Chapter 72 : Douglas Rittenborough

1939 Kata
Dengan sambutan dari orang-orang yang berada di bawahnya, Balon udara emas yang dinaiki Gavin dan kawan-kawan mendapat perhatian yang sangat besar dari masyarakat. Bagaimana tidak, balon udara itu telah menyelamatkan orang yang sangat penting bagi Yagonia.  Semua orang merasa bersuka cita atas kejadian pada hari itu. Namun dibalik kesuksesan penyelamatan, ada luka pahit yang harus diderita seseorang disana. Mendapatkan cobaan dan nasib buruk yang mungkin akan menjadi saat-saat terakhirnya. “Douglas Rittenborough, Kau telah bersalah karena dengan sengaja membahayakan nyawa Sang Raja beserta kawan-kawannya menggunakan perangkat yang merupakan berasal dari milikmu, kau juga sengaja memaksa mereka untuk masuk ke dalam perangkat milikmu, dan kau juga bersalah karena tidak memiliki izin atas balon udara yang kau layangkan tanpa sepengetahuan kami, penyelenggara festival balon udara” Ucap seorang biksu di belakangnya membawa tombak tertempel tepat di lehernya siap untuk menebasnya dengan sekali serang. Sementara Douglas dengan muka memelas dan tak berdaya hanya bisa menangisi dirinya sendiri tak bisa berkata apa-apa hanya kesedihan karena nasib sialnya. Upacara untuk persidangan itu dilakukan secara langsung meskipun disaat hari yang sakral ini, karena memang hukum Yahonia mengatakan siapapun yang berusaha untuk mencelakai Raja akan mendapat hukuman dalam persidangan saat itu juga. Semua orang yang sudah turun dari balon udara maupun yang sudah menyaksikan pesta semenjak tadi melihat Douglas dengan bengis.  Mereka tidak tahu cerita dan motif dibalik Douglas saat melakukannya, yang mereka tahu hanyalah kalau Douglas adalah sosok k**i hendak membunuh paduka Raja mereka, air mata yang menetes dari matanya hanyalah tangisan palsu meminta belas kasihan kepada semua orang yang menyaksikannya tepat di hadapan umum. Mereka hafal betul dengan tingkah laku kriminal saat mendapat hukum dan kematian tepat di wajah mereka. “Baiklah Douglas Rittenboruough, apakah kau memiliki kata-kata terakhir?” ucap sang biksu yang juga sekaligus sebagai algojo dadakan dengan tombaknya. “Kalian semua, cepat hentikan ini. Eksekusi dibatalkan, dia tidak bersalah!” Teriak Gavin dengan lantang berjalan diantara kerumunan dengan tubuh mungilnya. Mereka semua tentu saja kaget karena tidak mungkin rajanya bisa memaafkan seorang kriminal yang hendak membunuhnya dengan mudah. Namun biksu adalah orang yang sangat taat kepada agama maupun kerajaan, ia langsung saja menaruh tombaknya jauh-jauh dari leher Douglas agar Sang Terdakwa merasa nyaman kembali.  “Aku Gavin Osteriz Raja dan penguasa Takhta Yagonia dengan ini akan membebaskan Douglas Rittenborough dari dakwaan maupun eksekusinya mulai hari ini. Siapapun yang berani menentangku dan keputusanku maka akan kuanggap menjadi musuh kerajaan yang nyata.” Seru Gavin dengan lantang sambil berlari menarik tangan Douglas pergi dari tempat itu.  Tidak ada yang berani menghentikan Gavin karena kata-katanya tersebut sangatlah membuat para khalayak disana takut untuk melakukan sesuatu. Namun mereka juga kebingungan atas apa yang baru saja mereka lihat, semua terasa begitu cepat, serasa bagaikan menonton sebuah sandiwara, namun dengan tokoh dan kejadian nyata yang benar-benar ada di depan muka mereka.  “Tuan, eh... Yang Mulia apa yang Anda perbuat. Aku ucapkan beribu-ribu terima kasih kepada anda karena menarikku keluar dari tombak yang menempel di leherku dengan sangat dingin. Namun, kenapa Anda dengan begitu mudah menyelamatkanku yang juga dengan mudah tanpa pikir panjang berniat untuk mencelakai Anda” bukan hanya para penonton, Douglas sendiri yang merupakan sosok orang yang diselamatkan juga bingung dengan apa yang terjadi dengan Gavin. Namun ia tak bisa berhenti mengucapkan rasa puja dan puji syukur kepada Gavin yang telah menyelamatkannya dengan tanpa pikir panjang. Mereka berjalan melalui begitu banyak kerumunan orang, namun mereka semua memberikan jalan bagi Gavin untuk lewat, karena kejadian itu tentu saja menarik perhatian orang-orang yang ada di balai kota untuk menyaksikannya.  “Apa yang kau katakan, Tentu saja aku menyelamatkanmu!” Jawab Gavin dengan mudah seakan-akan ia melakukannya tanpa berpikir panjang. Gavin yang semenjak turun dari balon udara keluar dikawal oleh para biksu digiting untuk pergi ke tempat lain menjauh dari Douglas dan dipisahkan dari tempatnya melakukan persidangan dadakan. Usahanya untuk mendekati dan membebaskan Douglas dari pisahan para biksu seakan-akan dihalang-halangi.  Hingga akhirnya Gavin menemukan cara dengan menyelinap masuk lewat kerumunan karena Gavin sangat ahli dalam membaur dengan orang-orang di sekitarnya hingga tak ada yang mengira kalau seorang Raja berjalan si tengah-tengah mereka. Dengan kemampuan Gavin itu dia berhasil lolos dan masuk menarim Douglas pergi dari persidangan dadakan itu. Saat dipisahkan dengan Douglas, ia belum bisa berkata apa-apa untuk mencegah terjadinya persidangan dadakan yang biasanya dilakukan itu. Namun untungnya dia berhasil tepat waktu untuk menyelamatkan Douglas dalam tombak yang seharusnya menancap dengan tenang di nadinya sekarang. “Sekarang, pergilah ke rumahmu. Aku yakin anakmu sedang menunggumu untuk pulang dan membawa kabar soal bunga itu. Jaga dia dengan baik-baik. Aku yakin kau seorang ayah yang Baik Douglas. Aku harap dengan aku menyelamatkanmu aku bisa menyelamatkan nyawa putrimu juga. Walaupun aku tidak yakin apakah itu benar-benar akan berhasil.” Ucap Gavin sambil menundukkan kepalanya. Ternyata saat berada di balon udara dan mendengar semua alasan Douglas melakukan penukaran balon udara itu, Gavin terlihat iba dengan nasibnya. Jika saja diputar nasib, mungkin anaknya akan bernasib sama dengan apa yang ia alami.  Kehilangan seorang ayah di umur yang sedini itu. Gavin juga merasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan semua rakyatnya, termasuk putri Douglas yang dianggap sebagai sebuah kegagalan selama ia menjalani masa-masanya sebagai seorang Raja. “Terima, Terima kasih banyak Yang Mulia, tentu tanpa tangan dan peran Anda, saya tidak akan mungkin bisa menyempatkan waktu untuk melihat putri saya sekali lagi. Mulai hari ini saya akan berjanji untuk mengabdikan hidup saya kepada Anda wahai Raja Gavin. Saya akan mendendangkan semua kebijaksanaan dan kisah-kisah keberanian Anda Yang Mulia. Saya akan menceritakannya kepada semua orang yang saya temui, baik itu seorang sau-“ sebelum Douglas melanjutkan kata-katanya, Gavin bersiul sambil menguncupkan bibirnya. “Sudah cukup, Terima kasihmu saja adalah suatu kebanggaan yang sangat besar bagiku, kau tidak perlu menceritakan takhayul-takhayul bodoh ataupun kisah-kisah tak masuk akal berkaitan denganku. Aku tidak ingin semua itu. Sekarang pulanglah dan cepat temui putrimu yang sedang terbaring di ranjang rumahmu” ucap Gavin dengan lembut dan sangat bijaksana sambil menepukkan tangannya ke bahu Douglas.  “Terima kasih banyak Yang Mulia, tentu aku tidak akan pernah melupakan hari ini selamanya” ucap Douglas dengan terseduh-seduh. Ia pun berdiri sambil mengusap matanya yang sembap penuh dengan air mata. Ia membalikkan badannya dan berlari sekencang-kencangnya menuju ke rumahnya yang bila dilihat dari arah dia berbelok seperti berada di distrik Brost.  “Kau tahu Gavin, jika kita bisa mendapatkan Toadstone, tidak hanya putri Douglas yang bisa kita selamatkan, bahkan mungkin semua orang diseluruh Yagonia bisa kita selamatkan di dunia ini!” teriak Gilbart dengan lantang yang berada di belakangnya. “Apakah kau sudah benar-benar matang dengan keputusanmu tadi? Aku tadi sudah mengatakan apa saja yang mungkin akan kau dapatkan setelah melakukan tindakan itu. Kuil tidak akan bisa dengan mudah membebaskan terdakwanya begitu saja meskipun seorang Raja yang menentangnya. Karena itu akan secara langsung merusak harga diri dan martabat kuil matahari.” Marioth keluar dari sebuah bilik yang ditutupi tirai halus bersama dengan Noy dan Gilbart. Mereka ternyata selama ini bersembunyi di sana lalu mendekati Gavin dan melangkahinya dengan perlahan-lahan. Karena tentu saja, itu akan membuyarkan fokus Gavin yang mungkin saja sangat pusing akan rentetan kejadian yang sudah ia alami pada hari ini.  “Aku tidak menyangka kalau dia akan melakukan pengakuan disana setelah melihat banyak biksu yang mengelilinginya dengan s*****a dan tombak yang menakutkan. Seakan-akan dia memang rela untuk mati dan membuang nyawanya di situ dengan sia-sia karena sesuatu yang bersifat takhayul dan tak memiliki makna! Keputusanku sudah bulat, walaupun ini memang adalah acara dari kuil matahari, namun Douglas berkaitan langsung denganku. Jika mereka ingin mendakwa dirinya, mereka harus melangkahiku terlebih dahulu” Ungkap Gavin dengan tegas. Semua perasaan kesal dan marah bercampur baur menjadi satu dalam dirinya saat ini. Sementara Noy diam saja semenjak tadi. Tidak berkata apa-apa. Walaupun bukan bagian langsung dari kuil matahari, namun dia merasa memiliki peran disana dan dia tak bisa melakukan apa-apa. Dia yang merupakan hanyalah titisan dewi matahari tidak memiliki makna apapun. Hanya sebuah mahkota kosong menempel di atas kepala memberatkan otak dan beban hidup orang yang memakainya. “Baiklah Gilbart, kita harus segera mencari Toadstone. Kita tidak memiliki waktu yang banyak, mungkin saja putri dari Douglas akan kehilangan nyawanya hari ini.” Gilbart terkejut, dia tak mengira Gavin akan bertanya serius tentang. Bukannya tidak senang, namun dia merasa ini bukan seperti Gavin yang ia kenal.  “Wohohoho... Santai dulu Yang Mulia, aku sudah salah meremehkan kekuatan sihirmu tadi yang benar-benar jelas sangat mengagumkan. Tapi kau tidak bisa dengan buru-buru mencoba menyelamatkan seorang putri dalam kemelut begitu saja secara instan. Tenangkanlah dirimu dahulu, hirup nafas pelan-pelan, lalu buang, Lakukan berkali-kali.” Balas Gilbart Gavin pun melakukan apa yang Gilbart suruh, namun bukannya tenang, ia malah merasa kesal karena merasa sepertinya Gilbart mengulur waktu untuknya segera menemukan toadstone. “Ahhh... Persetan denganmu, kau sesungguhnya memiliki rencana atau tidak?!” Ucap Gabin dengan emosi yang memuncak dan rasa tidak sabar yang sangat tinggi.  Mukanya terlihat sangat menakutkan sekarang, membuat Marioth menutupi mukanya dan perlahan-lahan mengintip muka Gavin dari sela-sela jarinya. “Kumohon Gavin tenanglah.”  Namun tidak ada yang tidak bisa Gilbart atasi. Dia berjalan dengan santai sambil berusaha duduk di bangku taman terbuat dari marmer halus. Ditengah-tengahnya Ada sebuah meja bundar yang sama-sama berbentuk marmer berbentuk pipih dan bulat.  “Kalian semua duduklah dahulu, aku akan menceritakan bagaimana kita bisa mendapatkan Toadstone” ungkap Gilbart dengan tenang. Setelah mendengar perkataan Gilbart itu. Semua anak-anak ikut duduk di bangku marmer itu saling berhadap-hadapan dan dengan tatapan yang kosong hening semakin lama semakin canggung apabila dibiarkan terlalu lama menganggur seperti itu. “Apakah aku sudah pernah bilang kalau Toadstone itu sekarang sudah ada di kota Sandros ditahan oleh para bandit. Nah pasti terlintas sebuah pertanyaan di pikiran kalian. Bagaimana caranya agar kita bisa pergi ke kota Sandros dengan tubuh mungil tak berdosa ini. Apalagi kau Gavin yang merupakan seorang Raja pasti banyak mengenalimu saat kita dalam perjalanan nanti” ungkap Baroth dengan tatapan penuh percaya diri memancar dari wajahnya. “Gilbart, apa kau yakin kita akan melakukan rencana itu?” Sahut Noy tak percaya diri dengan rencana Gilbart. Dan tiba-tiba Gilbart menggebu meja, seakan-akan rencana yang akan dikatakannya adalah rencana yang sangat brilian tak mungkin siapapun dapat memikirkannya sebelumnya. Untungnya mereka berada di belakang panggung sama seperti tempat mereka bertemu Noy untuk pertama kali hari ini sehingga tidak ada siapapun yang menoleh maupun menyadari kalau mereka sedang berada di sini  “Jadi begini Gavin, dalam rencana kita ini. Kau tidak boleh sekalipun, keceplosan bahkan untuk berkata kepada Neville bahwa kau akan pergi dari ibukota untuk mencari Toadstone. Tidak, tidak mungkin dan jika kau melakukannya. Rencana ini akan gagal total dan tidak akan pernah berhasil”. “Namun, Gilbart itu tidak mungkin melakukannya, Neville adalah seorang waliku, aku harus mengatakan semua yang akan hendak aku lakukan kepadanya” Gavin tak mengerti kenapa Gilbart melarangnya untuk mengatakan rencananya kepada Neville, karena menurutnya itu justru akan menambah kemungkinan mereka untuk berhasil menemukan Toadstone apabila mereka melakukannya bersama dengan Neville. “Hah... Dengarkan aku dulu Gavin. Kau boleh menjadi Raja, namun akulah yang menjadi pemimpin kelompok kita disini. Kau tidak boleh mengatakan rencana kita kepada Neville bukan tanpa alasan. Aku akan menjelaskannya padamu nanti. Namun hal yang terpenting yang akan kita lakukan hari ini adalah tentu saja menemukan cara bagaimana pergi ke kota Sandros. Apakah kalian pernah berpikir ada sebuah prasarana bagi kita anak-anak untuk naik sebuah kendaraan dengan mudah? Menyelinap mungkin adalah rencana yang paling masuk akal. Namun apa yang akan kita masuki?” ucap Gilbart. Namun tiba-tiba ada para Anggota personil musisi The Gist melewati mereka. Sontak mereka pun dengan lantang berkata bersama-sama “THE GIST!” “Yah, Ide yang sangat bagus” ucap Gilbart merasa senang dengan sumbangan ide dari teman-temannya tak tahu kalau The Gist benar-benar ada di belakangnya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN