Perjalanan Gavin dan Neville berhenti saat darah yang tertetes menjadi jejak itu hilang. Mereka mendongak ke atas. Melihat sebuah Gua yang tampak kacau balau nan gelap terbuka terpampang lebar di hadapan mereka. Tidak ada pilihan lain, mereka harus masuk ke dalam gua itu. “Apa kita memang harus masuk gua ini, Neville?” tanya Gavin bergidik ketakutan. Karena mungkin tidak hanya monster yang akan dia hadapi, namun sesuatu yang lebih buruk belum pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Neville mengangguk, menjawab keraguan Gavin. Tidak ada pilihan lain, jika mereka benar-benar ingin mengakhiri penderitaan orang Izia, inilah saatnya. “Jika Anda memang takut Tuan, pegang tanganku dengan erat, kita akan melaluinya bersama-sama” Gavin menoleh ke arah Neville. Berusaha tenang dan meyakinkannya sendiri, ia pun mengangguk dengan terlipat sangat dalam.
“Oh tidak, aku lupa Tuan,” gumam Neville merasa kecewa. “Aku terpaksa harus kembali ke wujud normalku, aku tidak bisa mempertahankan wujud ini saat berada di dalam ruangan dan malam hari. Aku menjadi tidak yakin bisa dengan mudah mengalahkannya seperti tadi Tuan.” Neville menjelaskan kegusarannya. Namun Gavin dengan manis meyakinkan Neville Kembali, mereka tidak bisa mundur. Akan sangat bodoh apabila mereka mundur dengan alasan yang lemah seperti itu, ia mengingatkan bagaimana mukanya nanti bila bertemu Baroth yang bertarung habis-habisan. Neville menunduk, ia sepertinya sepemikiran dengan Rajanya itu.
Menapaki kaki ke dalam gua membuat gua yang terasa sunyi dan sepi dari luar itu terdengar sangat nyaring karena menggema. Di sisi dinding gua pada sebuah lilin yang menempel rapi menerangi seluruh lorong. Ada sebuah bagian cukup tinggi di tengah, dengan meja dan kursi kayu yang berantakan. Namun tidak ada tanda-tanda darah atau bekas luka manusia yang menempel di situ. Hingga akhirnya terlihat Tetua Drehalna duduk masih bersimbah darah dengan mukanya tertutup rambut peraknya. Dia duduk disamping meja dengan satu lilin di samping kanannya sebagai penerangan. Gavin yang melihat dia pertama kali menarik-narik tangannya dan menunjuk Tetua Drehalna disana.
“Kalian berdua, duduklah, aku ingin bercerita sesuatu dengan kalian.” Ujar Tetua Drehalna sambil menunjuk dua buah kursi yang posisinya benar-benar berpisah jauh namun secara mendadak bergerak dengan cepat membuatkan posisi untuk Neville dan Gavin duduk dengan nyaman. “Apa kau pikir kita punya waktu untuk omong kosong i—“ sebelum Neville selesai menjawab, bokongnya tiba-tiba menempel pada permukaan kursi itu. Membuat mereka duduk dengan sempurna. “Sudah kubilang kepada kalian untuk duduk bukan?” balas tetua Drehalna.
Mau tidak mau Neville dan Gavin harus menuruti perkataan Tetua Drehalna, karena mungkin juga, dia sudah tidak mempunyai kekuatan untuk menyerang mereka berdua lagi. Saat Gavin mencoba menggerakkan pinggulnya ke atas, ia masih bisa bergerak dengan normal. Tapi mungkin saja saat ia berpindah, Tetua Drehalna kembali memindahkannya duduk di kursi kembali.
“Apa kalian tahu tentang ini?” Tetua Drehalna berdiri dari tempat duduknya, membawa sebuah lilin yang ia pegang dengan tangan kirinya. Memperlihatkan sebuah patung wanita besar terbuat dari granit lengkap dengan sayap. Gavin merasa familiar dengan patung itu, ia terlihat sama dengan patung yang ia temui saat berada di balai desa Izia. “Itu adalah patung Dewi Matahari!” teriak Gavin seolah-oleh mengetahui salah satu petunjuk yang Tetua Drehalna berikan.
“Ya, ini adalah Patung Dewi Matahari. Dan dia, adalah aku” Neville memproses informasi itu dengan perasaan heran dan keraguan yang tinggi. Sudah banyak sekali hal aneh yang ia temukan di hutan ini. Namun sesuatu seperti mengaku menjadi Dewi adalah tingkat keanehan yang sudah jauh diatasnya. “Mana mungkin seorang nenek tua bisa menjadi Dewi Matahari?” balas Gavin dengan nada tinggi dan polos. Tetua Drehalna hanya tersenyum tertawa mendengar keraguan Gavin.
“Apa kalian familiar dengan cerita dongeng dewi matahari yang turun ke bumi?” Gavin pernah mendengar itu, namun hanya sekilas tak pernah benar-benar memahaminya. Reaksi Neville sedikit berbeda, ia berdiri menjentikkan jarinya yang mengeluarkan api di atas telunjuknya. “Jangan berani-beraninya kau mengatakan sesuatu yang aneh dan di luar nalar. Aku muak mendengarkan ocehan—“ sebelum Neville dapat melanjutkan omongannya. Bokongnya tiba-tiba duduk kembali ke dalam kursi secara sekejap. Dia tidak bisa berkata-kata.
“Maaf, tapi aku menyita pita tenggorokanmu untuk sementara. Ketidak tahuanmu dan kesembronoan mu membuatku harus menghukummu karena menjadi orang yang tidak taat aturan. Aku heran bagaimana bisa kau menjadi penasehat kerajaan.” Ucap tetua Drehalna. Sementara Neville mengangkat-ngangkat bibirnya seperti berusaha berbicara namun tak ada suara yang keluar dari mulutnya.
“Yang aku katakan padamu adalah sesuatu yang sangat penting. Membuatku enggan untuk memberitahukannya kepada Aalina. Aku akan menceritakan kepada kalian, kenapa sekian lama setelah beratus-ratus tahun aku berada di desa. Aku baru sekarang melakukan pengkhianatan” Neville berhenti mengangkat-ngangkat mulutnya, tindakannya sia-sia. Dia berpikir bahwa situasinya tidak seberbahaya yang ia pikirkan. Mendengarkan penjelasan Tetua Drehalna sambil duduk manis di kursi ini bukanlah rencana yang buruk.
“Pada kisah tentang dewi matahari, diceritakan pada saat pertarungan antara Izia dan Yagonia, ada seorang dewi turun dari langit membantu Izia dalam pertempuran. Dan dewi yang turun itu adalah aku.” Drehalna memandang parung yang menjadi gambaran dirinya. Menyorotinya dengan lilin agar terlihat jelas menggunakan mata tuanya itu. Neville dan Gabin kaget, bila mereka berhadapan dengan sosok dewi matahari, mereka tidak mungkin bisa menang dalam pertempuran.
“Aku tidak tahu apa alasanku kemari dan siapa yang menurunkanku. Aku seperti merasa mampu dan perlu untuk menolong mereka, Kaum Izia dengan kekuatanku.” Tetua Drehalna menundukkan kepalanya menurunkan lilin yang ia bawa. “Setelah pertempuran itu, aku jatuh ke hutan, terdampar sendirian tidak memiliki arah. Memoriku hilang. Aku tidak tahu harus berbuat apa” Lanjut jawabnya lagi.
“Tapi kemudian, saat percobaan invasi yang dilakukan Yagonia kedua kalinya, otakku berdering, serasa ada yang memanggilku. Dan langsung saja, aku pergi ke desa mereka. Memergoki orang-orang yang sedang diserang. Dengan sisa-sisa energi sihir kahyangan yang aku punya. Aku melindungi mereka, untuk yang terakhir kalinya. Mereka melihatku, terbang tepat-tepat di atas mereka. Bak tuhan untuk disembah. Aku yang tak sadarkan diri benar-benar lupa bagaimana aku melakukan itu” Tetua Drehalna berjalan maju menaiki tangga di sebelah kanan parung itu.
“Berhari-hari setelah kejadian itu. Wujudku berubah, Dewi yang merupakan sosok tak memiliki usia san abadi berubah menjadi nenek-nenek tua dengan kemampuan fisik terbatas. Aku menangis meraung-raung saat pertama kali mendapati itu. Rencanaku untuk kembali ke kahyangan gagal. Aku harus berada di sini, berbaur bersama kaum Izia menjadi pemimpin mereka, untuk sementara. Namun nyatanya selamanya dan tak pernah habis.” Terua Drehalna memwgang sebongkah Armanites di tangannya.
“Tidak ada yang curiga dengan keabadianku. Mereka menganggapku memiliki kutukan hidup abadi dengan menjanda. Mereka bersimpati denganku, maka dari itu memberiku jabatan tinggi. Awalnya tidak ada yang percaya denganku, hingga akhirnya setelah ratusan tahun, tidak ada yang menanyakan sosok identitasku sebenarnya.” Tetua Drehalna melempar Armanites itu ke tumpukan Armanites yang lain.
“Hingga akhirnya aku bertemu seseorang, yang sangat aku cinta, seorang manusia biasa. Aku terkesima dengan kesederhanaan dan keramahannya. Kami menikah” ungkapan Tetua Drehalna membuat Neville geli sendiri. “Meskipun aku memiliki fisik yang sangat tua, aku masih bisa melahirkan seorang anak. Kaziff, ayah dari Pollen, sosok yang kalian kalahkan saat berada di lembah Grouser”
“Namun, kebersamaanku dengan ayah Kaziff tidak berlangsung lama. Dia pergi meninggalkanku, menganggap hubungan kami sebagai hubungan yang tabu, aku tidak bisa menampiknya. Dengan fisikku yang seperti ini akan terasa mustahil seseorang untuk bisa berpikir bahwa nenek tua sepertiku masih sempat-sempatnya menikah dan melahirkan sebuah anak. Akhirnya aku mengasuh Kaziff sendirian. Tanpa seorang ayah mendampinginya.”
“Semuanya berjalan lancar. Hingga akhirnya aku bertemu dengan diriku yang lain, turun ke hutan Izia. Memiliki wujud yang sama persis seperti versi mufa diriku. Dia adalah Freda, ibu dari Aalina.” Sebentar saja Neville dan Gavin bingung dengan penjelasan Tetua Drehalna. “Tunggu… Jadi maksudmu, ibu Aalina adalah dirimu tapi versi lebih muda? Bagaimana itu bisa terjadi” Ucap Gavin bertanya-tanya.
“Ya… Awalnya aku juga berpikiran seperti itu. Bagaimana diriku bisa ada dua. Saat aku mendekatinya. Dia tak sadarkan diri, lupa akan ingatannya dia sendiri. Sama seperti aku waktu pertama kali datang kesini. Namun ia datang tidak sendiri. Ia membawa buku ini” Tetua Drehalna mengangkat sebuah buku usang dengan banyak sekali noda dan sobekan di setiap kertasnya.
“Ini adalah buku kahyangan. Tidak berasal dari sini. Buku ini berisi segala rahasia yang ada di Odessa. Termasuk Gemstone dan asal-usulnya. Aku mengambilnya dari wanita muda itu.” Dengan cepat, Tetua Drehalna membakar buku itu dengan sihirnya. Membuat Gavin dan Neville beranjak dari kursinya. Mendengar penjelasan Tetua Drehalna, buku itu terlihat sangat berharga. “Apa yang kau lakukan!” Teriak Neville panik.
“Aku sudah mengetahui semua isi dari buku ini di kepalaku.” Tetua Drehalna menunjuk dahinya yang lebar penuh dengan kerutan. “Aku menemukan apa yang aku cari. Cara untuk kembali ke kahyangan. Dan semenjak saat itu, aku melakukan segala rencana besarku.” Lanjutnya tersenyum.
“Cara untuk kembali ke kahyangan adalah mengambil jiwa seseorang yang setara dengan orang yang ingin pergi ke kahyangan dan menukarnya kepada avatar pemilik kegelapan. Dua rencana ini tak bisa aku lakukan dengan instan, perlu proses yang panjang untuk melakukannya. Hingga sampai sekarang” Tetua Drehalna berjalan menuruni tanah yang tinggi itu ke bawah.
“Aku membiarkan Freda, orang yang memiliki jiwa sama sepertiku bertemu dengan Urfinn, murid kepercayaanku. Mereka akan membuat keluarga yang utuh. Dan saat dia melahirkan, kutukan pengorbanannya akan aktif, karena seseorang tidak bisa berada di dalam satu dunia di saat yang bersamaan. Salah satunya harus berkorban, dan aku berinisiasi melakukan itu kepada Freda. Namun hasil dari kutukan itu tidak berlangsung secara instan. Perlu beberapa tahun agar itu bisa benar-benar aktif seutuhnya. Hingga tubuhnya benar-benar tercemar.” Tetua Drehalna memegang patung itu perlahan-lahan.
“Sementara untuk avatar kegelapan. Tidak ada cara lain. Aku melihat anakku yang sudah dewasa, waktu yang tepat untuk menikah. Pada saat dia menikah, aku membuatnya sulit untuk mendapatkan anak, agar sia memintaku dengan sukarela memberi dia keturunan. Sebenarnya dia bisa saja mendapatkan keturunan, namun aku memberinya mantra dan saat dia memohon kepadaku, aku melepasnya. Berjanji agar anak yang istrinya miliki menjadi milikku. Dia setuju, aku membuat kelahiran anak out seolah-olah seperti bencana, malapetaka terjadi dimana-mana. Dan itu berhasil, aku membunuh anakku dan istrinya dengan sihirku, meskipun dengan cara yang tidak langsung. Anak itu lahir, dengan berbagai kekacauan dan malapetaka. Menimpanya. Sia sudah menjadi Avatar kegelapan” kekejian yang diucapkan Tetua Drehalna membuat Gavin tidak mampu memandanginya secara lurus. “Kau benar-benar orang yang keji.” Kata Neville merasa jijik dengan tindakan Tetua Drehalna.
“Kau mungkin tidak mengerti yang aku rasakan. Berada di negeri antah berantah dan terjebak selama ratusan tahun. Membunuh satu-dua manusia bukanlah masalah besar buatku.” Ujar Tetua Drehalna “Sebaiknya aku lanjut bercerita. Setelah kematian Freda, aku kira aku bisa kembali ke kahyangan dengan aman. Pengorbanan jiwa yang setara dan avatar kegelapan sudah aku berikan. Namun ternyata aku salah, ada satu bagian yang mulai aku lupakan.” Freda menciptakan sebuah jarum raksasa, menusuk kulit Gavin menyerap darahnya secara Cuma-Cuma. Neville tidak bisa merespon, tubuhnya terikat dan tak bisa digerakkan “Aku perlu mendapatkan darah dari anak yang ditakdirkan”
Jarum itu mengecil perlahan-lahan hingga akhirnya menghilang hanya menyisakan gumpalan darah Gavin yang sangat kecil. Tetua Drehalna memadatkan darah itu, menjadi sebuah kotak seukuran dadu. “Aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan anak yang ditakdirkan ini. Aku sempat berpikir bahwa mungkin maksudnya adalah Aalina. Namun saat aku mengerti, Raja Yagonia memiliki hubungan terlarang. Anak yang spesial, selama itu aku menunggu dirimu Yang Mulia. Menaiki takhta dan datang kemari dwngan pengawalmu yang tak bisa apa-apa duduk terikat disini memandangku melihat ritual ini.” Tetua Drehalna memasukkan gumpalan darah itu ke dalam sebuah corong tabung yang kemudian disatukan dengan cairan-cairan Armanites. Mirip dengan cairan di dalam tungku yang dipecahkan Aalina tadi. Cairan itu kemudian bersinar dengan sangat terang menerangi seluruh Gua.
“Aku membujuk Larion, dan Pollen secara tidak langsung ikut dalam rencana besarku ini. Aku sebenarnya cukup kasihan dengannya, kehilangan ibunya di umur yang masih muda. Aku iming-imingi dia dengan buku itu membelalakkan matanya buta dengan pengetahuan. Sementara Larion, buta akan rasa balas dendam. Dua emosi negatif itu cukup membuat mereka ikut bergabung bersamaku” corong yang berisi ramuan itu terus saja berputar tanpa henti, membuat seisi gua menjadi berisik. Neville mencoba mengeluarkan energi sihirnya, menghempaskan sihir apapun yang dia terima dari Tetua Drehalna agar bisa lepas dari situ. Ia tidak bisa dengan mudah membiarkan rajanya terancam.
“Akulah yang membuat semua rencana pemberontakan ini. Semua demi keegoisanku, bisa pulang, ke tanah asal tempat tinggalku. Meninggalkan dunia yang bodoh dan tamak ini. Maafkan aku Yang Mulia, mungkin aku adalah hamba yang tidak taat pada Anda. Namun jika memang Anda mencintai seluruh rakyat Anda, izinkan saya hamba yang terpuruk ini hanya menjumput secuil darah Anda. Walaupun Anda mungkin tidak menghendakinya. Maafkan saya Yang Mulia, semua sudah terlambat” cahaya itu berhenti bersinar. Membuat sebuah benda padat berwarna kubus berwarna-warni.
“Kau tidak perlu repot-repot melakukan ritual bodoh itu. Izinkan aku mendekatimu maka aku yang akan mengirimkanmu langsung ke neraka bersama para iblis” Teriak Neville yang berhasil keluar dari ikatan sihir Tetua Drehalna, menarik Gavin yang ketakutan di belakang pinggulnya.
Namun secara tiba-tiba-tiba silinder itu meledak dari dalam.