Dua Puluh Tiga

1180 Kata

“Hai,” sapanya menatapku. Aku tergeragap. “Bang Tyaga kapan pulang?” Hanya itu satu-satunya kalimat yang terpikir olehku untuk kulontarkan. “Tadi sore. Bunda enggak kasih tahu kamu?” “Enggak,” jawabku berbohong. “Bang Tyaga ngapain ke sini malam-malam?” “Cuma mau tahu perkembangan acara pernikahan sampai mana? Tinggal menghitung hari lho, semua udah beres kan?” “Kan bisa tanya lewat chat, atau besok ke sininya. Enggak harus malam-malam gini,” sungutku. “Aku enggak bisa tidur sebelum mastiin langsung kalau kamu udah urus semuanya.” “Kenapa? Takut aku mengacaukan acaranya gitu?” “Aku khawatir aja sih, siapa tahu selama aku pergi kamu makin dekat sama Arka terus berubah pikiran dan kawin lari sama dia,” kekeh Tyaga. Aku tahu Tyaga hanya menggodaku, tapi secara tidak langsung kalimat

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN