selain bisa mengganggu udara di langit juga dapat mengganggu orang-orang yang beraktivitas di bawah mereka. Gavin menghampiri Gilbart, dia terus saja sibuk memeriksa kondisi Balon, walaupun memang ia perlu untuk memastikan keselamatan para bocah itu, namun setidaknya ia juga harus menikmati pemandangan di atas sini juga.  Dan secara tiba-tiba, terompet berbunyi dengan sangat nyaring. “Hey, Gilbart, cepat kemari! Bawa keranjang bungamu ini dan segera taburkan!” teriak Gavin. Gilbart pun langsung berjalan dengan cepat tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menabur bunga.  Semua orang terlihat menabur bunga berwarna-warni di atas langit. Karena posisi mereka jauh berada fi atas balon udara yang lain, mereka bisa melihat bunga apa saja yang ditaburkan. Kebanyakan adalah bunga tulip berwarna kuning dan ungu karena itu memang bunga yang paling mudah untuk dicari di Yagonia.  Sementara bunga yang paling mahal dan mewah adalah bunga mawar berwarna hitam. Gavin melihat keranjang bunganya dan di dalamnya ada beragam bunga dengan berbagai jenis “Noy, cepat taburkan bunga ke luar!” seru Gavin terlalu bersemangat. Noy pun menaburkan bunga yang ada di keranjang Marioth, awalnya ia sedikit gugup takut untuk membuat suatu kesalahan, ia melakukannya perlahan-lahan, hingga semua bunga yang ada di keranjang Marioth habis tak tersisa. Gavin menengok ke arah Noy, melihatnya tersenyum sumringah dan sangat hangat. Setelah cukup lama mengenalnya dan bertemu secara langsung, baru kali ini Gavin melihat sosok Noy yang “hidup” tanpa rekayasa ataupun sandiwara. Senyuman yang menghiasi bibirnya tidak bisa menipu mata Gavin.  Noy melirik ke arah Gavin, menatapnya dengan senyuman hangat. Gavin tidak tahu harus merespon apa terhadap senyuman itu, tiba-tiba pikirannya tak menentu seperti kebingungan. Untuk sekian lama dari hidupnya, baru kali ini dia bertemu seseorang yang melihatnya dengan hangat dan senyuman membahagiakan. Alhasil Gavin ikut membalas senyuman Noy dengan sedikit rasa keraguan, yang justru malah menimbulkan kesan aneh di wajahnya. Seperti terpaksa untuk melakukannya. “Gavin, lihat keranjang bungaku sudah habis” sahut Gilbart kepada Gavin yang terlihat tidak peduli dengan ucapannya. Ia malah menengok ke bawah melihat taburan bunga melayang di angkasa. Benar-benar terlihat seperti di taman bunga dengan warna-warni balon yang indah dan ayunan bunga menari bebas diiringi angin bersama mereka.  “Terima kasih Gavin, Gilbart, Marioth, aku tidak akan pernah melupakan hari ini bersama kalian.” Celetuk Noy “Tuan-tuan dan nona-nona, sepertinya kita mendapat sedikit masalah” Seru mekanik yang berada di tengah perapian menandakan sebuah bahaya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN