Chapter 84 : Kantin Tahanan

1874 Kata
Aku melihat Spectre Vale dengan mata kepalaku sendiri. Benar-benar sama persis seperti yang ada di bayanganku. Hanya ada pohon dan pohon di keseluruhan tempat itu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali.  Dari kejauhan aku melihat sebuah bayangan kabut raksasa menutupi sebagian wilayah Spectre Vale. Aku tak tahu apa kabut raksasa itu, tapi yang jelas itu mengganggu penglihatan kami sehingga tidak dapat melihat dengan jelas jauh disana meskipun dataran Spectre Vale hanya berupa hutan tanpa ada bukit ataupun sesuatu yang tinggi.  Dan aku juga merasa seseorang yang ingin melihat tempat itu dari jauh tidak akan mendapat apa-apa, sama seperti yang aku saksikan saat ini. “Jika kita gagal dan harus benar-benar kabur. Kita harus berlari ke tempat itu Gavin. Tidak ada jalan lain lagi” ucap Gilbart di sampingku. Walaupun terlihat begitu misterius dan menakutkan. Spectre Vale benar-benar menyimpan daya tariknya sendiri. Seakan-akan tempat itu memanggil kami untuk segera kesana. Memakan kematian dan mencium mau dengan kepala kami sendiri. Mungkin jika kau berada di sana sendirian Neville, aku tidak yakin kau akan bisa bertahan cukup lama.  Mungkin hanya beberapa hari hingga kau benar-benar kabur dari tempat itu. Aku sendiri tidak mengetahui apa alasan tempat itu menjadi menyeramkan seperti sekarang ini. Namun yang jelas bayanganku dan apa yang kulihat tentang Spectre Vale benar-benar sama. “Ayo, sebaiknya kita harus bergegas turun dan pergi ke tempat makan. Aku sudah tidak sabar untuk mencicipi makanan di tempat ini. Perutku sudah keroncongan dari tadi. Dan untung saja tidak ada penjaga yang memergoki kita di sini” Ucap Marioth. Aku benar-benar heran apakah dia benar-benar berharap masakan di tempat ini akan enak? Tebakan terbaikku adalah sebuah gumpalan nasi dengan secuil daging sesendok menjadi penghias di ujungnya tidak kurang dan tidak lebih. “Ehmm... Ya. Kita sudah bersusah payah untuk naik ke atas sini. Namun bagaimana caranya agar kita bisa turun?” tanya Noy, aku pun ikut memandang ke bawah dan sadar kalau kami berada jauh di atas menara. Platform yang kami buat untuk naik mungkin masih bisa kuat untuk menahan kami. Namun berbeda dengan saat turun.  Berat akan bertambah lebih banyak karena medan gravitasi yang lebih kuat. Dan juga berkat rombongan kami yang secara nekat naik. Banyak tangganya sudah mulai keluar sebelum kami bisa menuruninya dengan lancar. Aku tak mengira perjalanan untuk turun akan lebih susah daripada naik ke atas menara ini. “Hei lihat” Gilbart menunjuk sebuah bukit yang tak jauh dari tempat kami berpijak. “Kita bisa pergi dan meloncat ke tempat itu dengan aman” aku benar-benar bingung. Meskipun dekat, jarak antara kami dan bukit sangat tidak mungkin dijangkau hanya dengan lompatan. Minimal perlu sebuah balok kayu atau sesuatu yang bisa kami gunakan sebagai jembatan darurat.  Dengan kondisi kami, terutama aku yang sangat kurang atletis sangat tidak mungkin untuk loncat dengan normal. “Apa kau gila? Mana mungkin kita bisa loncat kesana dengan aman? Apakah kau memiliki kekuatan super” ujar Noy Namun saat Noy mengucapkan itu, Gilbart malah tersenyum dan mengalihkan pandangannya kepadaku. Marioth dan Noy pun ikut mengarahkan pandangan mereka ke arahku. Saat itu aku benar-benar paham apa yang mereka maksud. “Kalian benar-benar ingin melakukannya? Baiklah jika itu mau kalian. Namun bukan tanggung jawabku jika kalian kenapa-kenapa saat mendarat” Mereka mengangguk-angguk, aku pun berjalan mundur berusaha mencari momentum agar lompatan ini berhasil dan tepat sasaran. Sementara yang lain ikut berjalan mundur bersamaku. Mengikutiku dari belakang. Aku mulai berlari, hingga membuat seluruh papan kayu menara bergesek dan berbunyi dengan keras. Sementara yang lain masih mengikutiku, namun diiringi dengan teriakan ketakutan. Aku langsung saja melompat dari ujung papan itu dan berteriak  “Siapkan lutut kalian. Ini akan menjadi sangat luar biasa!” kami semua lompat secara bersamaan. Dan kemudian, dengan mengeluarkan angin dari tanganku, aku meluncurkan mereka semua secara bersamaan. Sementara mendorong dari bawah ke atas agar tenaga yang dihasilkan bisa bertambah dengan lebih kuat. Kami melayang di udara, diiringi oleh langkah kaki memancal di udara. Sementara yang lain berteriak secara bersamaan. Hingga akhirnya kami berhasil mendarat di bukit yang ditunjuk oleh Gilbart tadi Aku menoleh ke bawah, melihat para penjaga yang sadar akan kehadiran kami disana. Aku pun berkata kepada yang lain, “Ayo sebaiknya kita harus segera bergegas sebelum penjaga itu menemukan kita” ucapku kepada mereka dan mulai berlari ke bawah. Aku mendengar suara tiup peluit menandakan kalau mereka benar-benar sadar akan kehadiran kami.  Aku mencoba menggelinding ke bukit, agar bisa bergerak lebih cepat, untung saja latihan yang kau ajarkan padaku saat itu benar-benar berguna di saat seperti ini Neville. Gilbart juga ikut menggelindingkan badannya  sementara aku tahu Marioth dan Noy tidak bisa melakukan hal yang aku lakukan. Akhirnya dia memilih jalan alternatif lain dan menyusuri lembah dengan berseluncur diatas tanah yang curam. Aku benar-benar merasa keasyikan saat itu.  Akhirnya kami berempat berhasil turun dengan selamat. Kami pun bergegas lari lagi menuju ke tempat makan. “Apakah kita masih kebagian sisa makanan? Aku tak berharap akan kenyang juga sih. Setidaknya masih bisa mengganjal perutku setelah seharian penuh belum makan semenjak kepergian kita dengan The Gist” ucap Noy. Membuatku sadar kalau aku juga belum benar-benar makan bahkan setelah bangun tidur di hari festival balon!. Namun aku sama sekali tidak merasa lapar atau lelah. Mungkin hanya mengantuk membuat mataku semakin lama semakin berat untuk dibiarkan menyala.  Kami sampai di tempat makan. Dan ternyata setelah kami berada di menara tadi, tampak antrian tidak lengang sama sekali. Masih panjang dan berdesak-desakan. Semua usia dan gender berkumpul menjadi satu, Membentuk sebuah gumpalan manusia tak terbendung. Aku dan yang lain berusaha untuk mengantre, namun rasa-rasanya mustahil untuk menembus sampai ke depan. Dan juga aku melihat orang-orang yang sudah mendapatkan makanannya. Benar-benar sesuai perkiraanku.  Hanya sebuah nasi kuning dengan sebuah kacang diatasnya. Aku menunjuk makanan itu dan berkata kepada yang lain. “Apa kita benar-benar akan mengantri untuk mendapatkan makanan itu? Bukan berarti aku tidak bersyukur dan bersikap manja. Cuman maksudku apa memang makanan itu akan mampu memenuhi perut kita? Bukan sebaliknya malah membuat seluruh isi perut kita keluar?” tanyaku kepada yang lain Mereka pun ikut menengok. Marioth mencoba menutup mulutnya sambil terlihat kalau ia mual hanya drngan melihat bentuk rupa makanan itu. Sementara Gilbart dan Noy memalingkan muka mereka. Makanan tersebut benar-benar tidak dapat disebut sebagai makanan. “Entahlah Gavin, tapi perutku benar-benar terasa lapar saat ini.  Aku membutuhkan nutrisi untuk segera mengisi perutku secepatnya.” Ucap Marioth sementara memegang perutnya dengan sangat erat. Aku mengerti kondisi Marioth, dia pasti sangat lapar. Begitu juga dengan yang lain. Dan juga tidak ada pilihan lagi, makanan yang ada di depan membuat kami benar-benar tidak selera untuk memakannya. Aku menengok ke sisi kiri, banyak sekali meja dan kursi tersebar di tempat itu. Mereka semua memakan makanan yang mereka ambil dengan sangat lahap. Aku merasa mereka mungkin sudah terbiasa makan makanan disini, dan juga mungkin saat sudah pergi bebas ke luar, mungkin lidah mereka akan benar-benar kaget saat mencicipi makanan di luar. Mereka juga berkumpul memakan di meja tanpa ada sesuatu untuk mengatur mereka dengan rapi. Semuanya benar-benar berkumpul menjadi satu. Rupanya untuk urusan perut dan makanan semua orang bisa bersatu Aku melihat di ujung ada seseorang melambai-lambaikan tangannya padaku. Awalnya aku tidak mengenal siapa dia karena jaraknya yang cukup jauh sehingga sulit untuk dikenali. Hingga akhirnya aku mencoba untuk berjalan lebih dekat.  Dan aku melihat Viktor melambaikan tangannya kepadaku. Di sampingnya ada Nate dengan rambut panjangnya, sementara di sampingnya yang lain, aku tidak mengenal siapa saja mereka. Aku mengira kalau mereka semua adalah sama-sama komplotan bandit Viktor. “Hey kalian, cepat kemari!” Sahut Viktor Aku pun menyentuh pundak Marioth dan Noy berusaha mengatakan kalau ada Viktor disana. Mereka sangat senang melihat kehadiran Viktor.  “Dia memanggil kita. Apakah kita seharusnya pergi kesana?” tanyaku pada yang lain.  “Ya tentu saja. Aku lebih baik duduk dan lapar bersama mereka ketimbang mengantri di barisan yang tidak jelas “ ucap Noy.  Tak lama kemudian Marioth pun ikut menyahuti “Aku juga” “Lalu bagaimana dengan antrian ini? Kita sudah berjalan setengahnya. Apakah kalian rela meninggalkannya begitu saja?” tanya Gilbart masoh berdiri rapi di tengah-tengah barisan. Marioth pun berkata. “Ya, ambil saja makanan itu semaumu, kami tidak membutuhkannya.” Jawab Noy. Gilbart menaikkan bahunya dan masih mengantri di barisan itu.  “Ayo Gavin kita harus cepat duduk disana” Kami pun duduk disana. Selain Viktor dan Nate, yang lain benar-benar tampak asing di mataku. Ada 3 orang yang berpenampilan cukup nyentrik. Di samping kiri Nate ada seorang memakai helm dan penutup muka full tidak memperlihatkan wajahnya sedikitpun.  Sementara orang yang duduk di depan Viktor ada seseorang memakai gelang besi di tangannya dan rambutnya yang tegak lurus cenderung lancip seperti berduri, di samping pria itu ada seorang wanita berambut hijau pendek yang memakai pakaian minim. Aku benar-benar terperangah dengan penampilan nyentrik mereka.  Saat kami bertiga datang, Viktor langsung menyambutku dan mempersilahkan kami untuk duduk di sampingnya. Di depan mejanya asa sebuah makanan yang masih tersisa dan terlihat enak. Aku tak tahu kenapa Gilbart tidak memakannya, namun lidah dan air liur langsung menetes dari dalam saat pertama kali menatapnya.  “Oh, apakah Anda ingin memakan ini Yang Mulia? Tentu saja silahkan. Makanan yang ada di tempat makan itu memang lebih terlihat seperti kubangan lumpur daripada makanan manusia” Ucap Viktor yang tetlihat peka denga kondisiku. “Hey kalian semua, cepat sisihkan makanan kalian kepada Yang Mulia Gavin dan teman-temannya. Makanan kalian akan jauh lebih berguna jika mereka yang memakannya” ucap Viktor kepada teman-teman di sekitarnya. Aku menganggapnya itu terlalu berlebihan, mereka tidak harus memberikan makanan mereka kepada kami.  Cukup beberapa saja. “Tentu saja Yang Mulia. Aku akan sisihkan makananku kepada Anda.” Ucap wanita yang ada di depanku. “Eh... Kalian tidak harus memberikan makanan ini kepadaku. Jika kalian memang menginginkannya dan masih merasa lapar, kalian boleh memakannya untuk diri kalian sendiri. Aku tidak akan meminta sesuatu yang aku tidak mungkin habiskan” aku berucap menolak semua pemberian mereka. “Apakah Anda menolak pemberianku, baiklah kalau begitu, aku akan memakannya kembali” ucap pria dengan rambut lancip itu. Viktor hanya menutup mukanya sendiri, seperti merasa malu dengan kelakuan rekan-rekannya.  “Oh iya Yang Mulia. Mungkin beberapa dari orang-orang aneh ini sangat asing di mata Anda aku akan mulai memperkenalkannya satu persatu kepada Anda. Termasuk kalian nona-nona manis” ucap Nate berdiri sambil mencoba memperkenalkan orang-orang itu. Bukannya beberapa, namun aku memang tidak mengenal siapa mereka semua” “Aku mulai dari manusia dengan penutup penuh muka ini. Dia adalah Harold Cuckoo, jangan khawatir dia memang pemalu dari lahir. Sementara orang berpenampilan aneh ini adalah Tompu Udalo. Namun Anda sebaiknya tidak perlu takut, dia tidak menggigit. Dan wanita yang berada tepat di depanku ini adalah Angela Kovacs. Dia mungkin satu-satunya wanita cantik disini” saat Nate mencoba memperkenalkan orang-orang itu. Mereka berempat langsung berdiri dan mulai untuk menundukkan kepala mereka ke arahku.  “Yang Mu-“ namun sebelum mereka melanjutkan perkenalan mereka. Ada suara dangat dahsyat dan gaduh terdengar dari barisan tempat makanan. Aku dengan refleks melihat ke arah sana. Dan ternyata ada sebuah keributan. Aku melihat Gilbart bergerak mundur dari tempat semula ia berdiri. Aku tidak bisa membantunya saat ini karena jaraknya denganku cukup jauh.  Dan sepertinya, ada sebuah pertengkaran terjadi. Viktor pun bangkit dari tempat duduknya dan berteriak dengan sangat kencang sambil menggedor meja di depannya. “Ada apa ini, tidak bisakah kalian tetap tenang!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN