Bab 13. Kesedihan Mentari

1170 Kata
Arka menghentikan mobilnya di depan sebuah minimarket. Ia kemudian melepaskan sabuk pengamannya. Sebelum keluar mobil, ia menoleh ke arah Mentari yang duduk di sebelah kemudi mobilnya. "Apa, kamu mau yang lain selain minum air putih?" tanya Arka pada Mentari. "Tidak. Aku hanya haus," jawab Mentari sembari tersenyum. Arka pun menganggukkan kepala tanda mengerti. Ia kemudian membuka pintu mobil dan keluar. Setelah berada di luar, Arka berjalan menuju minimarket untuk membelikan Mentari minum. Siang ini, Mentari pulang dari rumah sakit. Ia ijin tidak masuk kerja. Tentu saja, Arka pun juga ikut ijin karena harus menjemput dan mengantar istrinya kembali ke rumah mereka. Mentari memperhatikan Arka berjalan ke arah minimarket dan masuk ke dalam. Mentari tersenyum haru melihatnya. Ternyata keputusannya menjalin hubungan baik dengan Arka adalah sesuatu yang tepat. Mengingat, Arka adalah satu-satunya orang terdekat yang peduli dan perhatian padanya. Bahkan, Arka rela ijin tidak masuk kerja untuk dirinya. Sambil menunggu Arka yang membelikannya minum, Mentari melihat-lihat ke arah pemandangan luar mobil. Saat itu, secara tidak sengaja, dari jarak yang lumayan jauh, Mentari melihat ada laki-laki yang sangat mirip dengan Edo. Mentari pun tercekat dan mendadak jantungnya berdebar kencang. Ia menajamkan pandangannya dan melihat ke arah laki-laki yang diduganya Edo itu. Memang agak tidak jelas, karena jaraknya lumayan jauh. Mentari terus memperhatikannya sampai laki-laki tadi masuk ke dalam mobil dan menghilang dari pandangannya. "Tidak mungkin dia Edo! Bukankah Edo sedang di luar negeri sekarang?" gumam Mentari berbicara sendiri. Tiba-tiba, pintu mobil terbuka dari luar. Mentari yang tadinya sedang berpikir pun terhenyak dibuatnya. Ia langsung menoleh ke arah pintu yang terbuka. Arka sudah kembali membawakannya satu botol air mineral. Membuyarkan imajinasi Mentari sejenak tentang Edo. "Ini, minumlah mumpung masih dingin. Bisa menyegarkanmu," ujar Arka sembari memberikan minumannya pada Mentari. Mentari menerimanya. "Terima kasih," jawab Mentari pelan. Arka lalu kembali menghidupkan mesinnya. Ia melajukan mobilnya. Menuju perjalan pulang. Sedang Mentari, masih setengah melamun bingung dan penasaran dengan penglihatannya tadi. *** Mentari memasuki ruang tamu apartemen dan duduk di sofa. Arka yang baru menutup kembali pintu apartemen, mengikuti Mentari. Arka terus memperhatikan Mentari yang dirasa aneh. Arka pun ikut duduk di samping Mentari. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Arka dari tadi terus memperhatikan Mentari yang terus memberikan tatapan kosong. Mentari menoleh ke arah Arka. "Kak Arka, aku mau tanya sesuatu." "Soal apa?" "Apa ... Edo sudah kembali lagi dari luar negeri?" tanya Mentari dengan ragu-ragu. Arka pun menautkan kedua alisnya heran mendengar pertanyaan Mentari. "Kenapa kamu tiba-tiba bertanya begitu?" "Tadi, saat di minimarket, sepertinya aku sedang melihat Edo. Dia sedang berjalan masuk ke dalam sebuah mobil dan mengendarainya," jelas Mentari. "Benarkah?" "Tapi, aku tidak yakin. Agak tidak jelas," kata Mentari masih nampak berpikir. "Ah! Pasti aku salah. Tidak mungkin Edo kembali. Dia kan sedang mengurus Elme Company di London. Iya kan, Kak?!" tanya Mentari pada Arka. Arka hanya menganggukkan kepala satu kali pelan menjawab Mentari. Mentari, lalu kembali melihat Arka dengan tidak yakin. "Kak, apa selama Edo ke luar negeri, dia pernah menghubungi kak Arka?" tanya Mentari lagi. "Tidak," jawab Arka pelan dengan tatapan murungnya. "Aku pikir kalian dekat." "Kami memang dekat sebelum kejadian malam itu," kata Arka. Mentari pun juga jadi kembali mengalihkan pandangannya dari Arka. "Dia pasti marah pada Kak Arka dan juga padaku," kata Mentari sembari menundukkan kepalanya dan nada suaranya terdengar sedih. Arka diam sejenak tidak merespon. Ia lalu menoleh ke arah Mentari lagi. Mentari nampak melihat ke arah depan dengan pandangan menerawang. Lalu, perlahan matanya mulai berair. Arka jadi tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. "Apa kamu baik-baik saja? Kenapa kamu tiba-tiba menangis?" "Entahlah? Aku rasa ... aku hanya merindukan Edo. Sehingga setiap laki-laki yang aku lihat, jadi seperti mirip dengan dia," kata Mentari yang menyeka air matanya. Mendengar keterangan Mentari itu, Arka merasa seperti hatinya teriris. Ada hal yang ingin ia utarakan, namun terasa amat berat. Arka lalu bertanya sesuatu. "Sejak kapan kamu sangat mencintai Edo?" "Sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Mungkin ... sekitar satu tahun yang lalu," kata Mentari sembari mengingat-ingat. "Waktu itu, aku mengalami kecelakaan. Mobil yang aku tumpangi, baru saja tabrakan dengan sebuah motor. Aku setengah sadar masih berada di dalam mobil. Aku merasa samar-samar bisa mendengar, meski kedua mataku tertutup. Aku mendengar suara bising klakson mobil dan teriakan-teriakan. Sekarang, kalau aku mendengar hal yang sama, aku jadi merasa sedikit trauma." Arka terdiam sambil berpikir mendengar cerita Mentari itu. Mendadak, ia jadi teringat akan memori di kepalanya yang berhubungan dengan cerita Mentari tadi. "Tolong! Ada perempuan yang terjebak di dalam mobil itu! Selamatkan dia!" Arka mendengar suara bising dan teriakan sesuai dengan keterangan Mentari. Kejadiannya tepat satu tahun silam, namun bisa terasa kembali di kepala Arka saat ini. Suasana mencekam juga masih sangat jelas tergambar di dalam memorinya. "Seperti yang aku rasakan kemarin, saat hampir terserempet motor," lanjut Mentari membuat Arka kembali fokus padanya. "Saat aku kecelakaan waktu itu, juga ada yang menyelamatkanku keluar dari mobil. Dia menggendongku keluar dari mobil, aku bisa merasakannya. Dialah Edo. Mungkin, kalau dia tidak datang waktu itu, aku sudah tidak ada lagi di sini," tambah Mentari. Arka menautkan kedua alisnya. "Dari mana kamu tahu kalau dia Edo? Bukankah katamu kedua matamu tertutup?" "Dia membawaku ke rumah sakit waktu itu. Dan waktu aku sadar, aku langsung melihatnya. Dia menjagaku semalaman. Dan lagi, dia memiliki bekas luka di tangannya, saat berusaha membuka kaca jendela mobil," jelas Mentari. Arka menghela nafas berat mendengar penjelasan Mentari. "Jadi, karena dia menyelamatkanmu, kamu mencintainya?" tanya Arka lagi. "Tentu saja!" "Tapi, apa kamu yakin, selama kalian pacaran, Edo juga mencintaimu?" "Apa yang kak Arka bicarakan?! Tentu saja yakin! Dia sendiri juga sering mengatakan kalau dia sangat mencintaiku." "Apa, kamu percaya dengan Edo? Kalau Edo berbohong, bagaimana?" "Tidak mungkin!" "Mentari, kamu merasa percaya, atau kamu hanya takut kalau kamu mengetahui kenyataan yang sesungguhnya?" "Tidak mungkin Edo berbohong! Lagi pula, selama Edo bersamaku, dia sangat baik padaku. Tapi, kenapa Kak Arka tiba-tiba bertanya seperti itu?" "Entahlah? Aku sendiri tidak yakin. Coba kamu pikir dengan logikamu. Kalau Edo memang benar mencintaimu, kenapa dia sampai saat ini tidak menghubungimu?" Mentari pun juga jadi berpikir. Memang benar apa yang dikatakan Arka. Bahkan, sampai sekarang, Edo terkesan tidak peduli dengan kehidupan barunya. Jadi, apa artinya kemarahan Edo jauh lebih besar dibanding rasa cintanya pada Mentari? Mentari kemudian menoleh ke arah Arka. "Apa, kak Arka mengetahui sesuatu soal Edo?" "Tidak. Hanya saja, aku tidak ingin kamu terlalu sedih memikirkannya. Lebih baik, kamu fokus pada karirmu saja," jawab Arka. Mentari pun tersenyum getir mendengarnya. "Terima kasih, atas perhatian Kak Arka padaku. Sejujurnya, semakin aku kenal dekat dengan Kak Arka, aku merasa kita lebih dari teman. Aku merasa, Kak Arka adalah Kakak yang sangat baik padaku," kata Mentari sembari tersenyum ke arah Arka. Setelah itu, Mentari kembali menoleh ke arah depan. Kepalanya sedikit tertunduk lemas. Ia tidak bisa melupakan perasaannya pada Edo secepat itu. Ia juga masih sangat berharap untuk bisa bertemu dengan Edo. Arka, diam-diam memperhatikan istrinya. Ia tahu, Mentari masih merasakan kesedihan yang mendalam untuk Edo. Dari arah belakang, tangan Arka ingin membelai kepala Mentari. Namun, ia menahannya, karena bagi Mentari, Arka hanya seorang kakak untuknya. "Bagaimana, cara memberitahukannya padamu?" gumam Arka dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN