Deg!
Tentu saja Lee tak lupa suara itu. Tak mungkin, bagaimana suara itu keluar dari bibir Jeje?!
“Siapa kau sebenarnya?” desis Lee tajam.
Sosok itu tersenyum sensual, memamerkan senyum yang amat dikenalnya dan dulu sering dinikmati dalam diamnya.
“Lee, sedih sekali. Kau tak mengenalku.”
Lee termangu di tempat, dia mematung ketika sosok itu mendekatinya. Berdiri amat rapat, dan menyentuh wajahnya dengan tatapan syahdu membius sukmanya. Bahkan Lee sempat memejamkan matanya, menikmatinya dalam diam. Dia baru membuka matanya ketika merasakan hembusan napas hangat menerpa wajahnya. Mendadak dia sadar, yang menciumnya adalah seseorang berwajah Jeje, yang nampak konyol saat hendak menciumnya dengan bibir dimonyongkan.
Lee berniat menghindar, belum sempat melakukannya .. Jeje menarik tengkuknya paksa, lantas memagutnya kasar. Lee bingung, siapa yang menciumnya sekarang? Jeje atau roh Jessica yang merasukinya? Benarkah itu roh Jessica? Sibuk dengan kegalauannya, menyebabkan Lee membiarkan Jeje menciumnya. Namun lama kelamaan ada yang menggeliat bangun dalam kebekuannya. Hati Lee menghangat, berdesir aneh.
PLAK!
Mendadak Lee tersadar ketika ada yang menampar pipinya. Jeje menjauhkan diri sembari menutup bibirnya rapat dengan kedua tangannya.
“Astaga! Ya ampun, Dok! Maaf, Jeje menampar Dokter. Tapi Dokter, mengapa Anda mencium saya? Bibir ini .. bibir ini sudah tak perawan,” sesal Jeje.
Siapa yang mencium siapa? Bahkan sedari tadi Lee tak membalas ciuman mereka, dia hanya diam menikmatinya. Menikmatinya! Bagaimana bisa ia menikmati ciuman dari gadis kolokan aneh ini?! Lee tak habis pikir. Lebih bingung lagi karena sekarang ia dipersalahkan atas ciuman yang terjadi karena paksaan sang gadis!
Tul!
Lee menyentil dahi Jeje gemas.
“Kamu!”
“Ada apa dengan Jeje?” tanya Jeje dengan sebelah alis naik.
“Kamu yang cium saya!” jawab Lee dingin.
Mulut Jeje ternganga lebar, rahangnya seakan lepas kebawah. Benarkah? Apa dia sudah gila?!
Jeje masih terpaku, diam di tempat. Lee memanggilnya gusar.
“Cepat! Apa kamu mau semalaman berdiri disana?!”
“I-iya, Dok ...”
Malu-malu Jeje masuk kembali ke mobil Dokter Lee dan meliriknya penasaran. Benarkah tadi dia yang berinisiatif mencium bibir seksi Dokter Lee? Mengapa dia tak mengingatnya? Ya ampun, apa dia sudah sebegitu putus asanya sampai nekat mencium atasannya? t***l sekali! Jeje menjitak kepalanya gemas. Kebetulan, Lee melihatnya.
“t***l sekali .. “ gumam Lee lirih.
Jeje terkesiap mendengarnya. Nah kan, bahkan atasannya juga mencemoohnya seperti itu. Sepanjang perjalanan, Jeje terdiam dengan hati perih karena telah dihujat bodoh oleh lelaki yang belakangan ini menghantui pikirannya.
Mungkin sudah saatnya ia melepas bayangan Dokter Lee dalam benaknya kalau tak mau menjadi wanita i***t!
***
“Iya Mama, Jeje tak bisa pulang saat libur semester ini. Jeje magang di rumah sakit Blessing. Masa Mama melupakannya?”
“.......”
“Iya, Jeje janji setelah selesai magang Jeje akan pulang. Mama doakan saja, Jeje bisa menjalani masa magang ini dengan baik. Apa? Ah, Mama. Mana ada yang tertarik pada Jeje? Di rumah sakit banyak dokter-dokter cantik .. apa artinya seorang mahasiswi kedokteran gigi yang miskin seperti Jeje? Hehehe .. Mama jangan bermimpi deh mendapat menantu dokter.”
“ .......”
“Apa? Jeje suruh usaha lebih keras untuk menggaet dokter-dokter tampan disini? Pakai apa? Pelet dari dukun? Hihihihi .. kalau pelet dari dukun ampuh, Jeje tak akan mencari hanya yang tampan, Mah. Tapi sekalian cari dokter yang tampan dan kaya raya. Mungkin pemilik rumah sakit ini?”
Jeje terkekeh geli, hingga matanya menyipit. Dia memang terbiasa bercanda dengan ibu kandungnya. Mereka sangat dekat, dan memiliki watak yang sangat mirip sehingga sering membuat pusing ayah kandung Jeje yang agak kaku dan kuno.
“Iya, siap! Akan kubawakan Mama calon menantu yang kaya dan .. dokter!’ senyum Jeje surut begitu bertemu dengan pandangan dingin Dokter Lee.
Ya Tuhan, sejak kapan Dokter Lee ada di rooftop ini? Perasaan sedari tadi Jeje selalu memandang kearah tangga, dia tak menemukan ada seseorang yang menaikinya untuk menuju kemari.
“Jeje tak mengikuti Dokter sampai kemari lho,” celetuk Jeje untuk membentengi dirinya sendiri, dia takut dituduh menguntit Dokter Lee.
“Hmmmm,” Dokter Lee hanya berdeham.
Maksudnya apa? Jeje tak mengerti, hanya dia malas menanyakan. Jeje mengangkat bahu acuh. Dia telah memutuskan untuk berhenti mengagumi pria itu.
“Syukurlah Dokter tak berburuk sangka, Jeje permisi.”
Jeje mengangguk, lalu ia berbalik menuruni tangga. Baru melangkah beberapa, ia mendengar suara ledakan dari gedung sebelah. Spontan Jeje berbalik kembali menaiki tangga menuju rooftop. Dia ternganga, dari kejauhan ia melihat Dokter Lee melepas jubah dokternya, kemudian pria itu melesat terbang ke angkasa,
Terbang! Dia bisa terbang!
Jeje telah membuktikan bahwa Dokter Lee bukanlah manusia biasa. Dia sungguh penasaran akan sosok itu, matanya terus mengikuti sepak terjang Dokter Lee. Dari kejauhan ia bisa melihat Dokter Lee mendarat di gedung sebelah. Dia menerjang kepulan asap hitam, tak lama kemudian ia menggendong seorang anak kecil yang nampak pingsan dalam dekapannya.
Dokter Lee terbang membawa anak kecil dan menurunkannya di tempat yang sepi, lalu ia memondong anak kecil yang masih pingsan itu menuju ambulan, Beberapa kali Lee melakukan hal serupa, menolong orang yang terjebak dalam gedung yang terbakar itu. Jeje mengamati aksi heroiknya dengan mulut ternganga, baru kali ini ia melihat aksi superhero bukan dari layar film. Jeje melihatnya langsung dengan kedua belah matanya!
Kekagumannya bertambah besar pada Dokter Lee. Ternyata pria itu adalah superman di kehidupan nyatanya! Tekadnya untuk berhenti mendekati Dokter Lee telah luntur, Jeje akan terus mengejarnya. Dan diam-diam melindunginya, Jeje tahu identitas rahasia bagi seorang pahlawan amatlah penting. Mulutnya akan bungkam, Dokter Lee tak perlu khawatir .. rahasia pria itu aman bersamanya.
Sambil tersenyum, Jeje mengambil jubah putih Dokter Lee, dia mengibaskan jubah itu hingga debu yang menempel disana terjatuh. Lantas Jeje mendekapnya erat. Masih tercium aroma maskulin di jubah itu, Jeje sangat menyukainya, spontan ia menghirupnya.
“Apa yang kaulakukan dengan jubahku?”
Jeje berjengkit kaget ketika mendadak Dokter Lee telah ada di hadapannya dan menatapnya tajam. Bukannya takut, Jeje malah berbunga-bunga ditegur superheronya. Dia tersenyum sumringah.
“Jangan khawatir. Rahasiamu aman bersamaku, Dok.”
Lee hanya menatap datar, malah Jeje yang gemas sendiri.
“Mulut ini bungkam selamanya, bahkan Jeje akan ikut menjaga rahasia Dokter.”
Lee diam.
“Suatu saat pasti Dokter akan membutuhkan bantuan seseorang yang mengerti keadaan Dokter. Jeje siap untuk itu. Jangan segan memintanya, Dok.”
Sudah banyak yang ia ucapkan, mengapa Dokter Lee tak menanggapinya? Jeje mengusap peluh di dahinya, dia gugup. Perutnya mulai melilit. Aduh, jangan kentut pada saat ini! Dia tak ingin terlihat t***l setelah berlagak sok pahlawan di depan superman-nya.
Jangan kentut ...
Jangan kentut ...
Jeje berusaha menahan gas buangan yang mendesak keluar dari tubuhnya. Saking konsennya, ia tak menyadari Dokter Lee telah berada di depannya. Matanya seakan melompat dari sarangnya ketika mendadak Dokter Lee mengusap perutnya, menekannya agak lama. Terasa sesuatu yang hangat mengalir dari tangan pria itu, hati Jeje berdesir hebat. Ia menikmati sambil memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya.
Aduh, parah. Baru perutnya yang tersentuh, dia sudah meleleh seperti ini. Dan gugup luar biasa! Eh, mengapa perutnya tak melilit lagi? Kentutnya juga batal keluar! Sepertinya Dokter Lee telah menyembuhkannya!
“Dok ...” Jeje membuka matanya cepat, namun Dokter Lee telah menghilang dari hadapannya.
“Terima kasih, Dok,” gumam Jeje pelan. “Tapi mengapa Dokter suka mendadak menghilang? Jeje bingung harus berbuat apa untuk membalas kebaikan Dokter.”
Suara itu terdengar bagai angin sepoi-sepoi, namun Jeje dapat mendengarnya dengan jelas.
“Cuci jubah saya ....”
Jeje tersenyum dikulum, ternyata Dokter Lee belum pergi.
“Siap, Dok!” serunya riang.
Dia akan memastikan jubah itu kembali dalam keadaan bersih seperti baru!
Bersambung