“Sedang kamu Zul. Kamu sudah nggak ada artinya di perusahaan mana pun. Nggak akan ada yang mau terima sampah model kalian berdua!”
“Saya juga tidak akan memfasilitasi apa pun untuk kalian. Ingat sekali lagi saya sudah membayar 13M. Bukan angka yang kecil. Jadi tidak akan saya belikan kalian motor apalagi mobil. Tidak akan pernah saya berikan. Apalagi rumah. Tidak akan.”
“Kalau kamu mau numpang tinggal di apartemennya Anya silakan. Ingat ya kamu di situ NUMPANG TINGGAL! Sama seperti yang kamu lakukan di rumah Shita dulu.”
“Kamu numpang tinggal, tapi kamu merasa kamulah pemiliknya. Itu namanya kere munggah bale.”
“Kamu diangkat dari sampah sama Shita, nggak ingat asal-usulmu. Kalau kamu ingat jasa Shita bagi hidupmu, walau Anya ngangkang seperti apa pun harusnya kamu sadar diri. Jangan terima. Walau saya malu anak saya ternyata tergila-gila sama kamu.”
“Entah apa sebabnya. Karena yang ngejar kamu adalah anak saya.”
“Anya, seperti yang tadi mamimu katakan. Pelakor itu sampah dan kamu memang sampahnya. Papi juga sudah tidak anggap kamu. Mulai hari ini tidak ada lagi uang bulanan dari mami dan papi. Kalian usaha sendiri. Bayar apa pun itu sudah kalian tanggung sendiri. Tidak ada lagi bantuan kami. Masih bagus Papi nggak ambil mobil kamu, karena mungkin kamu butuh saat sedang hamil. Tapi yang pasti untuk makan sehari-hari dan segala macam p********n kartu kreditmu itu sudah bukan tanggung jawab Papi lagi.”
“Papi sungguh malu punya anak seperti kamu. Kamu benar-benar sampah. Entah apa yang harus Papi bilang.”
“Papi bersyukur jantung mami masih kuat. Tidak langsung mati karena kena serangan jantung.”
Wira dan Gantari keluar dari ruangan tersebut mereka sungguh tidak menduga pertemuan dengan Shita sebenarnya adalah pemberitahuan bagaimana busuknya anak mereka. Walau tidak terjebak dengan pendapat Gantari soal sampah, mereka memang tidak menyetujui perselingkuhan. Mereka juga tak menyetujui tentang pemakaian uang perusahaan yang dilakukan oleh Zul.
Itu bukan jumlah yang sedikit walau misalnya Zul bukan suaminya Shita tetap 13M itu korupsi yang sangat besar.
Wira dan Gantari juga sudah tahu penyebab orang korupsi itu tetap tersangkut kasus. Penyebab Zul korupsi adalah Anya, putri mereka dan dia juga menikmatinya.
Anya tidak berpikir bahwa Zul itu cuma kroco. Cuma lelaki yang kebetulan jadi suami dari Shita. Kalau Zul bukan suami Shita, dia tuh apa sih? Menjadi wakil manajer saja sudah tidak mungkin. Hanya karena dia suaminya Shita maka dia bisa menjadi wakil COO. Tapi sekarang dia sudah tak punya apa-apa.
Baju yang dimiliki saja tak sampai satu koper. Rupanya selama ini juga orang tuanya di fasilitasi oleh Shita, sampai tadi Shita bilang orang tua Zul sudah disuruh keluar dari rumahnya. Mobilnya juga diambil, motor adik-adiknya kuliah juga diambil. Jadi Zul itu benar-benar sampah yang didaur ulang seperti apa pun tidak ada nilai jualnya. Tidak ada value-nya. Tak ada perusahaan yang mau menerima kerja seorang Zul yang tidak jujur dan koruptor. Pasti semua akan takut bila ada korupsi di kantornya bila menerima Zul.
Zul-nya tidak sadar diri dan yang masih tak habis pikir mengapa Anya yang lulusan luar negeri dan sejak kecil kuliah di luar negeri malah mengambil suami orang. Apa itu hasil yang dia dapat yaitu gaya hidup bebas?
Sungguh Wira dan Gantari tak punya muka lagi untuk berada di lingkup para pengusaha. Bahkan wartawan yang tadi diusir langsung membuat banyak wartawan menunggu di lobby hotel.
Wira dan Gantari berjalan ke belakang hotel karena sopir mereka memberitahu bahwa wartawan berduyun-duyun menunggu mereka di hotel. Bahkan ada yang sudah menunggu di sebelah mobil mereka. Jadi Wira dan Gantari akan naik taksi saja dari pintu belakang hotel. Pastilah wartawan pada heboh melihat satu orang temannya diusir oleh Zul tadi.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Hubby bagaimana ini?” tanya Anya panik setelah Wira dan Gantari keluar ruangan meninggalkan mereka berdua.
“Tidak usah bicara apa pun, karena aku sedang emosi. Bagaimana bisa Shita mengetahui hubungan kita?” Zul sungguh tak percaya perselingkuhannya bisa terkuak.
“Mana aku tahu? Pasti bukan aku lah yang membuka. Aku pasti nggak ingin hubungan kita diketahui oleh Shita. Kamu bilang juga dia mandul sekarang terbukti dia subur.”
“Aku kan waktu itu bilang nggak usah keruk harta Shita. Sudah kita pakai saja uangnya papi. Buat apa punya papi kaya yang blo0n itu, bila hartanya tidak aku habiskan?”
“Kamu bilang enggak punya muka kalau langsung menghabiskan harta papiku seperti itu. Kamu bilang harus terlihat ada modal dulu di depan papi, sekarang bagaimana kita? Boro-boro bisa mengeruk harta Shita.”
“Sekarang bagaimana kita?”
“Kamu jangan teriak-teriak seperti itu Aku juga lagi mikir ini bagaimana. Aku nggak punya pekerjaan apa pun. Bagaimana hidup orang tuaku dan dua adikku?”
“Kamu jangan egois mikirin orang tuamu yang tak berguna, yang hanya bisa disantuni tanpa menghasilkan apa pun, taruh saja orang tua enggak berguna itu di panti jompo. Orang tua tak berharga, tak bisa menghasilkan uang, malah harus dinafkahi!” cibir Anya.
“Kamu yang suka aku egois seperti ini kan?”
“Kamu yang bilang kan aku memang HARUS EGOIS jangan mau nguntungin Shita terus. Akhirnya sekarang apa?”
“Gara-gara aku egois mau menggaet semua harta Shita, akhirnya apa? Aku nol besar kan? Kalau aku anteng saja di sisi Shita tidak main perempuan seperti kamu tentu aku aman,” Zul balas teriak.
“Kamu kan punya tempat tinggal. Kamu punya uang buat makan. Sedang aku? Aku hanya punya enam kartu kredit yang semuan penggunaannya harus aku bayar. ATM-ku sudah dibekukan. Begitu pun ATM orang tuaku karena selama ini memang ATM mereka Shita yang isi.”
“Lalu mereka nggak boleh aku pikirin?”
“Lalu besok mereka harus keluar dari rumah itu, harus pakai mobil kan? Nggak mungkin satu mobil karena harus ada mobil bak karena kami boleh bawa semua baju, semua buku dan itu nggak mungkin cukup satu taksi. Harus sewa mobil bak. Kami uang dari mana? Itu yang aku sedang pikir!”
“Kamu enak saja bilang nggak usah pikirin mereka, sedangkan aku nggak punya duit sama sekali. Mereka juga nggak punya duit sama sekali. Kalau besok mereka keluar dari rumah boleh bawa perhiasan tentu agak aman.”
“Tapi kalau dijaga oleh bodyguard-nya Shita dan mereka hanya boleh bawa baju saja, sedang perhiasan dan semua alat elektronik milik adik-adikku tidak boleh dibawa, karena itu adalah pemberian Shita, maka aku harus bilang apa?”
“Kalau perhiasan boleh dibawa tentu bisa dijual dan bisa cari rumah. Coba kamu pakai otak sedikit deh. Aku lagi mikirin 4 orang yang penting dalam hidup aku.”
“Terus aku nggak penting?” teriakAnya.
“Calon anakmu nggak penting?”
“Sekarang begitu sudah ketahuan oleh Shita, kamu kelihatan kan egoisnya!”
“Kamu bilang apa? Perempuan seperti aku? Memangnya aku kenapa? Ingat ya aku cuma pernah tidur sama kamu dan kamu tahu sejak aku awal aku virgin. Semuanya adalah kamu yang awali. Aku nggak pernah tidur sama siapa pun. Jadi jangan pernah ngomong seperti itu,” protes Anya.
“Terserah pokoknya aku sekarang pulang,” kata Zul. Dia langsung keluar membanting pintu dan meninggalkan Anya begitu saja.
Tentu saja Anya jadi bingung sendiri. Dia mau keluar pun pasti wartawan banyak.
Zul tidak tahu wartawan sedang menunggu Wira dan Gantari. Begitu dia turun dan pintu lift terbuka wartawan sudah menunggunya di depan pintu lift.