Anara berniat untuk mencari keberadaan orang tuanya. Ia bertanya dengan kerabat mereka tapi mereka tidak ada yang tahu dimana keberadaan mereka. Saat Anara bertanya pada tetangga mereka dulu, orang tua Anara pindah setelah setahun Anara pergi dari rumah karena menikahi Bara.
Ia bermaksud ingin meminta maaf dan meminta izin untuk menikah kembali. Ia ingin kali ini ayahnya mau menjadi wali nikahnya. Anara sangat menyesali apa yang terjadi di antara mereka. Bukan karena Anara tak ingin menemui orang tuanya dulu tapi Bara melarangnya karena sakit hati saat dihina oleh orang tua Anara.
"Bagaimana Nara apa kamu sudah ketemu sama kedua orang tua kamu?" tanya Clara
"Belum, mereka tidak tahu kemana orang tua aku pergi" Anara tertunduk lesu dan tak bersemangat.
"Semangat Anara kamu pasti masih bisa bertemu dengan mereka aku yakin itu"
"Makasih Clara, aku mau pulang dulu ya, aku tutup dulu teleponnya"
"Anara!" panggil seseorang yang tak begitu dikenal olehnya.
"Maaf siapa ya?" tanya Anara sopan
"Kami gemukan ya sekarang Nara, masa lupa sama aku. Aku Kezia temen kamu SMA dulu"
"Kezia?! ya ampun kezia kurus cengkring kacamata itu ya? astaga ini beneran kamu?!" Anara tidak menyangka Kezia berubah menjadi lebih cantik dan seksi. Semua ini berkat olahraga teratur dan perawatan mahal yang ia lakukan.
"Iya dong gak nyangka kan kamu hehe semuanya gak instan lo"
"Aku mau juga dong ajarin aku ya" pinta Anara memohon seperti anak kucing.
"Iya tenang aja, btw kamu ngapain disini?" Anara hanya tertunduk diam dia bingung mau ngomong apa.
"Aku mau ketemu orang tua aku, aku mau minta maaf sama mereka" ujar Anara. Kezia hanya menatap kasihan pada sahabatnya ini.
"Seingat aku orang tua kamu pindah ke luar negeri sama Kakak kamu Vero. Kenapa gak kamu kepoin aja IG atau sss nya kak Vero pasti kamu bisa dapat jawaban" usul Kezia.
"Sudah tapi gak ketemu kayaknya aku diblokir" Anara begitu sedih karena belum bertemu dan meminta maaf pada kedua orang tuanya dan kakaknya Vero.
"Masa sih ra, bentar ya aku cek" Kezia nampak menscrol scrol handphonenya.
"Nah ini dia ada ra, aku coba DM ya kak Vero. Semoga aja cepat dibalas"
"Hem iya makasih ya Kezia. Kayaknya aku mau pulang dulu kasihan anak-anak dirumah"
"Iya sama-sama. Minta dulu dong nomor WA kalo kak Vero balas DM aku kasih tau kamu"
Mereka bertukar nomor WA dan Anara pulang kerumah Clara. Anak-anaknya sedang bermain di ruang tamu bersama Clara.
"Sudah ketemu ra? tanya Clara
Anara hanya menggeleng "Belum tapi tadi aku temen namanya Kezia dia udah DM kakakku semoga aja cepat ada tanggapan"
"Mama!! kok baru pulang sih!!" protes Kiara
"Mama lagi nyari opa sama oma nya Kiara" jawab Anara tersenyum.
"Terus kemana mereka ma?" tanya Kiara
"Nanti mereka kesini" Anara tidak tahu bagaimana kabar orang tua dan kakaknya.
"Ma Keenan nakal ma" adu Kiara membuat Anara hanya geleng-geleng kepala
"Kiara duluan dia ganggui abang mulu pas main game!" Keenan juga tak mau kalah.
"Huahh mama!!" Kiara malah menangis hingga Anara menenangkannya dan menyuruh Keenan masuk ke dalam kamarnya.
"Anak mama cantik gak boleh nangis nanti cantiknya hilang loh. Kalian harus rukun jangan bertengkar dan saling menyayangi"
nasehat Anara. Kiara menghentikan tangisnya dan memeluk Anara. Suara handphone berdering. Ternyata ada telpon dari Kezia. Anara mengangkat telpon itu dengan segera.
"Halo Kezia gimana?"
"..........."
"Apa?!!" Anara menjatuhkan handphonenya. Ia terduduk menangis sesenggukan. Clara mendekat ke Anara dan menggendong Kiara.
"Anara kenapa kamu nangis ada apa?" tanya Clara
"Mama.. Papa.. udah gak ada ra hiks hiks hiks aku emang anak durhaka hiks hiks" jawab Anara dengan badan yang bergetar. Clara memeluk Anara mereka menangis bersama termasuk Kiara.
"Sabar ra kamu harus kuat demi anak-anak kamu"
"Mereka pasti gak akan pernah maafin aku. Kak Vero dia benci banget sama aku. Aku emang anak yang durhaka aku benci diri aku sendiri"
Kedua orang tua Anara sudah meninggal sejak 2 tahun yang lalu karena penyakit jantung yang di derita oleh Mama Anara dan Papa Anara juga sakit stroke. Tinggal Kak Vero yang menetap di UK. Ia tak ingin kembali dan tak memaafkan Anara.
***
Anara duduk di pinggir pusara kedua orang tuanya. Ia menangis karena tidak sempat meminta maaf pada kedua orang tuanya dan tak bisa bertemu untuk terakhir kalinya. Ia menaburi bunga di kedua pusara orang tuanya dan membaca doa.
"Mama.. Papa.. maafin Anara ya. Anara memang anak yang durhaka dan tak berbakti kepada kalian. Kalian pantas benci dan marah pada Anara. Anara salah karena telah meninggalkan kalian. Pria yang Anara kira adalah pelabuhan terakhir bagi Anara nyatanya tak ubah bagai seekor rubah berhati iblis. Ini adalah karma yang Anara tuai karena tidak menuruti perkataan kalian saat itu. Anara sangat menyesal. Maafin anara ya Ma.. Pa.. Anara sayang banget sama kalian. Tunggu Anara di surga nanti ya" Anara mencium nisan kedua orang tuanya dan beranjak pergi karena hari sudah semakin gelap.
Tak jauh dari sana ada seseorang yang melihat Anara dengan penuh kebencian dan amarah.
****
Anara menangis dalam doanya ia tak pernah berhenti berdoa memohon pengampunan atas dosa-dosanya. Matanya sudah membengkak. Ia tak bisa tidur dan hanya menangis sepanjang malam.
Di kantor dia juga tidak fokus bekerja sehingga dimarahi oleh Bu Jaenab.
"Anara kenapa hari ini kamu banyak melamun! kamu bisa fokus kerja nggak sih!!"
"Maaf bu Jaenab"
"Yasudah perhatikan lagi kerjamu itu jangan banyak bengong. Cepat ke ruangan bos dia nyuruh kamu kesana"
"Iya bu" Anara pergi ke ruangan pak Bayu. Pak Bayu sedang duduk melihat laptopnya. Ia melirik sekilas Anara yang masuk ke ruangannya.
"Bapak manggil saya?"
"Pernikahan kita dipercepat, mama sudah gak sabar liat kita nikah"
Mata Anara membulat. Bukankah pernikahan mereka akan diselenggerakan bulan depan.
"Tapi pak.."
"Kamu tidak dalam posisi untuk menolak Anara. Saya hanya kasih tahu kamu"
"Ehmm pak saya mau nanya?"
"Apa?" tanya Bayu dengan mata yang masih tertuju di laptopnya.
"Anak-anak saya apakah saya bisa membawa mereka bersama saya?"
"Boleh, mereka juga akan jadi anak-anak saya. Kita akan tinggal bersama rumah saya sangat besar banyak kamar kosong jadi kamu saja yang atur nanti" Anara terharu karena sekejam apapun Bayu menjebaknya dengan perjanjian itu, Bayu mau menerima anak-anak Anara dari pernikahan sebelumnya.
"Saya mau nanya satu lagi pak"
Bayu berhenti mengerjakan pekerjaannya dan melirik Anara dengan mata yang tajam. Anara menjadi takut dan kikuk dibuatnya.
"One question Anara. Saya gak punya banyak waktu untuk menjawab semua pertanyaan kamu. Bisa kamu keluar sekarang"
Anara akhirnya keluar dari ruangan itu karena tidak ingin membuat Bayu semakin marah besar padanya