“Di sekolah ini enggak boleh ada yang memperlakukan Velsa buruk.” Sambung Lexia.
“Jangan tanya kenapa ya Kill.” Ujar Vivi sembari tersenyum kepada Killa.
“O – okay.” Angguk Killa langsung mendekat ke arah Velsa, “sorry ya Vel, gue udah ketusin lo.” Ujarnya.
“Ada syaratnya loh.” Ketus Velsa membuat Killa menghela nafasnya, “apa?” Ujar Killa.
Velsa langsung melebarkan senyumnya kemudian mengangguk, “tapi lo harus janji buat temenin gue beli cat kuku oke?”
Killa memandang Vivi dan Lexia yang berada di belakang Velsa, mereka melambaikan tangannya seolah menyuruh Killa untuk menolak permintaan Velsa.
Namun Killa berfikir, apa salahnya menemani sahabat barunya itu pergi ke toko cat kuku, toh dia juga bisa beli.
“Yapp.” Angguk Killa.
Lexia dan Vivi langsung mennunduk lesu, “YEY!” Seru Velsa, “kalo gitu kalian berdua juga harus ikut, jangan sampe lupa perjanjian tadi.” Cengirnya.
“Perjanjian?” Tanya Killa.
“Iya.” Angguk Velsa, “mereka tuh paling gak mau nemenin gue buat belanja cat kuku gitu, terus tadi Lexia bilang kalo lo mau ikut anter berarti mereka juga ikut.” Serunya.
“Aish, gue kira lo bakal nolak.” Ujar Vivi kepada Killa, “lo gak tahu berapa lama dia milihin buat satu warna doang?” Ketusnya seraya berbisik.
“Bisikin apa lo Vi?” Protes Velsa.
“Enggak.” Ketus Vivi.
“Bohong lo.” Hardik Velsa.
“Tanya aja sama dia.” Ketus Vivi malas.
Velsa langsung menatap Killa, “bukan apa – apa, Velsa cuman nanya lo suka pake cat kuku atau enggak.” Ujar Killa.
“Ya KILAAA!” Teriak Vivi dan Killa kesal.
“Why?” Bingung Killa.
“Wah serius?” Seru Velsa langsung mendapat anggukan dari Killa.
“Vivi juga bilang, kalo dia sama Lexia juga sebenernya suka cuman malu bilang ke lo nya.” Ujar Killa membalas kejahilan teman barunya itu.
“Ah tau ah.” Protes Vivi.
“Vi!” Seru seorang gadis berlari ke arah mereka.
“Tuh Vianka dateng.” Ujar Vivi sembari membalas lambaian tangan dari sahabatnya itu.
“Eh, oi Kakak Ipar!” Sahut Lexia menyerobot.
‘TUK’
Vianka memukul jidat Lexia dengan topi yang dipegang oleh Velsa, “jangan kenceng – kenceng bege.” Gerutu Vianka.
“Lo gak mau jadi kakak ipar gue?” Sinis Lexia.
“Aish, bukan gitu. Lo gak lihat gue lari ke sini aja udah dilihatin terus sama si Alfa sama si Talyn ha?” Gerutu Vianka.
Killa mengikuti ke mana pandangan teman – temannya, “emang mereka kenapa Vik?” Tanyanya.
“Lo mau tahu Kill?” Tanya Velsa, “itu yang cowo suka sama si Vianka, lebih tepatnya terobsesi. Bener gak friends?” Tanyanya kepada Vianka, Vivi dan Lexia.
“Hem.” Angguk Vivi, “kalo ceweknya itu suka sama pacar si Vianka.” Lanjutnya.
“Lebih tepatnya dia terobsesi sama kakak gue.” Ketus Lexia.
“Jadi mereka?” tanya Killa.
“Ya gitu deh, lo juga pasti sering baca cerita tentang dua orang yang bekerjasama buat ngejar cewek atau cowok yang mereka mau, sampe segala cara mereka lakuin.” Jelas Velsa membuat Killa mengangguk.
“Sekarang kakak lo ke mana? Kelas berapa?” Tanya Killa.
Semuanya terdiam tak ada yang niat menjawab pertanyaan Killa, membuat Killa menyadari kalau dia telah mengatakan sesuatu yang tidak mengenakkan.
“Pacar gue ikut pertukaran pelajar Kill.” Jawab Vianka.
“oh gitu, sorry Vik gue enggak tahu.” Ujar Killa merasa bersalah.
“It’s ok, gue ke sini cuman mau bilang ke kalian.” Ujar Vianka berubah serius.
“Apaan deh? Lo gak usah sok serius gitu.” Ujar Velsa kesal.
“Emang serius.” Sahut Vianka.
“Vik!” Geram Lexia.
Vianka langsung terkekeh, “kalian kenapa sih? Lucu banget ekspresinya, gue ke sini cuman mau bilang tolong atur absen gue ya soalnya mau bolos.” Kekehnya langsung mendapat jitakan dari Lexia.
“Aws, tega lo.” Kekeh Vianka.
“Gue kira apaan.” Ketus Lexia.
“HAHAHA, atur ya.” Pintanya langsung pamit setelah menyentuh lengan Killa, “santai aja Kill, gue udah terbiasa kok.” Ujarnya langsung berbalik pergi.
“LO MAU BOLOS KE MANA?” Teriak Velsa.
“Basecamp abang!” Sahut Vianka langsung menghilang di antara kerumunan murid yang belum masuk ke kelas.
“Aish itu bocah selalu bolos tiap hari senin.” Gerutu Vivi.
“Biasa lah Vi, dia kalo senin pasti bakalan kangen sama Axel.” Kekeh Lexia, “biarin aja selama gue bisa lihat senyum dibibirnya.” Lanjutnya.
“Si Killa kenapa tuh?” Tanya Lexia memperhatikan Killa yang sedari tadi menatap kerumunan siswa.
“Ayo.” Ajak Killa menarik lengan Velsa yang sedari tadi meremas roknya.
“Ke mana?” Kekeh Lexia usil.
“Kelas.” Sahut Killa merasa risih karena sedari tadi banyak yang menatapnya.
“Bentar.” Tahan Vivi.
“Ck.” Decak Killa merasa kesal.
Mendengar suara decakan Killa membuat Vivi, Lexia dan Velsa langsung menatapnya.
“Why?” Gumam Killa.
Velsa langsung terkekeh, “wahh udah mulai berani nih si cupu.” Serunya memandang Killa penuh usil.
“Apa sih?” Gerutu Killa ketus.
“Udah mulai nyaman ya sama kita?” usil Lexia ikut menjahili Killa.
“Hm.” Dehem Killa.
“WOY!” Teriak seseorang sambil berlari menghampiri ke empat gadis itu.
“Berisik.” Ketus Lexia menatap kehadiran dua lelaki itu.
“Sensi banget sih Lex.” Kekeh salah satu lelaki itu.
“Lex – Lex, lo kira gue si Alex?” Sahut Lexia.
“Hadeuh, mulai lagi deh.” Gumam Velsa menatap Lexia kesal, “lo jadi cewek jangan sensi banget deh, lo juga yo ngapain ngusik si Lexia sih.” Lanjutnya mengomeli Rio sahabatnnya itu.
“ye, sorry.” Kekeh Rio, “abisnya seru kalo lihat dia cemberut gitu.” Lanjutnya.
“Lo gak takut dibunuh Bang Sam, Yo?” Tanya Vivi.
“Enggak dong.” Cengir Rio, “ya kan Zacky?” Tanyanya menyenggol lengan Zacky yang sedari tadi memperhatikan Killa yang masih membelakanginya.
“Zak!” Panggil Vivi.
“Eh iya kenapa?” Tanya Zacky.
“Gak ah.” Geleng Vivi.
Zacky bergumam sembari menunjuk ke arah Killa, “Vianka kan?” Tanyanya pelan kepada Lexia yang berada di depan Killa.
Sungguh telat bagi Lexia untuk menjawab Zacky, lelaki itu malah langsung memeluk tubuh kecil yang dia anggap sebagai sahabatnya itu.
‘GREB’
“Selamat pagi Princessnya Zacky.” Sapa Zacky sembari menyimpan dagunya pada puncak kepala Killa, “kok diem sih Vi?” Tanyanya saat tak merasakan gerakan sedikitpun.
“Zack.” Panggil Velsa.
Zacky langsung menengok ke belakang, “why?” Tanyanya.
“Lepas dulu, itu bukan Vianka.” Bisik Vivi.
“Ha?” Panik Zacky langsung membalikkan tubuh Killa.
“Eh iya anjir, gue kira Vianka tadi.” Seru Rio.
“Vianka cabut dari tadi.” Ujar Lexia.
“Siapa tuh? Gue baru lihat.” Ujar Rio.
“Temen baru kita.” Sahut Velsa senang.
“Anak baru?” Tanya Rio memperhatikan penampilan Killa.
“Iya.” Angguk Velsa.
Sementara itu, Zacky dan Killa masih saling berpandangan. Sampai ada seseorang yang tak sengaja menyenggol Killa, sehingga dia terdorong ke depan hampir jatuh jika saja Zacky tidak menahannya.
‘DEG’
Baik Killa ataupun Zacky keduanya sama – sama merasakan debaran kencang di d**a mereka, mereka yang melihat tersentuh hatinya saat menyadari tatapan keduanya yang penuh sirat kerinduan dari tatapan satu sama lain.
Cukup lama mereka berdua saling bertatapn, membuat sahabat mereka pun hanya bisa menyaksikan.
Seakan tersadar, Killa laangsung menjauh.
“So – sorry.” Gugup Killa mengalihkan pandangannya, “guys, gu – gue ke kelas duluan ya.” Pamitnya langsung berlari.
“Tungguin eh.” Teriak Velsa.
“Lo nangis Zacky?” Tanya Lexia menatap aneh ke arah sahabatnya itu.
“KENAPA LO NANGIS ZACK?” Teriak Velsa heboh membuat seluruh siswa yang tersisa di lapangan langsung menatap ke arah Zacky, begitu juga Killa yang langsung menghentikan langkahnya.
“Zacky, serius lo nangis kenapa?” Tanya Vivi sembari menyentuh Zacky.
“Anjir, gue gak nangis.” Ujar Zacky sembari mengusap kedua matanya dan seketika terkejut merasakan basah pada kedua telapak tangannya, “eh kok nangis?” Tanyanya kebingungan.
“Ish Zacky! Lo cuman tatapan sama Killa, ngapain pake nangis segala.” Ejek Kristal langsung membuat semua siswa membicarakan Killa.
“Ya Kristal.” Geram Lexia karena tahu akan apa yang terjadi selanjutnya.
Merasa banyak yang menatapnya, reaksi dari tubuh Killa pun sangat cepat. Dia menegang kaku, kepalanya pusing saat matanya mengedar menatap seluruh siswa yang tengah memperhatikannya, jantungnya berpacu cepat dan keringat dingin bercucuran.
‘BRUK’
“KILAA!” Teriak Kristal kaget saat melihat sahabat barunya itu pingsan di tengah lapangan.
“Aish, apa gue bilang.” Gerutu Lexia berniat lari menghampiri Killa namun dia tahan saat melihat Zacky dengan sigap langsung membawa Killa keluar dari kerumunan.
“Si Zacky gercep ya.” Kekeh Rio.
“Tal, gue serius kali ini.” Ujar Lexia, “ini juga berlaku buat kalian semua.”
“Kenapa?” Tanya Kristal.
“Jangan sampe kejadian tadi ke ulang lagi buat Killa.” Pinta Lexia, “gue tahu kalian ngerti itu.” Lanjutnya.
Lexia mengulas senyumnya, “pasti dari kalian ada yang berpikiran kenapa Vianka pilih Killa kan?” Tanya Lexia, “Terlepas dari alasan itu, gue harap kita bisa temenan sama Killa tanpa lihat ada apanya dia di mata Vianka.” Lanjutnya.