Dua Puluh Dua

1061 Kata

Pagi ini aku bangun lebih siang dari biasanya. Kia sudah tidak ada di tempat tidur, tapi aku mendengar suaranya yang sedang mengobrol dengan Bunda di dapur. Tirai dan daun jendela kamarku sudah terbuka lebar, sinar mentari menerobos masuk, membuatku mengerjap-ngerjap silau. Sejuknya udara pagi membawa aroma gardenia yang bercampur dengan semerbak mawar ke dalam kamar. Malas-malasan aku bangun dan meregangkan tubuh, lalu beranjak turun dari ranjang menyusul Kia dan Bunda. “Eh, tuan putri udah bangun,” kelakar Kia melemparkan cengiran lebar. Sedangkan Bunda melirikku sambil tersenyum. Terseok-seok aku menuju kamar mandi, Bunda menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihatku beberapa kali tersandung sebelum benar-benar sampai kamar mandi. “Kamu belajar sampai jam berapa, Milena? Wajahmu ka

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN