Chapter 83 : Menara Usang

1917 Kata
“Siapa anak-anak ini? Jangan bilang kalau kau memiliki hubungan terlarang saat berada dalam tempat ini. Sungguh sangat mendebarkan dan sensasional. Namun hati-hati Viktor, rencana yang sedikit lagi sudah kita lakukan tidak bisa begitu saja berantakan karena kau melibatkan perasaanmu ingat” Aku melihat Viktor makin lama makin kesal dengan segala ucapan temannya itu “Sebaiknya kau tutup mulutmu. Di hadapanmu ini adalah Raja kita. Raja Yagonia atau juga Yang Mulia Gavin Osteriz” Pria itu langsung membungkam mulutnya sendiri dengan tangannya. Merasa begitu malu dan kurang ajar di saat yang bersamaan . “Oh tidak. Maafkan aku Tuanku, bukan maksudku untuk bersikap lancang kepada Anda. Perkenalkan namaku Nathaniel Bricks. Anda bisa cukup untuk memanggilku Nate saja Yang Mulia” pria itu membungkukkan badannya. Memberiku ucapan rasa hormat. “Tunggu dulu Yang Mulia. Bagaimana Anda bisa berada di tempat ini? Apakah Anda melakukan sesuatu yang ilegal atau di luar hukum? Aku tidak bisa mengira kalau Raja Yagonia akan melakukan hal sekejam itu.” Cetus Nate yang membuatku kesal juga. Aku tidak salah mengira dan aku kira kalau Viktor akan setuju denganku kalau temannya ini adalah orang yang mengesalkan. “Ceritanya panjang, aku tidak bisa menceritakannya secara langsung kepadamu karena tentu saja bersifat rahasia. Untuk sekarang aku hanya ingin makan siang bersama teman-temanku disini” balasku ingin mengusirnya cepat-cepat. Aku sebenarnya tidak begitu lapar, tapi aku ingin buru-buru untuk keluar dari tempat yang menyesakkan ini. Lama-lama hidung dan paru-paruku akan rusak bila terus saja berada di tempat ini. “Ohh... Rahasia negara. Aku suka sekali itu” Nate tak henti-hentinya masih membalas ucapanku. Viktor kemudian menarik bahunya berlawanan arah denganku mencoba mengajaknya pergi.  “Tuan, apakah Anda perlu untuk aku bimbing ke tempat istirahat atau mungkin Anda ingin pergi sendiri bersama teman-teman Anda?” tanya Nate khawatir denganku. “Tidak usah, aku lebih baik mengeksplor tempat ini sendirian. Aku perlu mencari tahunya sendiri bersama dengan yang lain. Kau tidak perlu khawatir, aku bisa menjaga diriku sendiri dan yang lain, benarkan teman-teman?” jawabku. Sementara yang lain mengangguk-angguk setuju.  “Baiklah kalau begitu Yang Mulia. Kami akan menunggu Anda di seberang meja tempat makan, pastikan gerombolan kalian menemukan kani saat kalian sudah menemukan tempat makannya.” Ucap Nate yang mulai pergi sambil menarik tangan Nate. Pria kurus itu melambaikan tangannya ke arahku mengucapkan sampai jumpa tanpa berkata-kata “Pria itu benar-benar terlihat menyebalkan. Benarkan Gavin?” sahut Gilbart disampingku. Aku tifak mengira dia akan sepemikiran denganku tentang pria itu. Walaupun aku tahu dia tidak bermaksud jahat ataupun ingin mencelakai kami, namun ada sesuatu di dalam dirinya membuatku ingin jauh-jauh mengusirnya. “Apa yang kau katakan? Jelas-jelas pria itu memiliki sifat humoris dan jenaka jauh melebihi kali” sanggah Marioth yang terdengar tidak setuju dengan anggapanku tentang Nate. Aku masih mencari dimana letak humor atau kelucuan dari pria itu tadi.  “Ya, pria seperti kalian tidak akan mungkin mengerti apa yang membuat kami para gadis jauh lebih menyukainya daripada kalian.” Noy ikut-ikutan membantah pernyataanku dan merasa senang dengan kehadiran pria itu. Aku jadi berpikir dengan keras. Ini memang aku yang salah atau mereka yang salah? Tapi entahlah. Aku tidak peduli lagi. Aku harus segera bergegas dari tempat ini. “Gavin, kau tadi bilang kalau kau ingin pergi ke suatu tempat sebelum ke tempat makan. Tempat apa yang ingin kau tuju?” tanya Gilbart. Aku memang sebelumnya berkata kepada Viktor seperti itu walaupun sebenarnya aku tidak tahu tempat apa yang ingin aku tuju terlebih dahulu. Aku merasa kalau aku ingin pergi dari tempat ini untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin. Aku pun memandang sekeliling, mencoba mencari tempat yang pas untuk aku tuju. “Hei Gavin, apakah kau melihat sebuah menara tua di atas sana? Aku merasa kalau sebaiknya kita harus ke tempat itu untuk melihat keseluruhan tempat ini dengan lebih jelas.” Sahut Marioth yang menunjuk sebuah menara terbuat dari kayu sangat tua. Aku pun mengalihkan pandanganku ke tempat itu. Memang tempat itu cukup tinggi dan tidak ada penjagaan yang ketat. Aku hanya dapat melihat seorang penjaga yang masih asik duduk-duduk sambil bercengkrama dengan temannya.  Mereka tidak terlihat serius untuk menjaga menara kayu itu. Sementara di sisi kanannya ada sebuah menara yang terlihat lebih bagus dan indah. Terbuat dari campuran besi dan batuan logam indah. Aku merasa para penjaga itu lebih memilih untuk menjaga ke tempat itu daripada menara tua di sebelahnya. “Tunggu, bukankah itu tampak sangat tua? Apakah kau merasa tidak ada yang aneh dengan tempat itu? Maksudku bisa saja menara kayu itu roboh dengan mudah saat kita hendak menaikinya. Itu juga menjelaskan kenapa sedikit sekali penjaga yang berjaga di tempat itu. Aku merasa mereka lebih memilih keselamatan mereka timbang menjaga benda mati usang itu.” Ucap Noy yang memang cukup masuk akal. Aku mengira kalau benda itu sudah akan ditinggalkan makanya sudah tidak dirawat dan dipakai dengan rapi lagi.  “Ya, tentu. Namun kita tidak akan mengetahuinya jika tidak memeriksanya secara langsung bukan?” Sahut Gilbart. Semuanya terdiam. Walaupun Gilbart tidak memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang baik. Namun jawabannya itu cukup masuk akal. Tidak ada sesuatu yang bisa membuat kita cukup takut jika kita tidak memeriksanya secara langsung Kami pun langsung bergegas dan menaruh beliung kami ke tanah. Sama seperti yang lain. Berjalan kesana cukup berat karena kami harus menanjak bukit yang kami singgahi sebagai tempat menambang tadi sebagai jurang pemisah. Dan juga jalan menanjak nya cukup tinggi. Aku tidak tahu apakah kita bisa sampai kesana tepat waktu sebelum jam makan siang habis. Tidak ada katrol penggerak atau tangga yang bergerak sendiri di tempat ini. Kami terus saja berjalan tanpa henti sampai harus merasakan dua kali kelelahan. Sementara di depan aku melihat Gilbear yang terlihat biasa saja dengan keringatnya yang mengucur deras. Dasar, dia memang sering sombong. Setelah berhasil menanjak bukit, kami pun langsung berjalan menuju menara itu. Aku mengira kalau menara itu jaraknya dekat karena ukurannya yang sangat besar. Dan ternyata saat kami tiba di depannya. Ternyata masih jauh, aku untuk sebentar saja langsung duduk di atas tanah merasa menyerah dengan kondisi fisik diriku sendiri.  Namun aku melihat Marioth, Gilbart, dan Noy memberiku semangat. Aku tahu mereka bertiga sama-sama kelelahan sepertiku, namun semangat mereka membuat tenagaku terisi dengan penuh kembali. Aku tidak mengira kekuatan semangat benar-benar berfungsi bukan hanya semacam mitos. Setelah berjalan cukup jauh dan lama, aku sudah sampai di depan menara itu. Sangat tinggi megah dan usang di saat yang bersamaan. Aku juga melihat banyak sekali lumut yang menempel di kerak-kerak dinding dan tangga. Aku mengira kalau menara ini sudah lama sekali dibuat sehingga kondisinya bisa menjadi separah ini  “Apakah kita harus naik ke atas menara ini? Maksudku ini benar-benar berbahaya Gavin. Kita tidak pernah tahu kapan menara ini akan hancur dan ambruk hingga membuat kita terjatuh dari atas. Dan juga tidak adanya pengamanan dari para penjaga membuat kita tidak memiliki jaminan untuk bisa hidup selamat.” Aku tahu kalau Marioth benar-benar khawatir, namun aku harus benar-benar memriksanya sekarang. Aku pun langsung loncat ke arah platform di menara itu. Kayunya tidak bisa menahan bobot tubuhku dengan mudah hingga membuat suara yang nyaring dan aku berpegang erat di gagang samping kanan tanganku. Namun untung saja itu tidak membuat terjatuh atau tergelincir ke bawah. Aku mencoba sekali lagi untuk melompat-lompat di atas tangga itu. Dan tidak terjadi apa-apa m, tangga ini cukup kuat untuk menahan beban berat badanku. “Ayo kemari Gilbart. Jika tangga ini bisa menahan beratmu, maka dia akan bisa menahan kita semua disini” tuturku kepada Gilbart yang masih ketakutan. Karena sesungguhnya berat badan Gilbart adalah separuh berat badan kami bertiga dijumlahkan menjadi satu. Gilbart langsung melompat, namun bukannya aman, Menara bergoyang-goyang dengan sangat hebat. Sampai-sampai salah satu pijakan kaki yang terbuat dari kayu lepas dari tempatnya. “Apa kau yakin ini benar-benar aman Gavin?” ucap Neville memegang bahuku dengan erat.  “Selama kita bisa mengimbangi gerakan menara ini. Aku yakin kita akan bisa mengendalikan menara ini dengan selamat! Percayalah pada kemampuanmu sendiri Gilbart!” tak lama kemudian, menara itu serasa sudah mengenali siapa kita. Goyangan mulai bergerak dengan pelan-pelan hingga lama kelamaan berhenti. Kami berdua pun saling bertatap-tatapan sambil memegang gagang tangga. Noy dan Marioth tak bisa berhenti memasang muka cemas. “Ayo kemarilah Marioth, Noy, ini sudah aman. Melompatlah dan kami akan menangkap kalian dengan hati-hati” kataku kepada kedua gadis itu. Tanpa berpikir panjang kedua gadis itu pun langsung melompat, diiringi dengan teriakan histeris di mulut mereka. Dan juga tiba-tiba ada sebuah angin yang menghembus kencang dari bawah ke atas. Membuat mereka sedikit melayang. Aku berpikir kalau angin tadi adalah perbuatanku. Namun aku sama sekali tak merasa mengeluarkan sihir apapun. Untung saja tidak ada penjaga yang menyadari kami di atas sini. Kami pun mencoba berjalan di atas tangga. Karena ini menara tua, banyak tangganya yang sudah tidak berbentuk dengan sempurna. Ada sebagian yang sudah lepas dari tempatnya dan asa juga yang ditambal dengan kayu lain sehingga coraknya berbeda dengan kayu di sekitarnya. Kami juga berjalan dengan selaras dan hati-hati agar bisa mengimbangi bentuk tangga ini agar tidak roboh. Noy memegang tanganku dengan erat karena sangat ketakutan. Aku berpikir kalau mereka semua ingin dekat-dekat denganku karena jika memang menara ini akan ambruk dan kami harus terjatuh. Sihir anginku akan mampu menolong kita semua agar bisa selamat. Kami akhirnya berhasil berjalan hingga ke ujung menara. Walaupun sebenarnya bukan benar-benar berada di puncak karena tidak ada tangga lagi yang tersisa untuk berjalan ke atas. Setidaknya ini adalah bagian tertinggi yang masih kita naiki dan amati. Dan pemandangan dari atas sini tidak terlalu buruk juga, kami masih bisa melihat dengan jelas seluruh penjuru fasilitas. “Aku tidak mengira tempat ini akan memiliki pemandangan seindah ini. Ya kan Gavin?” Aku mengira kalau tempat ini sangatlah luas. Ternyata hanya sekelumit bila dibandingkan dengan tempat di depannya. Karena matahari bersinar dengan terang saat itu, aku bisa menentukan dimana saja arah aku berada. Di sebelah utara aku melihat sebuah kota yang terbangun dari banyak bangunan megah dan dikelilingi oleh tembok terlindungi dengan sangat aman.  Aku masih tidak bisa melihat seorangpun di sana karena tertutup oleh banyaknya bangunan. Sementara di sisi baratnya ada sebuah danau yang terbentang dengan sangat luas. Saat aku melihatnya dengan sangat yakin aku melihat itu adalah danau Sandros.  “Aku tidak pernah membayangkan ini namun aku melihat kota Sandros benar-benar dari sisi yang berbeda” ucap Gilbart tak sesuai ekspektasinya. Di sebelah timur aku melihat pegunungan yang terbentang luas. Aku menduga dengan sangat yakin kalau itu adalah pegunungan Farrouk. Aku masih tidak bisa melihat ibukota karena sangat jauh berada di utara. Sementara tempat ini benar-benar tempat yang strategis berada di tengah-tengah pegunungan Farrouk. “Suatu saat aku menginginkan untuk pergi mendaki ke gunung itu” ucapku.. Aku pun kembali menoleh ke arah barat. Tidak ada apa-apa disana, hanya hutan yang hijau dan lebat tak bisa melihat menembus apapun di dalamnya. Aku merasa kalau itu hanyalah hutan biasa dilihat dari jenis-jenis pohonnya yang sejenis dan tidak ada yang menarik.  Sementara melihat sedikit ke dalam fasilitas, aku melihat ada orang berbondong-bondong berkerumun ke dalam suatu tempat. Hingga sekilas aku melihat Viktor duduk disana dengan segerombolan orang-orang yang tak aku kenal. “Gavin mungkinkah itu adalah tempat makan kita?” tanya Noy, aku pun hanya mengangguk. “Gavin, kau harus melihat ke arah selatan kita” Gilbart menyentuh pundakku. Aku pun segera berbelok ke kanan. Dan aku melihat bentangan hutan yang sangat luas. Namun hutan ini terlihat berbeda daripada hutan di sisi barat. Benar-benar terlihat gelap meskipun matahari menyinari dengan sangat terang. Dan juga ada beberapa pohon yang terlihat rusak tanpa ada satupun daun menghinggapi. Gilbart pun melanjutkan ucapannya “Gavin. Itu adalah Spectre Vale”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN