Kondisi Kiara dan pak Bayu pulih dan diperbolehkan untuk pulang. Pak Bayu yang sudah mengatur pertemuan dengan Anara bersama pengacara yang sudah ditunjuknya. Mereka sedang berdiskusi di kediaman pak Bayu. Anara terduduk berpikir ini adalah soal hutang piutang yang harus dia bayar untuk pengobatan putrinya.
Pengacara Bayu memberikannya sebuah map yang harus dia baca sebelum ditanda tangani. Karena tidak ingin buang-buang waktu Anara langsung tanda tangan tanpa membacanya. Pengacara itu mengambil surat perjanjian di dalam map itu dan pamit undur diri.
"Persiapkan dirimu Anara besok kita akan mulai fitting baju" kata pak Bayu selepas kepergian pengacaranya tadi.
"Fitting? kita? " tanya Anara tidak mengerti dengan situasi ini.
"Kamu baca atau nggak surat perjanjian tadi?" kini Bayu balik bertanya padahal sudah sangat jelas tertera di surat pernjanjian itu.
"Itu kan hanya soal hutang piutang yang harus saya bayar kan pak?" Anara mencoba memastikan meski hatinya sudah bertalu-talu karena cemas.
"Ini salinan surat perjanjian tadi dan saya tak ingin ada pertanyaan lainnya disana sudah jelas"
Anara mengambil selembar kertas yang diserahkan oleh pak Bayu. Mata Anara seakan mau melompat saat melihat isi dari surat perjanjian itu. Ia menjatuhkan kertas itu karena syok.
"Bapak lagi nggak bercanda sama saya kan?"
Wajah pak Bayu yang datar seakan sudah menjadi jawaban atas pertanyaan Anara.
"Kenapa harus saya pak?" lagi-lagi Anara bertanya.
"Karena cuma kamu pilihannya saya gak bisa dengan pilihan orang tua saya"jawab Bayu tapi tak bisa memuaskan rasa keingintahuan Anara terlebih lagi belum lama ini dia baru berpisah dengan Bara walau sudah melewati masa idah nya.
"Saya memang punya hutang budi sama bapak dan saya sangat berterima kasih karena bapak sudah menyelamatkan nyawa anak saya tapi kenapa harus dengan menikah?"
Pak bayu mendelik tajam menatap Anara hingga nyali Anara menjadi ciut.
"Kamu harusnya beruntung saya mau nikah sama orang kayak kamu. Banyak wanita yang mengemis untuk menjadi istri saya dan yang pasti mereka jauh lebih segalanya dari kamu!!" tegas pak Bayu membuat harga diri Anara hancur karena direndahkan dengan status dan bentuk fisiknya yang tidak menarik apalagi tubuhnya gendut tak terawat.
"Saya memang gak setara dengan wanita yang mengincar bapak tapi saya masih punya harga diri. Saya berhak menolak semua ini. Saya akan ganti semua kerugian yang bapak alami dan biaya pengobatan Kiara akan saya cicil"
Pak Bayu malah tertawa dia menatap Anara dengan tatapan mengejek.
"Harga diri? bahkan saya sudah membeli harga dirimu. Kamu gak bisa ubah perjanjian kita karena kamu sudah menandatanganinya. Kalau kamu melanggar siap-siap kamu masuk penjara dan mengganti dua kali lipat dan membayar dendanya apa kamu sanggup? bahkan kau kerja puluhan tahun pun tak akan bisa menggantinya" pak Bayu tersenyum licik lalu meninggalkan Anara yang terdiam sambil mengepalkan tangannya.
***
Inilah harga untuk pengorbanannya sebagai seorang Ibu. Ia sedang melakukan fitting baju pengantin di sebuah butik ternama yang menjadi langganan artis dan selebriti tanah air. Anara tak pernah membayangkan jika ia akan menikah kembali dengan cepat karena belum setahun ia bercerai dengan mantan suaminya.
Ia mematut dirinya di cermin ia terlihat cantik meski tubuhnya gendut.
"Perfect sekali nyonya anda seperti tuan puteri dari dunia negeri dongeng" puji pegawai butik itu meski dalam hati ia menyumpahi dan mengatai Anara. 'macam paus dikasih baju wkwkwk' . Anara hanya tersenyum tipis. Pegawai butik itu membuka hordeng yang tertutup sehingga Bayu bisa melihat Anara begitu cantik saat memakai baju pengantin. Bayu berdehem untuk mengusir rasa gugupnya.
"Bagaimana tuan apakah gaun ini cocok untuk nyonya?" tanya pegawai itu karena ini adalah gaun ke 5 yang dicoba oleh Anara. Anara sudah merasa jengah dan tak nyaman berlama-lama disini, ingin rasanya ia melarikan diri.
"Oke aku pilih yang ini" akhirnya pak Bayu membuat keputusan membuat Anara mendesah legah karena sesak mencoba gaun-gaun yang berat itu.
Setelah selesai dari butik mereka menuju ke kediaman orang tua Bayu. Bayu akan menyiapkan diri sebelum digampar oleh mamanya karena menolak menikah dengan Dinda, wanita centil dan berisik yang sangat mengganggunya.Ia punya rencana sendiri dengan menikahi Anara.
Pak Bayu menggenggam tangan Anara agar lebih meyakinkan kalau mereka saling mencintai. Anara hanya menuruti dan ikut masuk ke dalam rumah.
"Bi tuti mana mama dan papa?"tanya Bayu saat melihat rumah begitu sepi.
"Mereka ada di taman belakang den" jawab bi tuti sambil melihat Anara dengan tersenyum.
"Tolong panggilkan mereka dan buatkan minum untuk kami"
"Baik den" Bi tuti segera pergi menemui dua majikannya yang sedang bersantai di taman belakang.
"Bayu tumben kamu pulang, dia.." ucapan mama Bayu menggantung saat melihat Anara. Ia mencoba mengingat dan ternyata Anara adalah penyelamat Bayu saat kecelakaan tempo hari. Anara juga mendonorkan darahnya untuk Bayu saat ia bertanya pada dokter siapa yang menyumbang satu kantong darah untuk Bayu anaknya.
"Kamu yang dirumah sakit waktu itu kan?" tanya mama dengan yakin apalagi tubuh gendut Anara tak lepas dari ingatan mama Bayu.
"Iya bu itu saya" jawab Anara gugup
"Terima kasih sayang kamu sudah menyelamatkan Bayu saat itu kalau gak ada kamu mama pasti sudah kehilangan bujang tua mama ini" mama Bayu memeluk Anara dengan hangat.
Bayu terkejut tidak menyangka jika Anara yang menolongnya saat ia kecelakaan dulu. Ia tak menyangka mama juga mengenal Anara dan menerima Anara dengan tangan terbuka.
"Jadi kalian beneran ada hubungan? mama dan papa setuju aja kalau bisa secepatnya kalian menikah biar rumah kita rame banyak cucu. Iya kan pa?"
"Iya papa dan mama sudah tua. Kami ingin segera punya cucu. Kapan kalian menikah?" tanya papa Bayu.
"Secepatnya pa kami sudah fitting tadi pagi" jawab Bayu
Anara hanya terdiam tak tau harus mau ngomong apa lagi. Statusnya sebagai janda anak tiga apakah tidak membuat kedua orang tua Bayu keberatan. Ia juga tidak siap menikah karena masih trauma dengan pernikahannya yang dulu. Tapi apa boleh buat ia terpaksa menikahi bosnya sendiri.
"Alhamdulilah akhirnya kamu mau nikah juga nak" mama Bayu membawa mereka menikmati makan siang dan bercengkrama mengenai rencana pernikahan mereka yang diadakan dua minggu lagi.
"Kita akan adakan resepsi besar-besaran karena ini pernikahan putra tunggal kami. Kami juga mau mengenalkan Anara pada relasi dan kolega bisnis kami" Anara terharu dengan perlakuan orang tua Bayu yang memperlakukan dia seperti anak sendiri. Mereka sangat baik dan perhatian pada Anara. Tidak seperti mertua dan iparnya dulu yang memperlakukan dia seperti pembantu yang tidak dibayar.
"Tapi kalian ketemu dimana sih kok bisa bujang tua ini menemukan wanita secantik kamu Anara" Anara dan Bayu terbatuk lalu mereka mengambil minum yang ada di meja makan dan meneguknya.
"Kami kenal di kantor ma, dia office girl di perusahaan Bayu"jawab Bayu gugup.
"OB? jadi kamu masih kerja jadi office girl walau sudah pacaran dengan Bayu? kamu keterlaluan Bayu kenapa kamu gak jadikan Anara sekretaris kamu aja" omel mama
"Gak apa-apa bu saya nyaman dengan kerjaan saya jadi office girl" jawab Anara dengan canggung.
"Kok manggil ibu sih panggil mama mulai saat ini kamu anaknya mama juga" mata Anara berkaca-kaca saat mendengarnya. Ia tak ingin suatu saat nanti mama Bayu kecewa kalau tau ini hanya pernikahan kontrak saja.
"Iya ma, tapi aku cuma janda ma. Aku juga sudah punya anak 3" Anara mengatakan hal itu agar bisa terlepas dari pernikahan kontrak dengan Bayu. Bayu menatapnya tajam karena mengatakan kebenaran itu.
"Mama gak masalah dengan masa lalu kamu Anara. Yang paling penting kamu mencintai putra mama yang menyebalkan ini. Mama tau kamu adalah orang yang baik dan tepat untuk Bayu.Dia sudah menolak banyak wanita dan saat dia membawa kamu mama yakin kamu pasti adalah wanita yang terbaik karena sudah menaklukkan hatinya" mama menggenggam tangan Anara dan memeluk Anara.