Chapter 45 : Kesalahan Terbesar

1867 Kata
Di sebuah Gua. Baroth yang masih menggantung tertidur dikurung sendirian dalam sebuah sel, terbangun karena mendengar suara rantai berisik bergesekan dengan sebuah benda yang tak memiliki celah diantaranya. Tidak hanya satu, suara itu menyerbak ke seluruh penjuru ruangan menggema bersama tembok batuan pualam tempat selnya berada.  Tidak hanya suara, hawa dingin juga menyebar menumpuk menjadi satu. Apalagi tidak ada satu helai kain pun menyelimuti tubuh Baroth, perut dan tubuh bagian atasnya terbuka dengan sangat lebar. Baroth masih bisa menahan hawa dingin yang dia rasakan, pengalamannya dalam menghadapi banyak pertempuran membuatnya dapat beradaptasi di suhu dan cuaca yang ekstrim apapun. Tak terkecuali. Mungkin, ditawan seperti ini adalah pengalaman yang paling mudah untuk dia lupakan karena tidak terlalu menantang baginya. Dari balik lorong. Lagi-lagi seseorang datang menghampiri Baroth. Namun kali ini berbeda dari sebelumnya. Ia mengenakan tudung di kepalanya. Menyembunyikan sebagian mukanya. Sementara tubuhnya ditutupi oleh jubah merah panjang hanya memperlihatkan tangannya yang menyimpul di tengah perut. “Apalagi ini!?” Baroth mengumpat kesal. Tak tahan lagi menahan omong kosong yang ada di depannya. Jika saja ia tak terkurung disini mungkin semuanya sudah hancur menjadi debu di tangannya.  “Sudah kuduga. Benar-benar seperti dongeng yang jadi kenyataan. Kau tahu kan kisahmu cukup tenar di kalangan orang Izia?” ucao pria itu sambil terkekeh memegang dagunya. “Aku tidak peduli. Jika saja seribu orang membicarakan tentang diriku aku sama sekali tidak memikirkannya. Lagipula, apakah dongeng itu yang  membuatmu takut kepadaku dan mengurungku disini?” balas Baroth dengan sinis. “Takut mungkin adalah kata-kata yang cukup kuat dan kurang akurat. Aku bisa mengatakan lebih tepatnya adalah ‘jaga-jaga’. Aku tak peduli dongeng itu nyata atau tidak, bahkan bila memang kau selemah yang orang-orang katakan maka aku akan tetap mengurungmu. Kau tahu pepatah itu kan, membawa potion sebelum berperang? Aku memikirkan segala sesuatu yang akan terjadi dengan rencanaku.” Pria itu menekan mulut atasnya dengan pelan-pelan.  “Oh iya, dimana sopan santunku” pria itu membuka tudungnya. Memperlihatkan rambutnya yang berwarna kuning emas berkilauan dengan rambut lurus bergerai sepanjang bahu. Matanya yang berwarna bitu laut menatap Baroth dengan tenang bak ombak senja di lautan, yang emnyimpan ancaman di dalamnya. Hidungnya mancung dengan aksen di kiri dan kanan membuatnya terlihat sangat mirip seperti orang Izia kebanyakan “Perkenalkan, namaku Larion. Pemimpin di tempat ini” ucap pria itu dengan nada penuh ramah. “Aku tidak peduli dengan omong kosong yang kalian lakukan. Lagipula, aku tidak akan sempat mengingat namamu jika kau mari terlebih dahulu setelah ini” Kata Baroth dengan muka merengut penuh amarah. “Oh… Benarkah. Padahal aku mempunyai tawaran yang sangat menarik untukmu” tegur pria itu dengan meninggikan kepalanya seakan-akan itu memang tawaran yang tidak akan mungkin bisa Baroth tolak. “Sudah kubilang, aku tidak akan bergabung dengan kalian. Lebih baik aku mati dan membusuk disini ketimbang bergabung bersama pecundang seperti dirimu” Tiba-tiba, asap hitam keluar dari balik tubuh Larion. Menyelimuti seluruh tubuhnya. Pupil matanya juga berubah menjadi tajam mirip seperti mata seekor reptil menyala terang. “Lebih baik. Kau menjaga kata-katamu. Apakah perlu kau kubawakan cermin sebesar gajah. Karena sepertinya kau tidak sadar siapa pecundang yang ada disini” di tangannya ia memegang seekor ular namun tanpa wujud fisik, hanya proyeksi energi sihir. “Apakah kau pikir sihirmu bisa menakutiku? Aku telah melihat yang lebih buruk?” Teriak Baroth tak memiliki rasa takut sedikit pun. Karena memang, dalam sejarah pertempuran selama hidupnya, ia pernah beberapa kali mengalami saat-saat di mana hidup dan mati terhempas melewati dirinya.  “Apakah yang kau maksud sihir Nona Arleth yang telah membunuh rajamu? Kalau memang benar begitu, maafkan aku. Sihirku memang tidak seberapa dibandingkan dirinya” Baroth menarik rantai yang ada di tangannya kencang-kencang seakan memberontak namun tiada guna. Ia hanya membuat Larion tahu kalau Baroth tidak bisa melakukan apa-apa sekarang. “APA YANG KAU TAHU TENTANG PENYIHIR ITU!” Teriak Baroth dengan pitam yang memenuhi kepalanya  mendengar tentang sosok yang membunuh Rajanya tentu saja membuat Baroth terpicu. Tidak hanya karena dia merupakan sosok yang loyal, namun Baroth masih merasa bersalah akan kejadian itu “Maaf-maaf, sepertinya aku terlalu berlebihan membuatmu menjadi penuh emosi seperti ini. Orang yang sedang emosi atau mempunyai amarah yang tidak stabil cenderung akan membuat keputusan-keputusan buruk untuk hidupnya. Aku tidak ingin kau menjadi temperamen lagi kepadaku. Percayalah, mendengar suaramu saja cukup membuatku takut. Aku tanya sekali lagi. Apakah kau berminat untuk bergabung bersama kami?” Larion menawar dengan nada tamah sambil senyum mengeluarkan tangannya.  Namun tanpa disangka-sangka, Baroth malah mengeluarkan ludahnya tepat mengenai telapak tangan Larion. Ludah itu terlalu menjijikkan untuk seorang ludah manusia. Lation menyipitkan matanya, mengelap tangannya ke besi sel yang ada di hadapannya. “Demi surga dan neraka. Seluruh keturunanku tidak akan sudi untuk bergabung denganmu dasar pecundang!”  “Kau tahu, penduduk desa menganggapku merupakan seorang musuh atau orang yang terlahir dengan sebuah kecacatan di jiwanya jika kau lebih mengerti seperti itu. Mereka masih mengira aku terkurung di bawah penjara Falkreth dipenuhi monster-monster aneh bawah tanah. Namun sedikit yang mereka ketahui kalau aku memiliki energi sihir dan kecerdasan melebihi orang normal. Mungkin, aku bisa bilang kemampuan sihirku sedikit diatas rata-rata kaum penyihir biasa, tapi aku bisa yakin aku adalah orang terpintar yang pernah lahir di dalam suku Izia. Dan aku rasa mereka hanya tidak mengerti dengan apa yang kulakukan. Malah menganggapku dan saudaraku sebagai orang aneh. Apa itu memang sifat dasar manusia? Angkuh dan merasa tahu segalanya? Seakan-akan mereka adalah pemimpin di dunia ini?” Larion memberi tahu Baroth dengan senyuman ramah kembali. Seakan-akan hinaan yang dilontarkan Baroth tidak pernah terjadi. “Dan aku sempat berpikir. Apakah seseorang bisa melampauiku dalam hal itu? Aku tahu perasaanmu, menjadi yang terhebat, merasa dikucilkan dan sendirian. Seakan-akan tidak ada orang yang dapat memahami kita kau tahu? Aku juga mengalaminya beberapa kali ini, cukup sering bahkan, membuatku susah untuk tidur dengan tenang” “Ya, itu benar-benar kata-kata yang hanya dilontarkan seorang pecundang” sindir Baroth kembali dengan sangat sinis “Kau lihat, kita benar-benar sangat mirip!” Larion menjulurkan tangannya kembali seperti ingin merangkul Baroth ke dalam pelukannya. “Andai saja kita bisa bersatu, kau sebagai otot dan aku sebagai otaknya. Maka aku rasa tidak ada yang bisa mengalahkan kita” mendengar itu Baroth hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Merasa heran dan menganggap kalau Larion benar-benar merupakan seorang yang memiliki gangguan di kepalanya. “Apakah kau siap dengan yang dinanti-nantikan partnerku?” ucap Larion penuh percaya diri dan harapan. “Kau tahu, semua orang yang berbicara denganku di tempat ini seperti memiliki sesuatu di kepalanya, dan bukan sesuatu yang baik. Apakah kau sungguh-sungguh tidak salah memakan sesuatu? Karena aku merasa jamur yang ada di hutan Izia mulai bermasalah dan membuat otak kalian beracun” Tapi tiba-tiba, Larion mengeluarkan suatu benda dari balik jubahnya. Benda itu terlihat seperti remot yang mengontrol sesuatu dalam jarak jauh. Namun memiliki energi proyeksi berwarna biru yang menyinarinya. Ada banyak tombol dengan ukiran-ukiran aksara aneh menghiasi seluruh tablet batu itu. Tak ada yang bisa Baroth mengerti, kemudian dia menekan salah satu tombolnya. Dan langsung saja, Baroth terlepas dari borgol yang menahannya Baroth meregangkan otot leher di kepalanya melenggak-lenggokkan ke kiri dan kanan sambil memegang pergelangan tangannya yang mulai kram. Baroth menunduk, memanjangkan kakinya ke samping setelah terlalu lama dibiarkan menggantung tanpa alas untuk berpijak. “Kau melakukan kesalahan yang fatal tahu Aku bisa saja merobohkan sel ini dan hancur bersamamu” Ancam Baroth sambil tersenyum. Namun Larion tidak berdiam sedikitpun. Malahan ia tersenyum memperlihatkan giginya yang putih bersih tanpa ada bekas noda atau plak menempel disana. “Oh tentu saja Baroth. Aku akan senang bila kau melakukannya.  Baroth memukul tanah dengan sangat keras. Mengguncangkan seisi gua, hingga membuat dengungan yang terdengar sangat mengganggu ke gendang telinga Baroth. Jubah bagian bawah Larion juga terangkat karena efek dari pukulan Baroth itu. Sementara tanah yang ia pukul, retak dengan meninggalkan bekas yang dalam membuat oermukaan lantai yang ia pijak menjadi tidak rata. Namun Baroth kembali heran. Biasanya saat ia melakukan itu orang-orang akan bergidik ketakutan karena melihat sesosok orang kuat dengan kekuatan tak terbayangkan. Tapi Larion, malah diam dan tersenyum melihat tingkah Baroth. Membuat dia merasa tidak nyaman dan ada sesuatu yang tidak beres. “Aku memukulnya tanpa menggunakan energi sihir loh” ucap Baroth mencoba menggertak Larion sekali lagi. “Oh tentu saja aku percaya dengan kemampuanmu Baroth. Getaran tadi cukup membuat buluku merinding dan instingku untuk berlari. Jika itu memang yang kau ingin dengarkan sih” “Ya aku akan melakukannya lagi. Namun kali ini tepat di wajahmu!” Baroth melompat ke arah sel yang ada di depannya mencoba meninju Larion dengan tangan kosong. Namun mendadak, Tanah yang dipijak Baroth bergerak dengan sangat cepat. Membuatnya terbuka lebar. Baroth melirik ke bawah, ternyata ada sebuah ruangan lagi dibawah tempatnya berpijak. “Apa kau lupa tentang kata-kataku soal orang yang terkuat? Aku ingin mengetes seberapa kuat dirimu tanpa s*****a apa-apa Baroth” ucap Larion dengan sombong. Baroth yang tidak memiliki keseimbangan dan tidak mengantisipasi hal ini sebelumnya, terjatuh dengan terlentang ke tanah. Tubuhnya menyentuh batuan runcing yang ternyata tidak cukup kuat untuk menusuk Baroth dari bawah membuatnya malah  hancur berkeping-keping.  Hal itu tidak membuat Baroth menjadi lemah atau merasa lelah. Setelah terjatuh. Ia langsung saja berdiri dengan melompat ke atas batu sambil menggoyang-goyangkan kakinya. “Ini lebih baik daripada terkurung disana” namun tiba-tiba di depan Baroth ada segerombol Ghoul yang datang berlarian bergerombol menghampiri dirinya. Para Ghoul itu datang dari tiga lorong di depannya  satu di kiri dengan batuan armintes yang masih menempel. Satu di tengah dengan tumpukan kayu menahan jalan masuknya. Dan satu di kanan dengan kepala seseorang menggantung diatas dinding-dinding gua.  “Aku telah menyiapkan gua ini khusus untuk Baroth. Dari ketiga lorong itu ada sebuah jalan keluar bagimu untuk bisa kabur dari tempat ini. Namun jika tidak, silahkan nikmati gerombolan Ghoul yang akan menyerang dirimu. Dan dari ketiga lorong ini, kau akan menemukan s*****a kesayanganmu yang bisa membantumu melawan para Ghoul. Namun itupun jika kau bisa mengalahkan mereka sih” dari atas lorong bawah tanah Larion berkata dengan keras ke arah Baroth. “Maksudmu seperti ini” Baroth memukul dengan sangat keras muka Ghoul yang ada di hadapannya hingga membuat sebgain gigi dan matanya copot dari tempat yang semestjnya. Sedmagkan para Ghoul lain yang datang dari belakang mencoba menyerang Baroth dsri titik butanya terpaksa harus menahan tendangan tumit Baroth mengenai perutnya hingga harus terlempar ke pojok mengenai gerombolan Ghoul yang lain. Hingga ada lagi salah satu Ghoul yang meloncat dari ketinggian menyerang Baroth dengan cakar tajamnya tidak bisa berkutik apa-apa karena Baroth terlebih dahulu loncat memegang tubuhnya dan melemparnya ke tanah bersama Ghoul Lain yang ikut terjatuh seperti efek domino. Larena berada di udara, Baroth memancungkan kakinya mencoba menginjak Ghoul itu hingga kulitnya hancur berantakan.  “Jika kau mencoba mengujiku dengan monster-monster ini. Aku hanya bisa berucap terima kasih tanpamu semua ruam dan kesemutan di segala sendiku akan hilang dengan melawan mereka. Namun jika kau ingin membunuhku dengan memberikan mereka, maaf aku rada itu tidak cukup. Dan mungkin, saat aku berhasil kabur dari sini dan bertemu kembali, kau tidak usah sungkan-sungkan meminta bagian tubuh mana milikmu yang ingin aku copot. Aku akan dengan senang hati mengabulkannya.” Ucap Baroth penuh dengan rasa senang dan kegembiraan. “Oh dan satu lagi. Keputusanmu ini adalah keputusan paling buruk yang pernah kau lakukan”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN