Chapter 75 : Gerobak Kuda

1849 Kata
Hai Neville, aku harap kau sedang baik-baik saja sekarang. Aku benar-benar berharap begitu. Karena saat ini aku masih berada di rombongan The Gist. Aku duduk bersama mereka dengan Noy, Gilbart dan Marioth. Aku benar-benar tak percaya kami akan melakukan petualangan semenakjubkan ini.  Mungkin sama sepertimu saat membaca suratku yang pertama. Aku sama sekali tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi padaku. Semuanya berjalan serba tiba-tiba. Dan aku tidak memiliki kontrol atas semua itu.  Aku membiarkan itu semua berjalan mengalir begitu saja. Dan ini semua terjadi berkat pengaruh Gilbart yang memulai ini semua. Aku juga awalnya mengira aku tidak akan mungkin ikut bersama mereka pergi ke Sandros. Ups... sepertinya aku membeberkan rahasia tempat di mana aku akan pergi. Tapi kumohon Neville, jangan bawa seluruh armadamu kemari dan mengacaukan semuanya. Aku tidak ingin semuanya berubah menjadi berantakan. Mungkin pertama-tama aku harus bercerita tentang bagaimana aku bisa sampai dan naik ke gerobak ini. Pada awalnya, saat kami berdebat dan memikirkan cara yang terbaik bagaimana kami bisa pergi ke kota Sandros, kami menemukan fakta bahwa kelompok musisi, The Gist tepat sekali sedang lewat di depan kami. Kami semua di sana tentu saja mengenal siapa mereka.  Sekelompok musisi terkenal seantero Odessa. Dan ternyata, mereka juga mengenalku, bahkan mengagumiku, mereka tampak berlebihan saat menceritakan kisah-kisah kita berada di Hutan Izia, membuatku sungguh malu dan sedikit kesal karena tentu saja banyak dari legenda itu merupakan kisah yang tidak benar.  Dan singkat cerita, Gilbart tiba-tiba saja menghalangiku untuk berbincang dengan mereka beralasan bahwa aku sedang sibuk tak ada waktu untuk meladeni mereka. Dan mereka juga harus bergegas kembali ke panggung berikutnya menghibur penonton yang lain. Namun tiba-tiba Gilbart berteriak mengatakan sebuah ide gila dimana mereka bisa mengenalku lebih dalam apabila mereka memperbolehkan kami para anak di bawah umur untuk pergi bersama mereka ke kota Sandros tempat tujuan berikutnya.  Awalnya mereka tentu saja menolak karena tidak mungkin akan diizinkan oleh orang-orang di atas mereka. Tapi saat Gilbart menghampirinya dan membisikkan kata-kata yang aku tidak bisa dengar dari kejauhan, mereka tiba-tiba memperbolehkan kami untuk ikut dengan mereka. Karena tidak ada pilihan, kami pun dengan cepat langsung bergegas dan pergi ke balik gerobak bersama mereka. Namun Gilbart sudah memesankanku untuk menulis surat pamit untukmu. Katanya surat itu aku buat agar kau tidak kecewa, namun dari yang aku rasakan dan pikirkan, sepertinya kau akan tambah kecewa bila aku tiba-tiba mengirimimu surat seperti itu apalagi dengan keputusan yang fatal tanpa persetujuanmu terlebih dahulu.  Tapi ya sudahlah Neville, kau nanti juga akan mengerti alasanku mengapa melakukan ini semua. Dan aku tentu dengan sangat besar hati memintamu untuk jangan mengkhawatirkanku. Mungkin umur 12 tahun bagimu adalah umur seorang anak balita yang baru bisa berjalan dan berbicara, namun bagiku dan mereka, aku benar-benar seperti orang dewasa. Mereka memperlakukanku dengan sangat keren layaknya sahabat mereka sendiri. Aku benar-benar tersanjung dengan perlakuan mereka padaku saat ini. Singkat cerita, aku sudah melewati hutan di ujung timur ibukota. Tidak ada matahari yang menyinari perjalanan kami sehingga membuat kami cukup santai karena diikuti oleh aliran hawa angin yang sejuk. Dan juga ngomong-ngomong, keberadaan kami tidak di gerobak ini tidak diketahui oleh siapapun. Hanya para personel The Gist yang berada di dalam bersama kami mengetahuinya.  Saat kami hendak masuk ke Gerobak itu, kejadian cukup menegangkan dan sedikit heroik terjadi. Di dalam gerobak tertutup ini, hanya ada ventilasi yang ditutupi tirai sebagai sumber cahaya, sementara di tengah ada bagian belakang pak kusir ada sebuah lilin yang akan dinyalakan saat malam hari dan penerangan minim. Gilbart dengan bersikeras masuk ke dalam gerobak itu, tanpa ada persetujuan bahwa itu memang gerobak milik The Gist atau bukan.  Dia langsung saja meloncat dan menemukan sebuah selimut hijau yang sangat lebar. Dia berusaha menarik selimut itu dan menutupi tubuhnya sebelum para penjaga mengetahui tentang mereka. Kami yang masih berada di luar hanya mengamati Gilbart dari jauh sambil mengamatinya dengan seksama. Takut kalau kejadian yang tidak diinginkan menimpa dirinya dan kami bisa menyelamatkannya dengan cepat.  Awalnya Gilbart mengira selimut itu adalah selimut yang menutupi sebagian berkas ataupun koper milik The Gist. Namun saat Gilbart membukanya, ada segerombolan domba putih yang merengek membuat berisik seluruh gerobak. Gilbart tentu saja panik ketakutan dan kabur dari gerobak itu, sementara kami yang menunggunya di luar tertawa terbahak.  Kejadian itu sangat gaduh sampai-sampai seseorang tukang peternak yang ada di samping gerobak itu berteriak dan memarahi Gilbart. Aku sungguh tidak habis pikir bagaimana bisa Gilbart dengan percaya diri masuk ke gerobak yang salah seperti itu. Kami tidak masuk berbarengan dengan para anggota personil The Gist karena memang jika kami memasuki berbarengan dengan mereka akan menimbulkan kecurigaan dan kekhawatiran. Apalagi seorang diriku yang dikenali banyak orang disana akan mendapat perhatian lebih.  Mereka hanya mengatakan kalau gerobak kuda milik mereka ada sebuah lengkungan berwarna biru di pintu masuknya. Gilbart mengira dengan sangat yakin kalau tempat yang ia masuki tadi adalah milik gerombolan The Gist dan ternyata salah. Karena sangat gaduh dan membuat keramaian, kami pun berlari sekencang-kencangnya dari tempat itu dan pergi mencari gerombolan The Gist. Karena sangat ramai dan orang-orang melihat kita sedari tadi, begitu juga dengan The Gist.  Mereka menoleh kebelakang dan menunjuk salah satu gerobak yang ternyata memang salah. Kami berempat langsung saja meloncat ke gerobak itu tanpa pandang bulu setelah melihat tidak ada satu orang pun yang berjaga-jaga disana. “Aku tidak menyangka kau melakukan hal semacam itu Gilbart. Tapi tidak masalah, tindakanmu tadi sungguh sangat menghiburku hingga membuatku terpingkal-pingkal. Mungkin mereka adalah domba yang dinanti-nantikan Gilbart” ucap Noy dengan sangat puas menertawakan Gilbart sementara ia mengaku kalau dirinya salah dan tak bereaksi ataupun berkata apa-apa. Hanya diam dalam rasa malu. Sementara itu karena aku berada di belakang, aku melihat-lihat para anggota The Gist yang berada di belakang seperti menunggu sesuatu sebelum masuk ke dalam gerobak. Aku melihat dibalik celah-celah gerobak yang tipis di dalam gerobak, melihat seseorang berjubah putih dengan memakai topeng burung hantu menghampiri para anggota The Gist.  Terlihat menakutkan sekaligus misterius di saat yang sama. Mereka berdiri cukup lama untuk mengobrol sesuatu yang sepertinya penting untuk dibicarakan. Aku tidak bisa menguping pembicaraan mereka karena memang terlalu jauh. Namun aku merasa itu bukanlah sesuatu yang berbahaya, bila mereka memang berencana melakukan sesuatu yang berbahaya dan ingin membunuhku, aku tidak mungkin bisa menulis surat ini untukmu sekarang Neville haha. Aku masih tidak bisa membayangkanmu membaca surat ini dengan perasaan penuh khawatir, kau pasti membaca ini diam-diam tanpa ada siapapun. Khususnya Baroth haha.. Setelah mereka sudah selesai berbincang-bincang dengan orang misterius itu. Mereka langsung membuka gerobak yang kami naiki dengan lebar-lebar memperlihatkan kami yang sedang bersembunyi dalam selimut.  Mereka hanya tersenyum melihat kami yang mungkin memiliki bentuk penyamaran yang sangat payah. Namun aku tidak bisa melakukan hal lain, ini adalah satu0satunya cara terbaikku untuk bersembunyi di antara para penjaga khususnya kusir yang akan mengantarkan kami ke kota Sandros. Semua personil sudah masuk ke dalam gerobak, Ivanka yang berada di barisan terluar menutup pintu dengan sangat keras mengagetkan kami berempat. Sementara gerobak sudah berjalan dapat aku rasakan dari atas alas yang bergejolak menggilingkan roda di atas gerobak yang aku duduki ini  “Hey, apakah situasi sudah aman. Apakah kami sudah boleh keluar dari selimut busuk ini?” tanya Gilbart sudah merasa tidak nyaman. Namun bukannya menjawab dengan baik dan benar. Mereka semua malah tertawa mendengar sahutan Gilbart yang mungil dan terkesan misterius itu. Ia berbicara dengan suara lirih seakan-akan takut untuk ketahuan oleh orang-orang yang berada di luar. “Ahahahaha, maafkan aku Gilbart. Aku masih sulit membayangkan dirimu dikejar-kejar oleh domba berbulu putih itu. Jika saja kau tidak menyadarinya, mungkin kau sudah ada di Holle sekarang dengan wanita-wanita muda di desa yang siap untuk mengekstrak kulit tubuhmu hingga habis” Meskipun terdengar kejam. Aku, Marioth, Noy dan semua anggota The Gist benar-benar tertawa terbahak-bahak mendengar lelucon yang keluar dari mulut Sett. Aku juga masih tidak bisa habis pikir dengan kejadian yang baru saja dialami oleh Gilbart itu.  “Tidak lucu” jawab Gilbart kesal sambil memalingkan matanya ke arah The Gist mengungkapkan kalau ia benar-benar marah saat ini, “Hey, apakah kita sudah benar-benar boleh sekarang? Bukannya berbahaya kalau kami bersuara dengan lantang ataupun tertawa terbahak-bahak seperti tadi? Bagaimana jika ada orang yang mengetahui identitas kami sebagai penumpang gelap?” Tanya Marioth khawatir. Pertanyaan tadi sebenarnya sudah ditanyakan oleh Gilbart, namun mereka lupa karena teralihkan oleh kejadian yang baru dialami oleh dirinya. “Tenang, kalian sudah boleh keluar sekarang. Lihatlah saat aku mengetuk dinding ini” Rotter yang duduk paling depan tepat berada di belakang pak kusir mengetuk dinding itu dengan sangat keras. Namun tidak terjadi apa-apa. “Ini adalah ruangan kedap suara. Meskipun kau sudah berteriak sekencang mungkin hingga kerongkonganmu sudah kering, kau tidak akan bisa mengganggu orang-orang yang ada di luar. Mereka tidak akan mendengarmu meskipun ada ventilasi udara di atas sana” Rotter menunjuk sebuah kotak kecil yang ada di atas tempat cahaya saat siang atau pagi hari masuk ke dalam gerobak itu menyinari mereka. “Jika kami ingin sesuatu atau berpesan kepada Sang Kusir di depan. Kami cukup membunyikan lonceng ini agar dia segera berhenti dan turun menghampiri kami” Rotter membawa sebuah lonceng dengan warna keemasan. Ternyata walaupun terlihat cukup sederhana, gerobak ini lebih canggih daripada kelihatannya. Hanya bagian dalamnya saja yang perlu diperbaiki dan mungkin dirapikan. Karena masih penasaran dengan pria berseragam berwarna penuh putih tadi, aku pun bertanya kepada Sett yang tampaknya orang paling aktif saat berbicara kepada pria itu tadi, “Hey Sett, aku melihatmu berbicara dengan pria berbaju putih yang menyeramkan tadi. Siapa dia sebenarnya? Haruskah aku mengkhawatirkannya?” tanyaku dengan penuh rasa cemas. Dengan ramah Sett pun menghampiriku dan menyentuh pundakku seakan-akan ingin mengatakan sesuatu padaku. “Apakah yang kau maksud Vincent? Kau tidak perlu khawatir padanya. Dia adalah manajer kami, orang yang mengurus segala sesuatu tentang tur dan perjalanan kami keliling dunia. Tanpa dia kami tidak mungkin bisa sepopuler sekarang. Dan juga mungkin tampak aneh, namun memang seperti itu penampilannya. Dia menolak untuk diketahui seseorang, apalagi orang asing. Ivanka dan Boris saja masih belum mengetahui wajah aslinya. Sungguh, kau tidak perlu khawatir.” “Baiklah anak-anak, karena aku membawa sebuah gendang yang aku curi dari pasar tadi. Bagaimana kalau kita akan membuat sebuah lagu khusus untuk mengenang hari ini. Tentang kehebatan sosok Gilbart sang Ksatria Domba” Boris dengan gigi tanggalnya mengangkat gendangnya ke atas diiringi canda tawa oleh semua orang yang sudah berada di situ.  Gilbart yang marah dengan muka kesalnya mencoba berdiri dan menghentikan perbuatan semua musisi itu. Aku tahu perasaan Gilbart, mungkin dia sekarang benar-benar merasa malu sekarang. Namun bagaimana lagi itu adalah sesuatu yang sangat lucu untuk diceritakan ataupun diingat-ingat. Mungkin saja aku akan mengingat kisah itu saat aku sedang gundah gulana. Oh tidak, sepertinya aku tidak sadar saat menulis ini semua orang sedang tertidur. Pergi ke kota Sandros memang membutuhkan waktu lama dan perjalanan yang melelahkan. Gilbart yang sedari tadi cemberut dan malu sekarang tertidur pulas dengan wajah tersenyum.  Begitu pula dengan Noy dan Marioth, aku tidak yakin apa kedua gadis itu akan betah dengan petualangan yang kita lakukan. Namun apabila memang iya, semuanya sudah terlambat sekarang, kami sudah berjalan cukup jauh. The Gist juga sudah kelelahan memainkan semua lagu mereka kepada kami. Dan aku tak henti-hentinya menulis. Sebaiknya aku ikut tidur bersama mereka. Dadah Neville.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN