Pecel lele

1006 Kata
Anara hanya menunduk ketakutan. Di hari pertamanya ia malah berulah hingga membuat pacar Pak Bayu marah. Bu Jaenab menyenggol-nyenggol Anara agar cepat meminta maaf. "Maafkan saya Nona saya tidak sengaja"ucap Anara dengan gemetar. "Gak bisa, sayang ayo pecat dia. lo gak tau apa perawatan kulit gue ini sebulan ratusan juta! bisa-bisanya lo bikin lecet kayak gini!" protes Dinda tak terima "Sudahlah Dinda jangan buat saya buang-buang waktu dengan masalah kamu saya banyak pekerjaan!!" di luar dugaan Pak Bayu malah tidak menanggapi Dinda dan meninggalkannya. Dinda yang kesal karena diacuhkan hanya menghentak-hentakkan kakinya. "Sayang!! sayang!!" teriaknya namun tak digubris hingga sosok bayu menghilang di balik lift. Dinda melotot marah ke arah Anara. "Lo gue tandain gendut inget itu saat gue udah jadi nyonya di perusahaan ini lo bakal gue pecat!!" ancamnya lalu ia segera pergi. "Anara lain kali hati-hati untuk saat ini saya maafkan tapi tidak untuk ke depannya" jelas bu Jaenab "Baik bu saya akan bekerja dengan rajin dan sungguh-sungguh" "Yasudah kamu lanjut kerja lagi" Anara menghembuskan nafas legah. Untung Pak Bayu tak mempermasalahkan kejadian tadi. Anara mulai membersihkan lantai 6 kantor itu. Ia memastikan semua sudah bersih dan beres. Setelah ia selesai Bu Jaenab menyuruh Anara kembali ke ruang Bos. Anara bergegas kesana. "Mbak saya dipanggil oleh pak Bos" ujar Anara pada sekretaris Pak Bayu. "Masuk aja mbak" sekretaris memperbolehkan ia masuk ke dalam. Anara membuka pintu dengan hati-hati lalu menghampiri Pak Bayu yang sedang berkutat dengan laporannya. "Kamu cariin saya makanan di luar. Saya pengen pecel lele" Anara mendelik heran karena di siang hari mana ada yang jualan pecel lele. "Tapi pak pecel lele bukanya kan malam pak" seketika Pak Bayu menghentikan pekerjaannya lalu menatap Anara dengan tajam. "Saya tak peduli,kamu saya bayar buat kerja jadi cepat carikan sekarang! ini uangnya" Pak Bayu mengeluarkan uang ratusan ribu kepada Anara. Anara mengambil uang itu lalu menyimpannya. "Ba..baik pak" Anara keluar dari ruangan Pak bos dengan wajah murung. Ia mendengus sebal karena harus mencari pecel lele di siang hari. Pak Bayu lagi ngidam apa? kok aneh-aneh mintanya. Ia teringat dengan pecel lele langganannya dan kebetulan rumahnya tak jauh dari sini. Ia hanya perlu menaiki ojek biar cepat sampai kesana. Anara sampai dirumah penjual pecel lele itu, ia disambut ramah oleh sang penjual yang bernama Pak Umar. "Eh Anara tumben kerumah bapak neng?" tanyanya heran. "Ini pak saya nyari pecel lele pak. kira-kira ada gak pak jam segini?" tanya Anara dengan sopan. "Oalah kamu lagi ngidam neng siang hari kok nyarinya pecel lele" canda Pak Umar yang hanya dibalas gelengan oleh Anara. "Bukan pak tapi Pak Bos" "Ohh suaminya yang ngidam wah wah dulu bapak juga ngidam waktu istri bapak hamil itu tandanya cinta lo hehe sebentar ya bapak buatin dulu nak Anara duduk dulu disini" setelah Pak Umar masuk kedalam rumahnya, Anara hanya menepuk jidatnya karena lagi-lagi orang salah paham dengan perkataannya. Tak lama setelah itu pecel lele sudah jadi. "Kalau ngidam lagi jangan sungkan kemari ya neng" "bukan ngidam pak tapi.. ya sudahlah ini uangnya ya pak" "udah gak usah dibayar ini buat kamu aja bapak ikhlas" "Tapi..." "Simpan aja neng buat dedek bayi dari Pak Umar" Pak Umar masih menolak dan masih salah paham. "yasudah terima kasih Pak, Anara pamit dulu" "Hati-hati neng di jalan" Anara tersentuh dengan kebaikan Pak Umar. Di saat keluarga suaminya tak peduli dengannya, malah orang lain yang lebih memperhatikannya. Anara sampai di kantor setelah memakan waktu setengah jam. Anara berlari ke arah lift karyawan tapi karena terlalu penuh ia menunggu lagi sampai lift itu tak terlalu penuh. Sesampai diruang bosnya Anara menyerahkan pecel lele itu kepada Pak Bayu. "Pak ini pecel lelenya" kata Anara dengan nafas ngos-ngosan. Pak Bayu melirik sebentar ke bungkusan itu lalu melihat ke arah Anara. "Kamu sudah makan?" tanya Pak Bayu. Anara yang ditanya seperti itu kebingungan di hanya menggeleng karena tak kuat untuk bicara saat ini. "Makan pecel lele itu. Saya biasanya makan di resto bintang 5 dan harus chef bersertifikat yang memasaknya. Saya alergi makan di pinggiran jalan yang tak terjaga kualitas dan kehigienisannya. Karena ini hari pertama kamu kerja saya maafkan. Besok harus kau ingat jangan terulang kembali. Saya akan makan di luar hari ini" jelas Pak Bayu panjang lebar hingga Anara melongo karena ini adalah kalimat terpanjang yang Bosnya katakan. Ia hanya mengangguk mengerti. Gak apa-apalah rejeki anak solehah. "Alhamdulilah sekian lama makan tempe tahu telor akhirnya makan enak ya Allah" Alana mengambil bungkusan pecel lele itu dan memakannya di kantin. "Enaknya aduh sampai netes nih air mata" Anara makan dengan bahagia hingga seseorang memperhatikannya dari jauh. **** Akhirnya Anara pulang kerumah. Anak-anaknya sudah mandi dan bersih. Mereka bersiap untuk makan malam. "Assalamualaikum" Anara dan Clara memberi salam "Walaikum salam" jawab anak-anak Anara lalu mereka berhambur memeluknya "Ma kiara kangen mama" isak kiara yang selama ini tak pernah jauh dari Anara. Anara menghapus air mata kiara dengan kedua tangannya. "Maaf sayang mama harus kerja ini juga buat Kiara, Kak kinara, dan kak Keenan" jelas Anara dengan pelan pada putri bungsunya. " Kenapa gak papa aja yang kerja. Kiara gak suka mama kerja!!" protes putri kecilnya itu membuat Anara murung. Kinara yang peka dengan hubungan kedua orang tuanya yang tak lagi sama seperti dulu juga berusaha menenangkan adiknya. "Kiara gak boleh gitu sama mama, kan masih ada kakak sama Keenan" Kiara masih aja cemberut. "Maafin mama ya nak sebagai ganti kesalahan mama, mama akan suapin dan bacain kiara buku cerita malam ini oke" bujuk Anara pada kiara lalu dibalas senyuman oleh putri kecilnya itu. "Oke!! Awas ya kalau mama bohong kiara marah besar!!" ancamnya dengan mulut yang mengerucut. "Ayo anak-anak kita makan malam dulu" ajak aunty Clara pada mereka. "Alhamdulilah ya Allah nikmat ini adalah rejeki bagi hamba semoga hamba bisa memberikan anak-anak hamba makan dan menghidupi segala kebutuhan mereka di jalanmu ya Allah" ucap Anara dengan rasa syukurnya di dalam hati. Melihat anak-anaknya makan dengan lahap, hati Anara terasa kenyang hingga ia melupakan rasa lapar di dalam perutnya. Mungkin bahagianya bersama Bara telah usai setelah 10 tahun bersama. Namun bahagianya bersama anak-anaknya yang tercinta insyaallah akan selamanya sampai di surga nanti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN