Chapter 85 : Alexy

1921 Kata
“Hey itu giliranku. Berani-beraninya kau menerobosnya duluan” aku mendengar suara seorang pria dengan nada berat di arah kerumunan itu. Aku tidak bisa melihat siapa disana. Aku hanya khawatir dengan Gilbart yang terjadi kenapa-kenapa “Apakah ini saatnya?” tanya Angela kepada Tompu di sebelahnya. Dia menunjuk pria berbadan besar dengan otot lengan kanan lebih besar daripada sebelah kirinya. Tompu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Menyangkal dugaan Angela. “Dia adalah Illivar. Seorang langganan pembuat onar disini. Aku khawatir dengan kehadiran dia disini akan membuat semua rencana kita gagal. Aku tidak bisa membiarkannya begitu saja” Jawab Tompu. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Dia mengatakan seolah-olah tahu semua seluk beluk yang ada di tempat ini. Sementara bentakan Viktor tak digubris sama sekali oleh mereka. Karena merasa kesal ia langsung saja datang menghampiri kerumunan itu. Namun terlambat, Illivar sudah melayangkan pukulan lengan kanannya tepat ke arah seorang laki-laki berbadan lebih kecil dari dirinya. Kena telak ke arah pipi hingga membuat luka lebam merah dan tergelincir jatuh ke belakang.  “Berani-beraninya kau memukulku. Kakak, balas dia!” gerombolan orang datang membantu pria yang terjatuh tadi. Namun aku sungguh kaget, gerombolan itu memiliki wujud fisik dan muka sama persis dengannya. Hingga terlihat seperti sebuah ilusi dan kloningan bayangan. Apakah itu semacam sihir? “Kurang ajar, berani-beraninya mereka mengabaikan peringatanku. Aku harus memberikan mereka pelajaran” Viktor mengambil ancang-ancang untuk segera berlari, namun saat ia melangkahkan kakinya. Bahunya ditahan oleh Harold yang tiba-tiba sudah berada di depannya. Padahal sebelumnya aku melihat dia hanya duduk-duduk saja di sana. Sambil memegang pundaknya, Harold menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba berkata kepada Viktor untuk menghentikan apa yang akan hendak ia lakukan. “Ini sudah tidak dapat dibendung lagi. Jika kita membiarkan mereka, benar kata Tompu. Rencana kita tidak akan berhasil dengan lancar” balas Viktor kepada Harold. Meskipun Harold tidak mengucapkan kata-kata sedikitpun. Namun kedua pria itu seperti mampu untuk berkomunikasi satu sama lain. Benar-benar membuatku penasaran dan iri di saat yang bersamaan.  Harold menunjuk ke arah jauh di depan. Terlihat para penjaga berbaris dan berjalan menuju kerumunan itu. Pakaian mereka berbeda daripada pakaian penjaga biasanya. Apabila para penjaga tahanan biasa memakai baju biru laut dan topi baret berwarna hijau di atas kepala mereka. Namun para prajurit itu memakai baju putih penuh dengan baret berwarna merah    “Harold benar Viktor. Kau tidak perlu terlalu terbawa suasana. Lihat di sana. Sang pangeran berjubah perak datang membawa tongkat emasnya. Alexy” ucap Angela mendeskripsikan sosok yang berjalan di depan barisan prajurit itu.  Dia berpenampilan berbeda lebih mewah daripada prajurit lain dan memakai aksen sebuah jubah kecil menempel di punggungnya. Berjalan dengan sangat jumawa sambil memakai topeng yang hanya menutup matanya “Alexy, aku rasa aku pernah mendengar nama itu. Terasa sangat familiar dan tidak asing. Apakah aku pernah bertemu dengannya?” ucap Marioth. Mungkin memang dengan pengetahuan Marioth soal para bangsawan dan kerajaan membuatnya familiar dengan pejabat-pejabat yang ada di Yagonia. Namun karena dia memakai topeng di wajahnya sehingga sulit dikenali membuat Marioth kesulitan untuk mengenali pria berbaju necis itu. “Tentu saja kalian mungkin pernah mendengarnya nona-nona. Dia adalah Alexy, anak dari walikota Sandros. Dia berpenampilan seperti itu untuk menyembunyikan identitas atau alter egonya kepada orang-orang yang ada di kota. Namun semua orang disini mengetahui siapa identitas dia sebenarnya. Jika kalian penasaran mengapa dia menyembunyikan identitasnya. Sebentar lagi kalian akan melihatnya dengan mata kepala kalian sendiri” ucap Angela menyuruh kami waspada. Aku benar-benar mengenal siapa sosok Alexy, dari rumor yang beredar di sekitar istana. Dia terkenal sebagai orang yang arogan. Alexy menghampiri dua orang, atau mungkin sekumpulan manusia yang bertengkar itu. Ia menyuruh para prajurit yang ada di belakangnya untuk berbaris rapi menunggunya untuk beraksi. Sementara orang yang membuat rusuh tadi diam dan tidak bereaksi apa-apa dengan kedatangan Alexy. Aura yang dia pancarkan saat ia datang ke tempat ini saja mampu membuat semua orang menjadi tenang tak berkutik dan tanpa suara.  “Ah... dua kera yang bertengkar membuatku rindu akan rumah. Satunya merupakan gorila bodoh dan satunya lagi adalah kapucin pengecut. Apakah kalian yakin tidak melakukannya sekarang saat aku menyaksikan dengan langsung? Aku pikir itu tujuan kalian melakukan ini semua” aku sama sekali tidak terintimidasi dengan ucapan itu. Yang aku khawatirkan saat ini hanyalah Gilbart yang terjebak di tengah-tengah kerumunan tak bisa berkutik. Namun aku tidak melihat raut muka ketakutan disana, hanya diam seperti ikut mengalir dengan suasana. “Dan sekarang katakan padaku. Apa yang menyebabkan kalian berdua bertengkar di saat istirahat? Apakah makanan ini kurang lezat untuk kalian nikmati?” Alexy mendekatkan mukanya ke arah pria dengan bertubuh bongsor itu hingga hidungnya menyentuh topengnya. Dengan muka ketakutan dan ucapan tergagap-gagap, pria itu mencoba menjawab “Dia mencoba menerobos antreanku. Sementara aku saja dari tadi pagi belum menerima makananku” “Ini akan sangat seru. Untung saja aku sudah memilih tempat yang tepat untuk menontonnya” ucap Tompu kepada kami. Aku melirik ke arah Noy. Dia terlihat sama sekali tidak takut dengan situasi ini. Malahan lebih mirip dengan Tompu. Alisnya mendongak ke atas seakan-akan menantikan kejadian ini membuat hatinya berdebar-debar dengan sangat kencang.  “Sekarang aku ingin bertanya kepadamu monyet kecil. Apa yang membuatmu ingin membunuhnya sampai-sampai memanggil semua keluargamu disini?” tanya Alexy lagi. Tatapannya beralih ke pria berbadan kecil dan orang-orang yang bermuka mirip dengannya itu. Dengan nada yang sangat menyeramkan dan mengintimidasi di saat yang bersamaan. “Dia memutar balikkan fakta. Justru dia lah yang ingin mengambil makananku. Perut gendutnya itu tidak bisa mengingkari apa yang sudah terjadi. Semuanya sudah terpampang dengan jelas terukir dari balik perut besarnya”  salah satu pria itu berkata sambil berteriak dan melompat-lompat benar-benar seperti kera. Alexy menarik tongkat silvernya kembali. Dan ternyata tongkat itu adalah sarung pedang yang menyembunyikan pedang berbilah kecil. Dia mengasahnya dengan perlahan-lahan hingga membuat seluruh tempat hening hanya ada suara desingan pedang itu. Sang pria berbadan kecil tadi juga berhenti melompat-lompat. Mungkin suara pedangnya itu mampu mengintimidasi pikirannya. Lalu dengan secepat kilat, Alexy langsung menyabet pedangnya ke arah leher salah satu pria berbadan mungil itu. Membuat kepalanya terpotong dan terjatuh dengan sangat s***s tanpa perasaan. Semua orang terutama para perempuan di sana berteriak histeris. Termasuk Noy dan Marioth, mereka benar-benar tidak siap melihat pemandangan yang baru saja di depan matanya. Melihat seseorang kehilangan nyawanya dengan sekejap. Saudara-saudara orang bertubuh kecil itu langsung memegang kepala saudaranya, sambil bergerak mundur menghindari area sabetan pedang milik Alexy. Dia pun berteriak dengan sangat keras “DIAAMMMM!!!” Area yang dipenuhi dengan tangisan berubah menjadi hening kembali. Aku melirik Viktor lagi, dia tampak menggigit giginya seperti merasa geram yang amat sangat. Aku tahu ia benar-benar merasa kesal dengan kelakuan Alexy yang sangat s***s dan tak berperasaan itu.  Sementara Gilbart yang masih ada di dalam kerumunan, bergerak mundur mencari tempat yang aman untuk bersembunyi dan kabur apabila dia memang berada dalam situasi yang berbahaya. “Aku benar-benar muak mendengar suara teriakan kapucin di gendang telingaku. Membuatku tak bisa tidur di malam hari dan mengantuk di siang hari. Membunuh salah satu dari kalian hanyalah harga yang kecil untuk dibayar” ucap Alexy.  “Prajurit, kemari dan bawakan aku barang itu” lanjut Alexy memanggil salah satu prajuritnya yang membawa sebuah kotak tertutup dengan lap kain kering bercorak warna-warni. Prajurit itu pun membuka penutup kainnya dan memperlihatkan sebuah kotak kayu dengan gembok yang masih terpasang di kuncinya “Apa yang akan dia lakukan?” tanya Noy kepada Angela. Angela pun langsung berdiri seakan-akan tak percaya apa yang dia lihat.  “Tidak mungkin, Viktor apa itu adalah benda yang kita cari selama di Spectre Vale. Bagaimana itu bisa ada di genggamannya?” tanya Angela kepada Viktor Sesungguhnya artefak yang ada di Spectre Vale banyak sekali dan tak terhitung jumlahnya. Tingkat kelangkaannya berbanding lurus dengan kemampuan yang ia miliki. Jadi tidak sembarang orang akan mampu menemukan atau bahkan memakai artefak yang ada di Spectre Vale. Akan ada persyaratan khusus ataupun harga yang harus dibayar untuk setiap artefaknya. “Terima kasih Harold, karena kau sudah menahanku tadi. Jika aku meneruskan apa yang aku lakukan. Mungkin Alexy tidak akan mengeluarkan benda pusaka itu” “Karena kalian melanggar dan membuat aturan yang tidak menyenangkan bagi semua orang. Aku terpaksa harus menghukum kalian menggunakan benda ini. Aku yakin bibi disana akan menangis jika melihat kalian bertikai gara-gara makanan. Namun jangan khawatir, hukuman ini tidak akan membuat kalian tersakiti ataupun terluka. Malahan akan membuat kalian menjadi damai dalam tentram menjadi satu” tutur Alexy dengan ucapannya yang penuh kode. Namun sepertinya Viktor paham betul dengan apa yang sedang orang itu lakukan saat ini. Raut mukanya memerah menahan kesal dengan sangat berat. Alexy membuka kotak yang dibawa prajurit itu. Dengan gembok yang cukup rumit, dia membukanya dengan cara yang tidak biasa. Dengan semacam alunan sihir yang keluar dari jari jemarinya dan simbol-simbol rumit. Peti kayu itu secara ajaib terbuka dengan lebar. Dia menarik lap yang menutupi peti itu tadi dan membuangnya keluar jauh-jauh.  “Akhirnya aku bisa menggunakan kalian di waktu yang tepat” Dari dalam kotak itu, Alexy mengangkat sebuah gelang dengan warna yang mengkilap di segala sisinya. Gelang itu terbuat dari kayu namun masih terlihat sangat mewah. Aku bisa merasakan daya sihir yang ada di gelang itu. Alexy memasangkannya di tangan sebelah kanannya. Lalu ia menutup peti itu kembali dengan rapi dan menyuruh prajuritnya untuk pergi dari tempat mereka berada sekarang. “in nomine patris et matris meae, omne vovemus hoc albus olor” Alexy mengucapkan mantra-mantra dan melambai-lambaikan tangannya membentuk sebuah simbol sihir. Sebuah energi yang dahsyat terpancar dari tangannya, hingga cahaya berwarna hijau terlihat sangat terang menyilaukan mata orang-orang yang berada di sekitar tempat itu. “Ada apa ini Tuan!” Teriak pria berbadan besar itu ketakutan. “BUKANKAH SUDAH KUBILANG UNTUK KALIAN AGAR DIAM!!!” teriak Alexy diiringi lonjakan energi sihir yang sangat besar. Energi sihir itu keluar dari gelang yang dikenakan Alexy, mengerubungi Illivar dan gerombolan pria berbadan kecil itu. Mereka berdua tenggelam dalam aliran sihir hingga berkumpul menjadi satu, memakan semua kulit, daging, dan tulang mereka hingga keropos menjadi seperti debu.  Proses itu terjadi cukup lama sampai-sampai semua orang lari berhamburan takut terkena efek dari sihir itu. Gilbart juga tak ingin melewatkan momentum itu. Dengan berlari sambil merunduk dia menuju ke arah kami. Untung saja para penjaga tidak menyadarinya karena terlalu terfokus pada aliran cahaya sihir Alexy. Jarak kami dengan Alexy cukup jauh sehingga aman untuk melihatnya, Aliran sihir itu berhenti, memperlihatkan wujud sosok aneh yang ada di depan kami. Alexy berteriak dengan histeris  “MAHAKARYAKU, AKHIRNYA AKU BISA MENCIPTAKAN SESUATU DENGAN BENDA TERKUTUK INI” aku benar-benar tak bisa mendeskripsikan apa yang ada di depanku saat itu Neville. Jauh lebih mengerikan daripada yang kita lihat saat berada di hutan Izia.  Dia memiliki bentuk manusia, namun memiliki kaki yang kecil dengan bulu-bulu jarang sementara tubuh bagian atas nya sangat besar dan kekar. Wajahnya tidak terlihat cukup tampan sebagai manusia. Dan yang lebih buruknya lagi tidak ada hanya satu, namun puluhan makhluk berkumpul menjadi satu. Aku mencoba menengok ke arah Marioth dan Noy. Tentu saja mereka berdua tidak dapat menahan melihat apa yang ada di depan mereka. Dengan tak sadar tiba-tiba mereka muntah dengan sendirinya, rasa mual dan jijik bercampur menjadi satu. Aku masih bisa menahan apa yang kulihat, mungkin aku juga sudah terbiasa melihat sesuatu yang mengerikan. “Apa itu sebenarnya Gavin?” tanya Gilbart. Aku pun mencoba menjawab Gilbart sebisaku “Entahlah Gilbart, aku tidak pernah melihatnya seumur hidupku.” Namun tiba-tiba Viktor menyahutiku dari belakang. Dia berkata, “Yap. Itu benda yang kita cari selama ini. Tidak sia-sia kita menjaga kontak dan merencanakan semuanya dengan lancar. Gelang yang menempel di tangan Pangeran k**i itu adalah artefak yang kita inginkan, Toadstone”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN