“Aish bang, gak semudah itu.” Gerutu Geva.
“Bodoh lo Gev, kurang apa coba Sivi.” Tutur Fahrul, “kalo gue pasti udah gak bisa lirik sana sini dah.”
“Terserah lo pada deh, pokoknya bukan gitu masalahnya. ARHGG.” Teriak Geva seraya menggusar rambutnya kasar kemudian keluar dari kamar Sam.
“Kemana?” Teriak Sam.
“Balik ah.” Sahut Geva.
Tak lama kemudian setelah Geva keluar, pintu kamar Sam diketuk.
“Bang!”
“Buka aja Dek.” Ujar Sam.
‘KLK’
Pintu kamar terbuka sedikit, kemudian Killa melongokkan kepalanya dan terkejut ketika melihat semua teman kakaknya tengah menatap ke arah pintu termasuk Zacky.
“Eh ada Kak Fahrul sama Bobby juga, hi!” Sapa Killa seraya mengeluarkan tangan kanannya.
“Hi juga dek.” Sahut Fahrul diangguki Bobby.
“Kenapa gak masuk?” Tanya Sam yang langsung mendapatkan cengiran dari Killa, “Mau apa?” Tanyanya lagi.
“Ada calon pacar gue gak?” Tanya Killa seraya mengedarkan matanya ke arah kamar Sam.
“Siapa? Gue?” Tanya Chandra.
“Dih, ogah.” Sinis Killa.
“Siapa lagi emang?” Tanya Fahrul menatap Killa usil, “Kelvin? Bobby? Atau gue?”
“Ck, lo pura – pura bego atau emang bego beneran sih? Calon pacar gue kan si Zacky babang Fahrul.” Sahut Killa dengan sedikit teriakan.
“Ngapain cari Zacky dek?” Tanya Sam.
“Ada gak?” Ketus Killa malah ditanya balik oleh kakak lelakinya itu.
Zacky yang sedang tiduran di atas kasur pun langsung menghampiri Killa, “kenapa?” Tany Zacky seraya melebarkan pintu kamar.
Pintu terbuka lebar, memperlihatkan penampilan Killa dengan rambut digelung ke atas dan hanya memakai tanktop dan hotpants saja.
“Ish kok dibuka pintunya.” Protes Killa seraya memukul lengan Zacky.
Dengan buru – buru Zacky langsung menutup pintunya sedikit dan menghalangi Killa dari tatapan sahabatnya dengan tubuhnya.
“Yah No, Yahhhhh.” Teriak Bobby kecewa.
“Heh, dasar otak gesrek.” Maki Sam pada Bobby.
“Udah tahu ada gue sama temen – temennya Sam, kenapa cuman pake itu sih.”Gerutu Zacky terdengar sangat kesal kesal.
“Loh, kok jadi kak Zacky sih yang sewot.” Ketus Killa merasa heran dengan tingkah calon pacarnya ini.
“Mau apa?” Tanya Zacky mengabaikan ucapan Killa.
Killa pun mengangkat kaos berwarna hitam di tangannya ke arah Kelvin, “ganti nih hoodie nya, ketumpahan minuman milik Killa kan itu.” Titah Killa seraya menyerahkan kaos berwarna hitam itu.
“Ini kaos siapa?” Tanya Zacky, “punya Sam?”
“Bukan.” Geleng Killa, “tadi Killa sempet beli kaos ukuran gede, kayaknya muat deh di kakak. Cepetan ganti, di sini aja.”
“Di sini?” Beo Zacky.
“Iya kak.” Angguk Killa, “kelamaan kalo di kamar mandi, sekalian Killa lagi nyuci baju di bawah.”
Zacky pun menganggukkan kepalanya, dia pun menutup pintu kamar dari luar kemudian membuka bajunya tepat di hadapan Killa.
‘GLEK’
Dengan susah payah Killa menelan saliva nya karena syok, bagaimana tidak terkejut ketika dia melihat Zacky dengan santainya membuka hoodie di depannya sedangkan lelaki itu tidak mengenakan apapun lagi di dalam hoodienya itu.
“K – k – kak Zacky.” Cicit Killa seraya terus memperhatikan Zacky yang masih tenang.
“Kenapa?” Tanya Zacky seraya membenarkan letak bajunya, “pas.” Ucapnya dengan senyuman tipis yang hampir tak terlihat.
‘GLEK’
Lagi – lagi Killa dibuat kesusahan oleh Zacky, “kak Zacky senyum.” Gumam Killa pelan.
“Apa?” Tanya Zacky yang langsung mendapat gelengan Killa.
“Nih.” Ujar Zacky menyerahkan hoodie miliknya ke tangan Killa, “thanks ya kaosnya.”
Killa mengangguk namun matanya menangkap label harga masih menggantung di kaos yang Zacky kenakan, “sebentar kak.” Ujar Killa seraya mendekat ke arah Zacky kemudian berjinjit untuk menggapai leher Zacky.
“A – aduh, kakak tinggi banget.” Protes Killa menahan tubuhnya yang hendak limbung karena terlalu berjinjit.
“Lo aja yang kurang tinggi.”Ejek Zacky.
Killa kesal mendengar ejekan dari Zacky, “gak boleh gitu kalo sama orang pendek ya, pendek – pendek gini juga calon pacar kak – e – eh .” Ucapan Killa terhenti karena tubuhnya hampir terjatuh.
Melihat itu, Zacky pun langsung menarik tubuh Killa agar menempel dengannya kemudian menahan pinggang Killa dengan tangannya, berharap gadis itu tak terjatuh.
“Sebentar ya kak, capnya belum dicopot.” Ujar Killa seraya mendongakkan kepalanya menatap ke arah leher Zacky.
Killa tak sengaja menatap mata Zacky yang juga tengah menatapnya, keduanya sama – sama terkunci dengan pandangan satu sama lain.
‘Tatapannya.’ Batin Killa menatap Zacky kagum.
“Ekhem.”
Dehem seseorang membuat Zacky dan Killa tersadar.
Killa melirik ke arah sampingnya, “Eh, papa.” Canggung Killa seraya menjauhkan badannya dari Zacky.
Begitu juga dengan Zacky yang menetap sosok lelaki paruh baya yang masih terlihat gagah, “eh om Evan.” Cengirnya.
Evan mengabaikan Zacky, “lagi ngapain kamu di depan kamar abang?” Tanya Evan dengan muka lelahnya.
Killa terdiam seketika, “emmm .... Ini ... Killa bantuin Kak Zacky buat copot label bajunya yang masih nempel.” Jawab Killa yang juga diangguki oleh Zacky.
“Oh gitu, ya udah.” Ujar Evan kemudian melangkah menuju Killa dan Zacky.
“Kenapa pa?” Tanya Killa.
Evan pun mendelikkan matanya, “minggir sayang, papa capek, udah kangen sama mama.” Tutur Evan seraya mendorong tubuh Killa ke arah Zacky.
“Ish papa.” Protes Killa.
Killa kembali ke dalam pelukan Zacky, kali ini tangannya berada di kedua sisi bahu Zacky.
“Jangan lama – lama pelukannya sayang, keburu ada setan ganggu pikiran kamu.” Teriak Evan yang sudah berada di ujung lorong, "udah ah, bye !"
Killa tersadar, “ish, sorry ya kak. Papa orangnya jahil banget, usil sama kayak Sam.” Ungkap Killa.
“It’s okay.” Angguk Zacky, “udah sana balik kamar, jangan lagi keluar cuman pake tanktop kalo lagi ada temennya Sam.” Lanjut Zacky seraya berbalik masuk ke dalam kamar Sam meninggalkan Killa yang tengah mencerna ucapannya.