Bayu memijit kepalanya pening karena orang tuanya mendesaknya segera menikah dengan Dinda, wanita yang dijodohkan dengannya. Ia sebenarnya tidak ingin menikah untuk saat ini karena ia mempunyai fetish aneh yang tak akan mudah diterima oleh calon istrinya nanti.
Ia membuka sebuah situs yang terdapat gambar-gambar yang membuatnya bernafsu sambil membuka celana dan mengeluarkan juniornya yang menegang. Ia menggerakkan naik turun juniornya itu hingga keluar dengan sangat banyak. Ia usap dengan tisu yang ada di mejanya.
Mungkin orang akan mengira dia sedang melihat wanita seksi dan cantik di situs itu. Namun semua perkiraan kalian semua salah semua. Ia memilih berangkat kerja setelah menuntaskan hasratnya. Banyak wanita yang menggodanya bahkan menawarkan diri untuk naik ke atas ranjangnya. Tapi Bayu sama sekali tidak berselera. Dia sudah berobat ke banyak psikiater tapi belum juga menyembuhkan fetish nya itu. Orang tuanya tidak tahu tentang penyakitnya ini.
Semua memberi salam dengan hormat saat Bayu datang. Ia duduk di kursi kebesarannya sambil melihat-lihat laporan yang belum dikerjakannya. Sekretarisnya Winda datang dengan baju ketat dengan tonjolan d**a yang besar dan montok. Atasnya sedikit terbuka. Tapi pandangan Bayu tak lepas sedikitpun dari laporan itu.
"Ehem pak saya bawakan laporan hari ini" Winda berdehem mencari perhatian Bayu namun Bayu tidak melihat ke arahnya dan menerima laporan itu.
"Kau boleh pergi" Winda gemas mendengar jawaban Bayu bahkan tidak meliriknya sama sekali. Ia pun pura-pura terjatuh sehingga menarik perhatian Bayu. Bayu segera membantu Winda berdiri. Winda merapatkan dadanya yang jumbo ke d**a Bayu. Bukannya terangsang Bayu malah bergidik dibuatnya.
Ceklek
Anara yang melihat posisi intim Bos dan sekretarisnya itu sontak terdiam gugup. Bayu melepaskan pegangannya dan kembali duduk di mejanya. Winda yang kesal lalu keluar dari ruangan itu. Anara masuk sambil menunduk membawa kopi untuk Pak Bayu.
"Anara siang ini jangan lupa kembali kesini.Terima kasih kopinya" Anara hanya mengangguk mengerti dan undur diri dari sana. Bayu hanya melihat punggung Anara yang menghilang dari balik pintu sambil menahan nafas.
"Sial" dengusnya saat melihat celananya yang menggembung.
****
Hari sudah siang, sebelum jam makan siang Anara sudah ada di ruangan Bosnya dengan membawa sekotak makanan dari restoran ternama yang berisi nasi dan lauk udang saos padang dan kangkung belacan yang menggoda lidah.
Baunya enak dan membuat Anara lapar. Hingga perutnya berbunyi sangat keras, menarik perhatian Bayu yang akan memakan makanan itu.
"Anara kemari" panggil Bayu hingga Anara mau tak mau mendekat ke arahnya.
"Duduklah di depanku" Anara hanya menuruti karena heran disuruh duduk. Apakah ia akan disuruh melihat bosnya makan. Padahal perut Anara sudah lapar, dia hanya punya sepotong roti untuk siang ini.
"Buka mulutmu" Anara yang kebingungan membuka mulutnya lebar-lebar. Bayu mendesis merasakan dibawahnya begitu sesak. Ia menyuapkan sendok yang berisi makanan ke mulutnya Anara. Anara begitu sangat syok dan terbatuk-batuk melihat perlakuan Pak Bayu padanya.
Uhuk uhuk uhuk. Bayu segera memberikannya minuman. Anara mengambilnya dan meminumnya sampai tandas.
"Pak aku permisi keluar dulu. Masih banyak yang harus aku kerjakan pak"
"Tetap duduk disana dan makan denganku. Kau aku gaji untuk menuruti semua perintahku" Anara yang hendak bangkit malah terduduk kembali. Ia bingung dan merasa aneh dengan sikap Pak Bayu padanya.
Mereka makan sepiring berdua di sana hingga habis tak tersisa. Anara yang kekenyangan tak sengaja bersendawa di depan wajah Bosnya. Ia menutup mulutnya rapat-rapat takut Pak Bayu marah. Tapi Pak Bayu tak bereaksi apapun.
"Segera bereskan, aku mau keluar meeting setelah ini. Pastikan bersih dan wangi. Mengerti?"
"Iya pak" Anara segera membereskan bekas makan mereka tadi hingga tak terlihat noda dan kotoran sedikitpun. Tidak lupa ia menyemprot pengharum ruangan yang begitu segar.
Anara keluar dari ruangan Bos dan tak sengaja berpapasan dengan seseorang yang dikenalnya.
"Kamu kerja disini?" Ternyata itu adalah Bara dan Sera istri mudanya. Anara hanya menunduk sambil membawa peralatan kebersihannya.
"Kau terlihat makin gendut Anara" Bara melihat dari atas kebawah seakan mengejek mantan istrinya itu.
"Ayo mas kita kan mau meeting" Sera menarik lengan Bara agar cepat menjauh dari Anara. Ia tak suka dengan mantan istri dari suaminya itu.
" Aku pergi dulu Anara sampai jumpa lagi" Bara berlalu bersama Sera memasuki ruang meeting yang tak jauh dari tempat Anara berdiri. Ia menggenggam kemoceng yang ada di tangannya hingga bengkok. Janji Bara untuk menafkahi anak-anaknya hanya janji semu belaka. Sampai sekarang Bara tak ada kabar dan tidak mentransfer uang. Nomor teleponnya saja tidak aktif lagi.
Diam-diam Bayu memperhatikan interaksi Anara dan Bara saat ingin memasuki ruang meeting. Bayu jadi penasaran dengan kehidupan wanita itu.
***
Sudah seminggu Kiara sakit tipes dan di opname di Rumah sakit. Untung ada Bibi yang bisa menjaganya saat Anara kerja. Ia bingung membayar biaya rumah sakit yang tak sedikit. Ia tak ingin membebankan Clara. Bahkan seperti disambar petir di siang bolong. Saat melihat laporan kesehatan Kiara, anaknya itu juga mengidap Leukimia yang harus segera mendapat penanganan khusus sebelum terlambat.
Anara tak punya tabungan apapun. Ia menemui Bara untuk menjelaskan masalahnya itu namun dia malah diusir oleh istri muda suaminya itu.
"Kau kira kami bank apa hah? mana ada uang sebanyak itu! kau ingin merampok suamiku jangan harap segera pergi dari rumah ini!!" maki Sera padanya setelah itu membanting pintu tepat di hadapan wajah Anara.
Anara menangis di sepanjang jalan. Ia berencana meminta bantuan orang tuanya tapi mereka sudah lama pindah dan tidak diketahui keberadaannya dimana.
"Mereka pasti sangat membenciku" di tengah kegelisahan dan kegundahan hatinya. Ia malah terjatuh terserempet motor karena tidak memperhatikan jalanan. Beruntung ia hanya mengalami lecet di lutut dan lengannya.
Anara terduduk di kursi busway menunggu mobil busway lewat. Hujan lebat turun membuat padangan mata Anara sedikit memburam. Samar-samar ia melihat sebuah mobil yang berhenti di hadapannya. Ia seperti mengenal mobil itu. Lalu Pak Bayu keluar sambil membawa payung mendekat ke arahnya. Mata Anara terbelalak terkejut mendapati Bayu ada disini.
"Kenapa Bapak ada disini?" tanya Anara bingung. Pak Bayu tidak menjawab pertanyaan Anara dan dia melepaskan jasnya dan menutupi tubuh Anara dengan jasnya itu meski tidak muat sepenuhnya.
"Aku antar kau pulang ayo" Pak Bayu menarik Anara agar mendekat ke arahnya agar tidak basah. Meski bahu Anara masih terkena basah karena payung itu tak cukup menampung mereka berdua.
Mau tak mau Anara mengikuti Pak Bayu sampai di dalam mobil. Sampai di dalam mobil, Pak Bayu merapatkan seat belt untuk Anara. Pandangan mereka bertemu, Anara reflek memejamkan matanya saat Pak Bayu mulai mendekat.