‘Kalau Zul dan putrinya tidak bayar kan konglomeratnya malu. Berarti yang bayarkan harus tuan Wira tersebut. Pasti dibayarkan sih. Aku sudah kasih rinciannya ke emailnya juga. Jadi biarin saja nanti akan dibayar tuan Wira.’
‘Biarin. Kalau tidak seperti itu ya anaknya masuk penjara, karena Zul kan enggak mungkin pergi sendiri. Dia nggak mungkin pergi foya-foya kalau tidak bersama anak tuan Wira. Berarti kan anaknya memang membuat Zul menggelapkan uang kantor. Intinya tak ada asap bila tak ada api.’
‘Segitu saja Bunda, Ayah pesan dari aku. Selamat malam dan selamat tidur. Pokoknya nomor aku sementara yang aktif ini.’ Shita tenang telah menghubungi kedua orang tuanya agar tak cemas.
Itu pesan voice note dari Shita, dia ada di apartemen Mister Shadow.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Sekarang Shita dalam pelukan Mr Shadow, dia benar-benar melepaskan sakit yang teramat sakit. Diluar dia terlihat tegar dan kuat, sesungguhnya sangat rapuh.
“Seharusnya kamu nggak perlu nangis. Kan kamu kan sudah nangis waktu melihat mereka pertama kali dulu. Seharusnya sekarang kamu plong sudah selesai semuanya. Sudah terbuka kok. Tadi malah kebetulan ada wartawan yang mengenali kamu sehingga langsung terbuka.”
“Jadi sudah tenang saja. Kamu nggak usah nongol dulu dua sampai tiga hari ini. Biar ayah dan bundamu saja. Mereka pasti lebih bijak mengatasi masalah ini.”
“Nanti minggu depan baru kamu nongol setelah Anya dan Zul terombang-ambing. Aku yakin pasti Mr Wira akan membayar semuanya. Enggak mungkin dia membiarkan Anya di penjara.”
“Tapi kan sekarang malunya enggak ketulung. Dan saat ini Anya sedang hamil jadi tak akan tuan Wira membiarkan anaknya di penjara. Kalau masalahnya sudah mulai agak tenang, kita kulik berita baru. Kita bikin apa pun yang bisa jadi berita tentang Anya dan Zul. Sehingga benar-benar mereka akan tidak bisa hidup tenang,” ucap Mr Shadow membujuk Shita.
“Aku benar-benar bingung. Aku bingung,” Shita terus menangis sesunggukkan.
“Sudah sekarang kamu tidur saja. Aku sudah siapkan kamarmu. Enggak mungkin kan kamu satu kamar sama aku. Sebenarnya aku juga jarang kok di apartemen ini tapi kamar selalu dibersihkan satu minggu sekali walau aku tidak ada di sini.”
“Laundry di bawah juga siap, tapi nggak perlulah kamu laundry. Besok aku akan suruh sekretarisku ambil baju di rumahmu beberapa pasang lalu diantarkan ke kantor aku. Dia juga tak perlu tahu tempat ini karena nanti bisa bocor, atau bisa juga di ikuti oleh seseorang dari rumahmu. Jadi nggak perlu ada yang tahu.”
“Aku nggak bisa mikir. Semua aku serahkan ke kamu. Terserah. Aku nggak bisa mikir,” kata Shita. Dia mempererat pelukan ke Mr Shadow.
Mr Shadow mengerti apa yang dirasakan Shita. Dia pererat pelukan pada Shita. Dia biarkan Shita melepas semuanya. Tanpa sadar Shita tidur diperlukan Mr Shadow.
Pelan-pelan Mister Shadow mengangkat Shita, meletakkannya di ranjang kamar yang telah disiapkan untuk Shita. Tanpa diganti baju atau apa pun. Mr Shadow hanya menutup selimut lalu keluar. Dia tidak berani menggantikan pakaian. Biarkan saja.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Terus kalian mau ke mana?” tanya Zul.
“Kami belum tahu. Ini juga kami bingung karena yang boleh dibawa hanya baju-baju saja tapi memang benar kan semua isi rumah juga kita nggak ada yang beli dan kami sudah nggak punya tabungan kecuali uang cash yang ada di kantong kami masing-masing. Karena begitu kami ke ATM ternyata semua sudah tidak bisa digunakan.”
Zul juga tahu kalau soal ATM karena tadi dia sudah cek ternyata ATM-nya sudah tidak bisa digunakan. Kalau ATM yang pakai nama Shita tapi kalau yang pakai nama Zul asli ternyata ATM sudah kosong melompong. Sudah dipindah buku kan ke rekening lain.
Zul sama sekali tidak dapat notif dari m-banking tersebut. Tetapi pemindahan dana dilakukan secara manual di kasir benar-benar nol saldo tabungan Zul.
Sekarang yang ada tinggal enam kartu kredit yang semuanya masih bisa digunakan. Masih banyak malah berapa ratus juta juga bisa. Tapi nanti bayarnya dari mana? Mereka nggak bisa bayarkan?
Sedang dia nggak mungkin dapat gaji dari kantor milik Shita. Belum lagi dia harus mengembalikan banyak dana kantor juga uang pribadi Shita yang ada di rekening yang sudah dibekukan, kalau yang dari ATM yang dibekukan Shita tadi di email disebutkan Zul harus mengembalikan 2,8 M.
Itu yang tertera di email dan rinciannya memang ada tabungan itu memang atas nama Shita. Tapi Zul yang pegang. Lalu uang kantor yang Zul gunakan itu 9M. semua rinciannya ada. Tidak main-main, secara rinci kapan digunakan dan berapa besar semua ada rinciannya.
“Ya sudah, nanti Abang ke rumah!” ucap Zul pada papanya.
Tadi ketika ditanyakan oleh Pak Wira berapa uang yang harus Zul bayar atas nama Zul dan Anya, Zul memang mengatakan sekitar 13M. Dia perlihatkan rinciannya. Ada juga uang beberapa teman yang dia gunakan saat kemarin ke Paris. Jadi 13M yang pak Wira harus bayarkan untuk dia dan Anya.
Kalau dibayar hanya separuh tentu Shita tetap akan meradang dan menarik Anya ke polisi. Itu yang tidak mau Pak Wira alami.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Jadi aku harus membayar 13M untuk membeli sampah seperti kamu?” teriak Wira. Dia benar-benar sudah memandang Zul sebagai sampah.
Tapi sampah tersebut adalah ayah dari calon cucunya, jadi bingung juga.
“Pokoknya saya nggak mau tahu. Saya tidak ingin cucu saya tidak punya ayah. Tapi saya tidak mau mengakui kamu sebagai menantu saya. Oke saya buatkan kalian surat nikah secara resmi agama dan negara, karena cucu saya harus punya akta. Walau secara agama seperti yang nona Shita bilang dia tidak ada nasabnya kamu. Tapi setidaknya secara negara nanti dia punya akta. itu saja.”
“Kalian menikah hanya untuk cucu saya punya akta. Saya akan membayarkan 13M besok. Saya akan serahkan kepada pengacaranya Shita. Saya tidak mau lewat Zul, karena bisa saja uang itu dibawa kabur dan anak saya tetap terjerat polisi.”
“Jadi saya yang akan menyerahkan lewat pengacara saya ke pengacaranya Shita 13M.”
“Saya sudah beli kamu Zul! Jadi kalau kamu macam-macam saya akan bantai kamu seperti ayahmu bilang. Kalian berdua memang patut dibantai. Saya nggak mengerti lagi kalau perusahaan saya hancur.’
“Saya juga enggak tahu bagaimana saya ngasih makan karyawan. Paling ya saya jual perusahaan. Saya yakin sih tujuh turunan saya masih sanggup bayar gaji karyawan. Tapi kalau aset kami terus-menerus terus turun dan turun terus saya rugi dong.”
“Saya masih bisa back up tujuh turunan. Masa orang terkaya ke-7 di Indonesia hanya kerugian begini langsung colaps, kan enggak mungkin. Tapi kalau terus menerus turun ya buat apa usaha?”