7

4625 Kata
Saat tengah asyik menyantap makanan, tiba – tiba ada segerombolan siswi mendatangi meja Killa dan Vianka. Killa dan Vianka kaget, “Siv mereka mau apa? Jangan bilang lo mau dihajar gegara kejadian kemarin.” Ujar Vianka menatap horor segerombolan siswi. Killa memandang mereka acuh, “bodo sih.” “Halo Sivi! Halo Vianka!” Sapa siswi yang sangat imut. “Hai!” Jawab Killa dan Vianka serentak. “Sebelumnya kita kenalan dulu, gue Reyna adiknya si Zacky itu.” “Wait? ...” Sivi memperhatikan gadis bernama Reyna itu, “Lo calon adek ipar dong.” Tukas Killa keceplosan. “Haha boleh – boleh, dari awal lihat lo sama abang gue udah mikir cocok kok. Oh iya, kita dari SnR Fan.” Ujar Reyna adik Zacky. “SnR?” Eja Killa. “Killa and Zacky Fan Siv, kita ngeship lo sama kak Zacky karena ngeliat kalian kemarin gandengan tangan tuh cocok banget.” Jawab salah satu cewek yang Killa kenal itu teman kelas barunya. “Itu bukan gandengan.” Umpat Killa sembari mengusap pergelangan tangannya yang tengah dibalut salonpas. “Dan ini buat lo dari kita semua.” Ucap Reyna memberikan kotak kado pada Killa. “Wah apaan nih?” Tanya Killa seraya menerima kado itu. “Itu dibukanya nanti di rumah aja Siv.” Pinta Reyna sambil tersenyum. Killa mengangguk, “ya udah, makasih yak.” Girang Killa senang. “Semoga suka ya Siv, kalo gitu gue ajak anak – anak ke kelas dulu.” Pamit Reyna lalu meninggalkan meja Killa dan Vianka. ‘BRAKK’ “Wah gila – gila, SnR udah launching nih. Di sponsori sama adeknya si Zacky lagi, wkwkwk. “ Ucap Vianka kagum. Killa mengangkat bahunya acuh, lalu melanjutkan makannya yang sempat tertunda tadi. ‘DRRRT’ Ponsel Killa bergetar, menandakan ada pesan masuk. Unknown numb Killa save ya, ini gue Reyna. Lo bisa ke taman gak sekarang? Ada yang mau gue omongin. “Sil, gue titip ini ya nanti lo bawa ke kelas.” “Emang lo mau kemana?” “Gue ada urusan bentar.” Pamit Killa setelah mengeluarkan dua lembar dua puluh ribuan. Sesampainya di taman belakang sekolah Killa melihat Reyna tengah duduk di atas rumput buatan,“Rey!” Panggil Killa. Zacky menoleh lalu menepuk pelan tempat di sebelahnya, “sini duduk Siv.” Killa duduk di samping Reyna, dia mengeluarkan dua buah permen loli membukanya satu lalu memberikan satunya lagi untuk Reyna. “Lo mau ngomong apa?” “Lo pasti dapet penolakan dari abang gue.” Senyum Reyna seraya membaringkan tubuhnya di atas rumput. “Lo tahu sendiri jawabannya.” Kekeh Killa tak sadar tengah mengusap pergelangan tangannya. Reyna yang melihat pun tersadar, “Ya ampun, ini pasti ulah si Zacky kan? Pasti sakit banget.” “Gak kok, udah gue obatin semalem.” “Si Zacky emang gak pernah kapok ya nyakitin cewek terus.” Killa tersenyum menanggapinya, “kayaknya dia punya masalah sama cewek sebelumnya ya? Jadi gampang kesulut gini emosinya.” Reyna menganggukkan kepalanya lalu menunjuk ke arah belakang mereka dengan dagunya, “Lo liat kakak kelas yang lagi ngerokok sama temen – temen cowoknya di belakang sana?” Killa mengangguk, “Niki, kakak tingkat dua belas.” Ucap Reyna. Killa merasa tak asing dengan wajah kakak kelasnya itu, “kenapa sama mereka? Duh ngapain sih gue nanya itu.” “Gak papa, santai aja. Lagian gue bakal ceritain semuanya kok.” “Eh gak usah juga gak papa kok Rey, gue takut sama privasi orang.” Reyna menggeleng, lalu mengalirlah cerita tentang Zacky. “Zacky anak baik – baik sebelum kenal kak Niki, kak Niki itu anak bandel yang suka bolos sama hobi banget ngerokok pergaulannya bebas, dan semenjak abang gue kenal sama dia, si Zacky sering keluyuran malam gak jelas. Gue juga gak tau gimana ceritanya mereka bisa ketemu, lama kelamaan kak Niki sama Zacky pacaran, Zacky sayang banget sama kak Niki. Mereka udah jadi couple goals banget di sekolah ini, semua keluarga gue udah percaya banget sama kak Niki tapi perlahan kelakuan Niki diketahui bokap nyokap gue, mereka pernah memergoki kak Niki keluar masuk hotel bareng cowok yang kebetulan itu hotel punya papa. Dari situ keluarga udah gak suka sama kak Niki, bang Zacky kekeuh gak percaya sama cerita nyokap – bokap gue, bahkan CCTV pun dia menyangkalnya.” Reyna menghela nafasnya kasar. “Sampe satu hari, si Zacky ngeliat sendiri kak Niki tidur sama sahabatnya sendiri.” Lanjut Reyna. “Jadi gue mohon lo bersabar ya buat naklukin hatinya bang Zacky.” Pinta Reyna. Killa mengangguk, “sebisa mungkin gue sabar.” “Udah yu masuk kelas, udah bel.” Killa mengangguk lalu berdiri diikuti Reyna, mereka pergi ke kelas masing – masing. SKIP Bel pulang sudah berbunyi, “Gef, pulang bareng ya.” Pinta Killa pada Gefa. “Duh beb, gue ada latihan basket hari ini.” Killa cemberut, “Yah, bang Jason sama bang Kelvin lagi sibuk belajar. Bang Ariq mau ngelatih.” Cicit Killa sedih. “Siv, gue ke toilet dulu. Lo tunggu di depan lapangan oke.” Pamit Vianka meninggalkan Killa dan Gefa berdua di kelas. “Maaf ya, gue udah telat banget Siv. Nanti malem kita jajan oke, gue traktir lo deh.” Bujuk Gefa seraya mengusap pelan rambut Killa. “Ya udah gue ke parkiran sama Vianka, barusan bang Jason ngechat katanya dia nyuruh temennya buat anterin gue.” “Ganteng gak Gef? Kalo enggak mending gue naik taksi aja deh.” Sarkas Killa yang udah terlanjut kesal karena penolakan mantan pacarnya itu. “Ck, otak lo pikirannya cowok ganteng semua, ya” Sentil Gefa di dahi Killa. “Awsh, ya gue gak gitu juga Gef.” Kesal Killa seraya mengusap dahinya. “Jadi gimana maksudnya Non Dara?” Ejek Gefa di depan wajah Killa. “Ih.” Kesal Killa seraya mendorong wajah Gefa agar menjauh dari depan wajahnya, “selera gue tinggi semua tau gak ada yang dibawah kriteria.” Kesal Killa. Tiba – tiba Gefa tertawa, membuat Killa semakin menatapnya kesal. “Lo ngapain ketawa sih?” Jengkel Killa. “Gak, hahaha. Udah sana pulang gih.” Usir Gefa seraya meredakan tawanya lalu mendorong Killa keluar, “Gue mau ganti baju di loker jadi gak bisa anterin ke parkiran, sini cium dulu.” Pinta Gefa menarik kepala Killa. ‘CUP’ Gefa mencium kening Killa lama, “Hati – hati mantan pacar!” Ucap Gefa langsung berlari secepat kilat untuk menghindari amukan Killa. “YAAAAAAAAAAAK, DASAR GEFA SIALAN LO!” Teriak Killa melihat Gefa yang perlahan menjauh menghilang dari pandangannya. Dengan kaki yang dihentakkan Killa berjalan menuju parkiran bersama Vianka yang baru selesai dari toiletnya, “temen bang Jason yang mana?” Tanya Vianka saat sudah sampai di parkiran. Tiba – tiba ada sebuah mobil berhenti di depan Killa dan Slivi, pemiliknya menurunkan kaca mobilnya dan muncullah wajah Zacky yang menatap Killa dan Vianka datar. “Masuk.” Titah Zacky. Killa tidak merespon perkataan Zacky, dia masih terkejut karena ternyata teman yang Jason suruh adalah Zacky. Vianka yang mengerti akan keleletan sahabatnya langsung memberikan sebuah kotak besar kepada Killa lalu mendorong Killa agar mendekat dengan mobil Zacky, “udah sono, itu pasti suruhan bang Jason.” Killa melangkah membuka pintu mobil lalu melambaikan tangannya pada Vianka, “gue duluan.” Hening.... Selama perjalanan tak ada yang memulai pembicaraan. “Makasih ya, lo udah mau anterin gue.” “Kalo bukan paksaan dari bang Kelvin sama bang Jason sih gue ogah.” Jawab Zacky datar. ‘buset, pedes banget sih’ batin Killa. “Hmm sorry ya kalo ngerepotin.” “Hmm.” “Lo dikasih kado gini juga?” Tanya Killa menunjuk kotak besar di pangkuannya. “Hmm.” Jawab Zacky. “Lo tau gak kira – kira isinya apaan?” “Hmm.” “Katanya sih disuruh dipake besok.” “Hmm.” “Lo gak ada kata lain apa selain hmm?” “Ya.” “Ish, lo tuh ya.” “Ya.” ‘Sumpah Zacky gemesin banget deh.’ Rutuk Killa dalam hati. “Rey ih.” “Y.” “Astagfirullah.” Ucap Killa lebih memilih tidur dari pada mengajak ngobrol Zacky. Killa tertidur pulas di dalam mobil Zacky, hal itu membuat Zacky memandangnya kesal. Berbagai cara sudah Zacky lakukan untuk membangunkan Killa, namun tetap saja cewek itu tak beranjak bangun. Matanya tak sengaja melihat tangan Killa yang dibalut salonpas. Merasa kasihan akhirnya Zacky memutuskan untuk menggendong, sesampainya di depan pintu rumah Killa Zacky mengetuknya pelan. ‘TUKK’ ‘TUKK’ “Iya sebentar.” “Loh Non Sivi kenapa di gendong Den?” “Dia ketiduran bi, tunjukin saya dimana kamarnya.” “Ikuti saya Den.” Titah Bi Ani. “Kalo boleh tahu Aden ini siapanya Non Sivi ya?” “Saya Zacky kakak kelasnya Sivi.” Jawab Zacky seraya meletakkan Sivi di atas kasur. “Loh berarti Aden tau Den Ariq dong?” “Ariq? Ah iya, dia teman saya.” Sahut Zacky sedikit kesal. “Aden mau minum apa biar bibi buatkan.” “Gak usah Bi, saya mau langsung pulang.” “Oh ya sudah kalau begitu terima kasih ya sudah mengantarkan Non Killa pulang.” “Iya bi, Zacky pulang dulu.” Pamit Zacky seraya pergi meninggalkan kamar Killa. Di perjalanan pulang, Zacky masih memikirkan siapa Killa. Kenapa semua teman – temannya mengenal cewek itu, belum kejadian tadi disaat Jason dan Kelvin menyuruh Arul temannya untuk mengantarkan Killa, lalu kejadian kemarin saat dia tak sengaja melihat Killa tengah bercanda dengan Ariq di ruang osis. “ARGHH” Gusar Zacky. - ‘KRING’ ‘KRING’ ‘KRING’ “Eungh.” Lenguh Killa merasa tidurnya terganggu. ‘KRING’ ‘BRAK’ “Berisik tau!” Gerutu Killa seraya melempar ponselnya yang sudah dia setel alarm untuk pagi hari. “Lima menit lagi gak papa lah.” Gumam Killa seraya menarik kembali selimut sampai menutupi kepalanya. Tak lama kemudian ... ‘TOK’ ‘TOK’ ‘TOK’ “Dek!” Panggil Samuel sembari mengetuk pintu kamar Killa. ‘TOK’ ‘TOK’ ‘TOK’ “Bangun Dek!” Panggil Samuel kembali, “astaga itu anak pasti masih molor.” Gerutunya kesal. ‘TOK’ ‘TOK’ ‘TOK’ “VI!” “DEK! BANGUN!” “KILLA!” “BANGUN LO” “KILLA EVANDARESTA!” “Hm.” Sahut Killa dengan deheman. “Bangun!” Teriak Samuel sudah merasa kesal. ‘TOK’ ‘TOK’ ‘TOK’ “Iya Bang, lima menit lagi.” Sahut Killa. “Gak ada lima menit, yang ada lo lima jam nanti tidurnya.” Ujar Samuel seraya menggedor – gedor pintu kamar, “ck, kalo bukan papa yang nyuruh gue juga ogah bangunin lo.” Gerutu Samuel pelan. “Cepat bangun adekku sayang, lo mau bolos? Cepet bangun atau abang panggilin papa buat suruh nyita mobil kamu.” Ancam Samuel. “Terserah abang aja, Via masih ngantuk.” Sahut Killa sedikit berteriak. Samuel menggeram kesal sampai akhirnya dia menemukan sebuah cara, “IYA MA? .... APA MA? ZACKY UDAH DATENG YA? OKE KALO GITU ABANG TINGGALIN AJA ADEK, DIA MASIH TIDUR MA!” Mendengar teriakan dari abangnya itu, membuat Killa langsung bangun. “Fine, gue bangun.” Seru Killa turun dari kasur, “kenapa gak bilang dari tadi sih kalo ada Zacky.” Gerutunya. “ABAAAANG TUNGGUIN!” Teriak Killa seraya membuka pintu kamar. Samuel tersenyum paksa saat melihat adiknya masih memakai baju tidur, “pagi princess.” Sapa Samuel mempertahankan senyumnya. “Gak usah senyum lo.” Sinis Killa, ”ada Zacky ya? Tungguin ya, Via mandinya sebentar kok.” Cengir Killa kembali menutup pintu kamar meninggalkan Samuel yang masih melongo menatap pintu. Tak perlu lama – lama, Killa sudah rapih dengan seragamnya. Dia turun ke bawah dengan terburu – buru, “let’s go.” Seru Killa. “Jangan lari – larian sayang.” Ucap Dera saat melihat Killa berlari menuruni tangga. “Pagi semua!” Sapa Killa menatap satu – persatu orang yang tengah berkumpul di meja makan. “Pagi sayang.” – Dera dan Evan bersamaan. “Pagi adekku, mwah.” Sahut Samuel. “Selamat pagi juga mantan.” Usil Geva. “Pagi Dek.” – Ucap Ariq dan Kelvin. ‘Mama, Papa, Bang Samuel, Kak Kelvin, Bang Ariq, Geva, ...’ Batin Killa seraya berpikir. “Samuel.” Geram Killa menatap Samuel saat tak menemukan sosok yang membuat dirinya tergesa – gesa. Sementara yang ditatap hanya menatapnya acuh, “abang, bukan Samuel.” Ralat Samuel tersenyum jahil membenarkan ucapan Killa. Killa menghentakkan kakinya kesal, “Ish, dasar tukang bohong.” Protesnya menatap Samuel kesal. “Kenapa sayang?” Tanya Dera. Killa berdecak kesal, “masa abang pagi – pagi udah bohongin Via ma.” Rengek Killa. Evan langsung menatap anak perempuannya itu, “bohong apa emang abang?” Tanya Evan. “Dia bilang ada Kak Zacky di sini, ck tau nya kan gak ada.” Rengut Killa kesal. “Loh, kan emang tadi ada Zacky ke sini cuman dia langsung pergi lagi katanya adiknya minta dianterin sekolah.” Sahut Dera. Wajah Killa langsung berseri, “emangnya tadi ngapain ke sini ma?” Seru Killa semangat. Melihat ekspresi Killa yang senang, membuat semua lelaki di meja makan ikut senang melihatnya. “Gitu dong, pagi – pagi tuh harus senyum jadi semua orang ikutan seneng lihatnya.” Ujar Kelvin tiba – tiba. Killa pun menatap Kelvin, “kan tadi Via udah semangat banget Kak, eh langsung kesel karena ngiranya si Samuel bohong.” Adu Killa pada Kelvin, “tapi kata mama juga tadi ada Zacky, jadi Via gak kesel lagi sama Bang Samuel deh.” Lanjut Killa disertai cengirannya. “Ish – ish – ish, mood boosternya abang kalo lagi bahas Zacky pasti senengnya nular.” Kekeh Samuel seraya mengusap puncak kepala Killa yang duduk di sampingnya. “Ish, jangan diacak .” Geleng Killa mempertahankan senyumannya, “Via udah seneng ya, diem. Mama ceritain ya kenapa Zacky bisa ke sini.” Serunya dengan senyuman merekah tak pernah luntur. “Loh kamu belum tahu ya sayang, kan tiap sebulan sekali temennya abang kamu suka ikut sarapan di sini.” Jelas Dera. “Kok gitu? Peraturan baru ya? Harus banget tiap sebulan sekali mama masakin buat temennya abang ya?” Tanya Killa menatap Samuel aneh, “baru denger gue, ada peraturan gitu.” ‘TAK’ Samuel memukul pelan hidung Killa dengan gagang sendok, “Suka – suka gue elah, ini tuh demi mempererat tali persaudaraan..” Sahut Samuel ketus, “lagian kan tiap bulan juga suka ganti rumah, biasanya abis giliran rumah ini paling rumah Zacky.” “Ya biasa aja kali gak usah mukul, kan sakit.” Ketus Killa meringis karena pukulan gagang sendok itu terlalu kencang baginya, “Haduh ma, idung Via dipukul.” Rengek Killa seraya mengusap hidungnya.. “Cengeng.” Ejek Samuel. “Maa, abang usil ih.” Rengek Killa menatap Dera di sebrangnya, “kan Via jadi bete.” Rajuknya menatap Dera dan Evan. “Bang.” Tegur Dera. “Hehe ... abisnya Samuel seneng banget tiap lihat adek manyun gitu.” Kekeh Samuel. Mendengar itu membuat Killa semakin mengerucutkan bibirnya, “tadi bilangnya kalo Via seneng pasti nular, harusnya abang bikin Via seneng jangan bikin kesel.” Ketus Killa sembari menyuapkan sarapannya dengan rusuh, hal itu membuat Samuel semakin gemas dan mencubit hidung Killa. Killa sudah bersiap untuk menangis, namun dengan tiba – tiba kursinya ditarik ke samping okeh Kelvin. “Mana sini kakak lihat.” Ujar Kelvin seraya menarik wajah Killa agar berhadapan dengannya, “udah.” Lanjut Kelvin seraya mengusap – ngusap hidung Killa. “Kasih obat dong kak.” Cengir Killa seraya menunjuk puncak hidungnya yang langsung dihadiahi kecupan tepat di hidungnya. “Wah Bang, gue aja mantannya gak berani kalo ada om Evan mah.” Geleng Geva tak percaya. “Wah pa, Kelvin gak nganggep papa ada nih.” Ujar Samuel, “wah, lo Vin.” Kelvin hanya mengeluarkan cengirannya seraya memberikan kedipan ke arah Evan, “maaf ya om, udah gak tahan.” Kekeh Kelvin. Evan mengangguk, “om sama tante yang gak papa, tapi lihat Killa tuh.” Tunjuk Evan terkekeh geli melihat Killa diam membatu seraya memegang hidungnya. “Via kan cuman bercanda.” Gumam Killa masih memegang hidungnya,dan tingkahnya langsung membuat dia ditertawakan. “Panas ya dek pipinya.” Kekeh Ariq seraya menunjuk wajah Killa yang merah. “Ish.” Rajuk Killa seraya menutupi kedua pipinya yang terasa panas, “pokoknya Via mau ngambek sama Kak Kelvin.” Bisik Killa yang hanya bisa di dengar oleh Kelvin. Kelvin mengangguk, “iya – iya nanti dong, masa mau di sini.” Sahut Kelvin yang sengaja menekankan kata ‘di sini’. “Wah bang, Via minta lagi ya? Ckckck.” Geleng Geva ikut menjahili Killa. “Ish.” Kesal Killa seraya menghentakkan kakinya, “kalian kalo lagi ngumpul gini paling seneng jahilin Via deh, kesel ah Via marah sama kalian.” Ketus Killa seraya beranjak. “Ma,pa Via berangkat sekarang aja.” Pamit Killa seraya menyalami tangan kedua orang tuanya kemudian mengusap perut Dera yang sudah membesar, “cepet keluar ya Dek, cepet gede biar nanti bantuin kakak ya kalo dibully.” Ujar Killa kemudian melenggang pergi tanpa berpamitan kepada Samuel dan yang lainnya. ... Sesampainya di sekolah, Killa berniat untuk pergi ke kantin dahulu. “Bu, saya beli ini ya.” Ujar Killa seraya menunjukan sekotak s**u di tangannya, “ini uangnya, makasih ya.” “Iya neng.” Sudah menjadi kebiasaan Killa untuk membeli s**u kotak kesukaan Zacky, dia mendengar dari cerita Reyna kalau abangnya itu sangat menyukai s**u coklat. Saat hendak menuju pintu kantin, Killa tak tahu kalau di belakangnya ada orang. ‘BRUK’ Tak sengaja Killa menghentikan langkahnya karena ada orang yang lewat di depannya, alhasil orang yang di belakangnya terjengkang ke belakang. “Aduh, tumpah kan jusnya.” Ringis seseorang di belakang Killa. “Eh aduh sorry.” Ringis Killa seraya berbalik. “Eh, Kak Talin ya?” Tanya Killa ragu – ragu, “sini biar Via bantu.” Ujar Killa seraya menyodorkan tangannya. Killa tahu kakak kelas itu bernama Talin, dia adalah mantan kekasih Siswi yang di panggil kakak oleh Killa pun langsung menerima uluran tangannya. “Maaf ya kak, gue gak senga—‘’ ‘BRUK’ Ucapan Killa terhenti, karena tiba – tiba kakak kelas di depannya mendorong tubuhnya sampai terjatuh. “Ashh.” Ringis Killa seraya menatap Talin tak percaya karena telah mendorongnya meski banyak yang memperhatikan mereka. Talin tersenyum sinis menatap Killa, “gue tahu lo sengaja kan? ” Sinis Talin seraya melengos pergi. ‘Lah, ngadi – ngadi nih kakak kelas’ Pikir Killa. “Sengaja gimana, orang gue di depan lo, mana gue tahu ada lo di belakang gue. Kalo gue di belakang lo, baru boleh disebut sengaja. “ Sahut Killa seraya berdiri kemudian menepuk – nepuk roknya yang kotor, hal itu langsung membuat Talin menghentikan langkahnya. Aksi Killa tak luput dari penglihatan murid yang sedang berada di kantin, walau sedikit mungkin berita ini akan cepat menyebar. “Lo bilang apa?” Tanya Talin kembai berbalik menatap Killa. Dengan santainya Killa berkata, “lo lihat mata gue kak?” Tanya Killa sinis, “di depan atau di belakang?” Seraya menunjuk matanya dengan kedua jari, “kalo di depan berarti bukan salah gue, kalo di bela—“ ‘PLAK’ Killa tersenyum mendapati tamparan keras di pipinya, “kayaknya lo gak takut sama gue” Bisik Talin. “Kenapa harus takut.” Acuh Killa seraya melengos pergi meninggalkan kantin. - Selama perjalanan menuju kelas, Killa hendak menelpon Samuel terlebih dahulu. “Halo bang.” “...” “Kayaknya bentar lagi gue tranding di sekolah deh.” Kekeh Killa. “...” “Pantengin aja ponsel lo bang, bantar lagi juga rame. Hahaha.” “...” “Makanya sekolah, jangan bolos.” “...” “Yeu, udah ah. Gue mau ke kelas Zacky, bye.” Putus Killa langsung memasukkan ponselnya. “Mantep juga nih tamparannya.” Kekeh Killa seraya menggerakkan rahangnya ke kiri dan kanan. Jarak kantin dan kelas tak terlalu jauh, kini Killa sampai di depan pintu berwarna coklat muda yang terdapat tulisan XI IPA 2 di atasnya. “BUDI! Lo tinggal kasih gue lima puluh ribu aja pelit banget sih.” Teriakan seorang siswi terdengar sampai ke luar, hal itu membuat Killa terkekeh pelan. “Ternyata bukan kelas gue doang yang bobrok.” Kekeh Killa seraya mengintip lewat kaca jendela. “Ya ampun Evelyn, lo kenapa minta duit sama gue? Pacar lo kan Samuel bukan gue.” ‘BRAK’ “Gue tuh minta duit sama lo buat bayar kas punya lo yang nunggak sebulan Budiii.” Teriak Evelyn, “udah mana sini duitnya.” “Gak – gak, duit gue habis kemarin.” “Bohong lo.” “TOK – TOK – TOK” Teriak Killa tanpa mengetuk pintu. “Udah cepet bayar tunggakan.” Omel Evelyn kesal. “Gak – gak ada.” Sahut Budi. “TOK – TOK – TOK!” Teriak Killa kembali, “masih pagi Vi.” Kekeh Killa pelan. “Sebentar mbak.” Sahut seseorang dari dalam. ‘KLIK’ “Eh ada adek Via, mau apa ke sini?” Tanya Budi seraya memberikan cengiran untuk Killa, “cari siapa?” Killa mengeluarkan senyuman manisnya pada Budi, “Kak Budi.” Ucapnya tepat di hadapan Budi. Mendengar itu, Budi langsung menegakkan tubuhnya. “Kenapa Dek?” Tanya Budi dengan gaya coolnya. “Minta uang.” Cengir Killa seraya mengedipkan sebelah matanya. ‘GLEK’ “Be – berapa ?” Tanya Budi gugup seraya mengeluarkan dompetnya. “Seratus aja.” Bisik Killa dengan genit sembari mengangkat kedua tangan di depan wajahnya, “boleh kan?” Tanyanya seraya mengubah ekspresinya menjadi sedikit murung. Budi dengan gercepnya langsung mengeluarkan dua lembar uang berwarna merah muda itu, “ini semuanya buat kamu.” Ujar Budi seraya menyerahkan uangnya. “Aaaa, makasih kak Budiiii.” Seru Killa senang. “Sama – sama.” Balas Budi tak kalah senangnya. “Ekhem.” Dehem Killa seraya meregangkan tangannya, “kak Lyn sini, Via berhasil malak Kak Budi nih.” Seru Killa terkekeh senang. Mendengar Killa hendak menyerahkan uangnya kepada Evelyn, Budi pun langsung menahan tangan Killa. “Eh Dek, jangan dikasih ke Evelyn dong.” “Loh kenapa?” Tanya Killa. “Itu buat kamu kan.” Killa menggelengkan kepalanya, “ahhh buat Via mah gampang tinggal minta sama Bang Samuel atau Kelvin, Ariq juga bisa.” Kekeh Killa, “nah yang Kak Budi bayarin ke Kas aja ya, gampang kalo mau ngasih Via besok lagi juga bisa kok.” Jelasnya. “Lah tapi itu uang jajan gue buat besok.” Panik Budi. “Lah terus tadi kenapa lo ngasihin duitnya buat Killa?” Tanya Evelyn yang langsung membuat Budi linglung. “Iya ya.” Bingung Budi seraya menggaruk kepalanya. “Lo sih bego banget, masa gara – gara Killa senyum aja lo langsung nurutin dia. Ckckck.” Ejek Evelyn. “Abisnya jarang sih gue dapet senyuman dia, wkwkwk.” Kekeh Budi, “Ya udah deh masukin aja semuanya ke kas, lumayan setahun gak akan ditagih lo kan.” “Lah ini Cuma buat tiga bulan ke depan doang dodol, mana bisa nyampe setahun.” Ketus Evelyn. “Udah – udah, mending kalian dengerin Via.” Cengir Killa pada Evelyn dan Budi. “Apa?” “Liat Kak Zacky gak?” Tanya Killa seraya celingukan mencari Zacky di dalam kelas, “kok Via gak lihat ya?” “Tuh di belakang lo.” Tunjuk Budi dengan dagunya. Killa pun langsung berbalik, dan .... ‘DUG’ Killa kira Zacky tak akan sedekat ini dengannya, sampai saat dia berbalik tubuhnya menubruk Zacky. “Aduh kedeketan.” Gumam Killa sedikit mundur. “Eh ada calon pacar.” Cengir Killa seraya mengusap jidatnya, “baru aja mau dicari.” “Minggir.” Zacky menggerakkan kepalanya ke samping, mengisyaratkan Killa agar bergeser. Senyum Killa masih bertengger di bibirnya, “jangan galak – galak dong, serem.” Rajuk Killa seraya beralih ke samping Zacky kemudian merangkul lengan lelaki itu. “Lepas.” Sini Zacky seraya menghempaskan tangan Killa kemudian masuk ke dalam kelas meninggalkan Killa, Evelyn, dan Budi. “Sabar ya Dek, lo pasti bisa jinakin Zacky kok.” Ujar Budi. ‘TAK’ “Lo pikir Zacky singa apa.” Sentak Evelyn. “Lah, lo baru tahu?” “Udah – udah.” Ujar Killa, “Kak Lyn titip ini ya buat Zacky, bilangin ini pasti lebih enak soalnya Via tambahin cinta tadi pagi.” Kekeh Killa yang terlihat hambar dimata Evelyn. “Ok.” Angguk Evelyn seraya menerima kotak s**u yang Killa berikan, “btw pipi lo kenapa merah sebelah dek?” “Ah ini, keliatan banget?” Tanya Killa sembari memegang pipinya. Evelyn mengangguk, “tadi gue pake blush on di rumah, terus Samuel ngeburu – buru jadi kayaknya gue pakenya sebelah deh.” Kekeh Killa berbohong. “Oh ya udah, jangan lupa pake sebelahnya lagi.” Ujara Evelyn. “Siap Kak. Kalo gitu, Via ke kelas dulu. Bye kak Lyn, Kak Bud.” Teriak Killa seraya berlari. Sesampainya di kelas, Killa disambut dengan wajah ceria sabahat perempuannya itu. “Pagi Vi.” Sapa Vianka yang hanya dibalas anggukan oleh Killa. “Hari ini gue duduk sama lo ya.” Pinta Vianka seraya menaruh tasnya di dekat kursi Killa. “Iya.” Angguk Killa. “Pipi lo kenapa Vi?” Tanya Rakha yang menyadari pipi Killa bengkak dan merah. “Lah iya, tu pipi kenapa Vi?” Tanya Vianka panik. “Gak papa.” Sahut Killa. “Terus itu kenapa asem gitu mukanya? Bukannya abis dari kelas atas ya.” Ujar Chandra seraya menghampiri Killa. “Lo kayak gak tahu Killa aja.” Sambar Vianka seraya duduk di atas bangku miliknya, “Zacky lagi kan?” “Kan gue sering bilang buat nyerah aja, Zacky tuh bukan tipe cowok yang suka dikejar, lo gak lihat gimana dia kalo lagi sama Talin? Dia yang ngejar, bukan dikejar.” Ujar Vianka, “tapi lo selalu aja gini.” Lanjutnya seraya menatap Killa. “Kan gue sering bilang juga, kalo gue gak akan nyerah.” Sahut Killa menirukan gaya bicara sahabatnya itu. Vianka menatap Killa jengah, “bukan gue ngeremehin lo, cuman gue gak mau ngelihat lo kayak gini terus.” Lirih Vianka dengan mata berkaca – kaca, “gue gak suka lihat lo disakitin Zacky, gue gak suka.” Lanjut Vianka sembari memalingkan wajahnya. Killa tersenyum melihat Sivli, “it’s okay, gue gak papa kok.” Senyum Killa seraya memeluk Vianka. “Jangan kasih gue senyum kayak gitu.” Ketus Vianka melepaskan pelukan, “hambar banget.” Lanjutnya yang membuat Killa terkekeh. “Kalian belum lihat grup sekolah ya?” Tanya Killa menahan senyumnya. “Ada apa emang?” Tanya Vianka sembari membuka ponselnya kemudian menatap Killa dengan mata yang melotot tajam. Killa hanya terkekeh melihat kekagetan para sahabatnya itu, “bolos yuk.” Ajak Killa. “Jelasin dulu sama gue Via.” Ujar Chandra. “Apa?” Tanya Killa. Tiba – tiba Nida datang dengan ponsel di tangannya, “ini lo kan Vi?” Tanya Nida memperlihatkan sebuah Video kepada Killa. “Yup.” Kekeh Killa, “keren kan gue?” “Keren apanya, lo ditampar tapi kagak ngelawan gimana sih.” Omel Vianka. “Ngapain juga gue ngeladenin orang bego kayak dia.” Kekeh Killa, “coba cari Video yang full nya.” Saran Killa kemudian berjalan ke luar, “ikut gak?” Tanyanya kepada Vianka. “Ikut.” Sahut Vianka, Chandra dan Rakha. “Kok kalian ikut – ikutan sih? Gue kan cuman ngajak Vianka doang.” “Gue gak ada temen Vi, si Geva kan sama Bang Samuel.” Sahut Chandra mengikuti Killa ke luar. “Gue kan mau jagain lo.” Cengir Rakha, “kali aja nanti lo ketemu penjahat gitu.” “Bukan Killa yang takut, tapi penjahatnya yang takut sama dia kali.” Malas Vianka menanggapi Rakha kemudian pergi menyusul Killa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN