8

4316 Kata
Selama bolos tadi pagi, Killa baru saja mendapatkan kabar bahwa Zacky mengalami cedera saat berlatih basket istirahat tadi dan mendengar kabar itu membuat Killa sangat mengkhawatirkannya. “Killa, ayo pulang.” Ajak Lexia seraya membereskan buku pelajarannya, “kok diem aja?” “Kayaknya gue ke UKS dulu deh.” Jawab Killa. “Mau ngapain?” Tanya Lexia, “jenguk Zacky?” Killa mengangguk, “iya, sedari tadi kepikiran terus.” Jelas Killa sembari beranjak membereskan bukunya. “Ya udah gue anter.” Ujar Lexia yang langsung diangguki Killa. “Killa, kayaknya gue gak bisa anterin pulang soalnya ada latihan sore ini.” Ujar Geva datang menghampiri Killa dan Lexia, “sorry.” Ucap Geva menatap Killa bersalah. Killa menganggukkan kepala seraya tersenyum, “it’s okay. Chandra juga?” Tanya Killa. “Iya.” Jawab Geva, “atau lo mau gue anterin dulu aja?” Pinta Geva “Gak papa deh, eh kan gue bawa mobil bege.” Kekeh Killa baru sadar. “Eh iya ya.” Cengir Geva, “lo kan tadi berangkat sendiri.” “Iya, abisnya gue bete sama lo.” Ketus Killa sinis. “Ya udah, gue ke lapangan dulu.” Pamit Geva setelah mengusap puncak kepala Killa, “hati – hati bawa mobilnya, jangan ngebut.” Ujarnya kemudian pergi. “Yu kita ke UKS sekarang Killa, keburu pulang Zacky nya.” Ajak Lexia seraya menarik lengan Killa menuju UKS. “Eh Killa, kayaknya Kak Zacky udah mau cabut tuh.” Ucap Lexia seraya menunjuk ke arah pintu UKS. “Ah telat gue.” Rengut Killa, “ayo Killa, buruan.” Ajak Killa menarik tangan Lexia. “Ih, lo sendiri gak papa? Gue mau pipis dulu.” “Ya udah sana.” Titah Killa seraya pergi menuju Zacky. “Gue tunggu lo di parkiran, jangan lama.” Teriak Lexia seraya menghilang di belokan. “Kak Zacky!” Panggil Killa seraya berlari menghampiri Zacky, “katanya kaki kakak terkilir ya? Sini biar Killa bantu jalannya.” Ujar Killa seraya meraih lengan Zacky. Zacky mengabaikan Killa setelah meliriknya sekilas, “aduh Zacky, kan gue bilang tungguin.” Teriak seseorang dari dalam UKS. “Eh ada Killa ya.” Sapa Talin tersenyum sinis melihat Killa memegang lengan Zacky, “sini No, kata gue juga apa kaki lo masih sakit kan.” Lanjut Talin seraya menarik Zacky untuk mendekat ke arahnya. Killa melihat Zacky diam saja ditarik paksa oleh Talin, melihat kedekatan Zacky dan Talin saja membuat hatinya terasa sesak. “Aku udah gak papa kok.” Sahut Zacky kepada Talin. ‘JEDER!’ Bagai tersambar petir, hancur sudah pertahanan Killa selama ini. Sungguh saat mendengar Zacky berbicara lembut kepada kakak kelasnya itu semakin membuat hatinya terasa sakit, cukup sudah. Pikir Killa. “Kak Zacky, semoga cepet sembuh ya kakinya.” Ujar Killa seraya tersenyum, “jangan lama – lama sakitnya, gue gak suka lihatnya.” Lanjut Killa seraya pergi meninggalkan Zacky. “Siapa juga yang mau sakit, gak mau kan.” Sinis Talin yang masih bisa Killa dengar. “Hm, udah ayo.” Ajak Zacky. Saat menuju parkiran tiba – tiba Killa teringat sesuatu, “astaga ponsel gue kan masih di charge di kelas.” Gumam Killa kemudian berlari kembali menuju kelas. “Ya Tuhan, untung pintunya udah dikunci jadi gak ada orang yang masuk.” Ucap Killa seraya memeluk ponselnya. Killa menyalakan ponselnya, begitu banyak pesan bermunculan terutama dari Lexia yang sudah menunggunya di parkiran sedari tadi. “Astaga, gue lupa kan Lexia nungguin gue di parkiran.” Panik Killa seraya bergegas pergi menutup pintu kelas. Killa memilih untuk berjalan menyusuri lapangan alih – alih koridor, dia melihat ke arah tempat parkir dan menemukan Lexia sudah menunggunya di sana. “Tungguin Killa!” Teriak Killa seraya berlari. “KILLA AWAS!” Teriak Lexia. ‘BRUK’ Killa tersandung, karena dia tak sempat menghindari bola basket yang menggelinding ke arahnya. “Aaaa mama!” Teriak Killa kesakitan karena lututnya mengeluarkan darah. “Eh sorry ya, sini gue bantu.” Ujar seseorang seraya mengulurkan tangannya kepada Killa. Killa pun mengadahkan kepalanya melihat siapa yang hendak menolongnya, lelaki itu menggerakkan tangannya yang diabaikan Killa. Akhirnya Killa menerima uluran tangan lelaki itu, “makasih ya.” Ucap Killa seraya mengusap pipinya yang basar karena dia menangis tadi. “Sorry ya, bolanya ngegelinding ke arah lo. Kirain gue lo sadar ada bola ke arah lo.” Killa menganggukkan kepalanya, “gak papa kok, ini salah gue yang kurang fokus.” Kekeh Killa, “ btw kakak murid baru ya? Baru lihat soalnya.” “Ha ha ha, gue udah mau tiga tahun di sini Dek.” Kekeh lelaki itu seraya mengacak rambut Killa, “lo Killa yang lagi jadi topik pembicaraan grup sekolah kan? Gue Alfa kelas XII IPA 1” “Ooh jadi ini yang namanya Alfa.” Angguk Killa. “Lo tahu gue?” Tanya Alfa. “Siapa sih yang gak tahu? Juara pertama olimpiade matematika berturut – turut selama tiga tahun kan?” Kekeh Killa. Alfa pun ikut terkekeh melihat tawa Killa, “katanya lo juga jago matematika ya, kenapa gak ikut olimpiade nanti?” Tanya Alfa. “Gak ah Kak, gue masih murid baru. Lagian kan banyak murid asli sini yang lebih pinter juga.” Cengir Killa. “Hng, iya sih. Gue juga kurang percaya sih soal lo yang jago pelajaran matematika.” Ujar Alfa dengan tampang jahil. “Ish, kok kak Alfa nyebelin sih.” Kesal Killa seraya memukul pelan lengan Alfa, membuat lelaki itu tertawa. “Kak Alfa gak boleh ketawa di depan Killa lagi.” Ketus Killa mencubit perut kakak kelas di depannya. Alfa menghentikan tawanya, “Kenapa?” Tanya Alfa. “Bisa – bisa gue oleng lagi.” Ketus Killa memalingkan wajahnya, “gue kan cuman fokus sama Zacky.” Lanjut Killa. Melihat tingkah Killa, membuat Alfa merasa gemas kepada adik kelasnya itu. “Huuuu.” Ejek Alfa seraya mengacak poni Killa. “Ya, Kak Alfa.” Protes Killa. “KILLA CEPET IH!” Teriak Lexia yang masih setia menunggu Killa. “Eh iya, SEBENTAR KILLA!” Sahut Killa tak kalah kencang. “Kak Zack, temen gue udah manggil, kalo gitu gue bye – bye dulu ya.” Pamit Killa seraya pergi meninggalkan Alfa. Killa melihat Zacky dan Talin yang hendak berjalan menuju mobil milik Zacky, hal itu membuat Killa mempercepat langkahnya. “Lo ngobrol apaan sama Kak Alfa?” Tanya Lexia saat Killa sudah sampai di depannya. “Gak ada.” Sahut Killa seraya melirik ke arah Zacky yang hanya terhalang beberapa mobil saja. “Cie, udah dapet yang baru nih. Kayaknya ada yang udah bisa move on deh.” Seru Lexia dengan suara lantang. “Sill.” Geram Killa. “Gue do’ain ya Killa, semoga yang kali ini cowoknya bisa lebih serius sama lo. Jangan kayak cowok sebelah, ya.” Teriak Lexia lagi. “Killa, udah ah.” Kesal Killa sembari masuk ke dalam mobil milik Lexia. “Ish lo mah gak asyik, gue kan lagi mau pan – panasin si Zacky.” Gerutu Lexia seraya masuk ke dalam mobil. “Ya lo mau manas – manasin Zacky tapi suara lo lantang banget, keliatan kalo disengaja.” Ketus Killa. “Justru bagus kalo gue ngomongnya kenceng, biar masuk ke telinga kiri kanannya langsung.” “Cepet ah jalan, kaki gue belum di bersihin.” Ringis Killa seraya menatap lututnya yang memerah. “Lo sih, ceroboh banget.” Omel Lexia, “gak biasanya lo kayak gitu.” “Abisnya gue kesel Killa.” Ketus Killa. “Kenapa?” Killa pun menceritkan kejadian di depan UKS tadi, hal itu membuat Lexia sahabatnya geram. “Kalo gue di sana, udah gue tendang dah kaki si Zacky brengsek.”Umpat Lexia seraya memukul stir, “jadi, setelah kejadian tadi lo bakal nyerah buat dapetin Zacky kan?” “Cuman karena Zacky lembut sama Talin masa iya gue nyerah sih.” Kekeh Killa. “Gue serius Killa.” Ujar Lexia. Killa tersenyum menanggapi Lexia, “lo masih mau bahas masalah ini lagi Killa?” Tanya Killa melirik ke arah Lexia. “Satu pertanyaan buat tingkah lo selama ini sama Zacky, apa lo gak malu?” Tanya Lexia balik. “Malu? Kayaknya kalo urusan Zacky gue gak udah punya malu deh.” Kekeh Killa tertawa hambar, “gue udah mati rasa sejak dua tahun yang lalu.” Lanjut Killa tersenyum miris. Killa menghela nafasnya, “malu ada, capek juga ada, kadang juga gue ngerasa marah sama diri sendiri. Kenapa sih gue harus bertingkah kayak gini? Kenapa gue diem aja saat Zacky berusaha nyakitin gue? Gue juga sering rasain gitu kok, tapi ya kata gue tadi gue anggap semuanya angin lalu.” Jelas Killa, “Gue kayak gini aja kagak dapet notice dari Zacky, gimana kalo gue diem Killa.” Lanjut Killa seraya terkekeh. “Gue dukung apapun pilihan lo, nanti kalo udah nyerah bilang ya.” Ujar Lexia, “nanti gue marahin lo, oke.” “Ah lo mah, katanya ngedukung tapi malah do’ain gue buat nyerah.” Ketus Killa, “sahabat macam apa tuh.” “Gue dukung apapun yang lo pilih, selagi itu masih bikin lo nyaman gue oke aja.” Ucap Lexia. Jjavajajbs Setelah kejadian beberapa hari yang lalu dimana Zacky mengantarkan Killa pulang, Killa memutuskan untuk terus meminta Zacky mengantarkanna. Dan bel pulang berbunyi, Killa sudah berdiri di depan kelas Zacky, Samuel, Ariq dan KelKillan. Killa memang memiliki rencana setiap harinya untuk merepotkan Zacky, seperti saat ini contohnya Killa meminta Zacky untuk mengantarkannya pulang dengan alasan kalau dia lebih suka pulang dengan sahabat abangnya itu. Disaat perjalanan, tiba – tiba Killa memaksa Zacky untuk mengantarnya makan siang di Kafe. Alhasil kini Zacky dan Killa tengah berada di sebuah Kafe yang terletak di pusat kota Bandung, Killa berhasil memaksa Zacky untuk menemaninya makan. “Lo mau pesen juga?” Tanya Killa seraya duduk di depan Zacky yang terhalangi oleh meja. Zacky menggelengkan kepalanya, “gak.” Ucap Zacky singkat. “Hm, oke deh.” Angguk Killa seraya melangkah pergi untuk memesan makanan. Tak butuh waktu lama, Killa kembali datang dengan membawa nampan berisi pesanannya. “Lo emang hobi maen game ya?” Tanya Killa melihat Zacky tengah asyik memainkan ponselnya. “Semua cowok pasti gitu.” Sahut Zacky. “Gak juga kok, buktinya Al gak suka.” Gerutu Killa pelan, “Emang lo maen apa sih?” Tanya Killa kepo. “Gak usah banyak ngomong, cepetan makan.” Ketus Zacky. Killa mengerucutkan bibirnya kesal, “ish.” Gerutu Killa pelan. Killa makan dalam diam, sesekali dia juga menatap Zacky yang masih asyik memainkan ponselnya. ‘Ya ampun, kenapa sih ada cowok seganteng dia? Meleleh gue lihatnya.’ Batin Killa menjerit senang. Zacky memergoki Killa yang tengah menatapnya, “lo masih belum bisa lupain kejadian dulu?” Tanya Zack saat menangkap Killa tengah memperhatikan bibirnya. “Heh!” Ucap Zacky menyadarkan Killa dari lamunannya. “Ah iya, kenapa?” Tanya Killa. “Gak jadi.” Ketus Zacky. “Ish, tadi lo nanya apa Zack?” “Gak, gue gak ngomong apa – apa.” “Ish, gue yakin tadi lo ngomong kok.” Kekeuh Killa seraya menyuapkan makanannya. “Hm ... Gue tanya, lo masih belum bisa lupain kejadian dulu?” Tanya Zack mengulangi pertanyaan tadi. “Emangnya kenapa sih?” Tanya Killa penasaran. “Dari tadi lo natep bibir gue terus, risih tahu gak.” Ungkap Zack meluapkan kekesalannya. Killa tersenyum kecil, “gak mudah loh bagi gue buat lupain kejadian dulu.” Ujar Killa menatap Zacky yang tengah sibuk menunduk. “Lo cowok terbrengsek yang pernah gue temui.” Ucap Killa. Zacky mendongak menatap Killa balik, “i’m sorry.” Ucap Zacky, “gue tahu kalo selama ini gue salah.” Killa menatap Zacky takjub, “akhirnya gue denger juga kalimat itu dari mulut lo.” Kekeh Killa. “Lo udah dengerkan? Jadi lo bisa jauhin gue mulai sekarang.” Ujar Zacky. Killa terkekeh mendengarnya, “Hey, stop it.” Kekeh Killa, “emang bener kalo selama ini alasan gue deketin lo Cuma mau denger kalimat itu dari mulut lo, tapi hey gue udah terlanjur masuk ke dalam permainan gue.” “Maksud lo?” “Gue udah terlanjur sayang sama lo Kak, sejak pertemuan kita di Kafe gue makin terperangkap sama janji yang udah gue buat dua tahun lalu.” Ujar Killa, “gue gak mau kalah, jadi gue udah putusin buat terus hadir di kehidupan lo, sampai lo sadar kalo gue bisa gantiin Talin di hati lo.” Lanjut Killa tersenyum mantap. “Tujuan gue udah berubah, gue bakal buat dinding pertahanan lo perlahan runtuh.” Ucap Killa memperdalam tatapannya pada Zacky. Zacky menegakkan tubuhnya kemudian memajukan tubuhnya menumpukan kedua lengannya pada meja, “lo mau terus – terusan ngejar gue? Mau sekeras apapun lo runtuhin hati gue, dia bakalan tetep kuat. Karena lo bukan tandingannya.” Ujar Zacky menatap Killa remeh, “dimana harga diri lo?” Lanjut Zacky memelankan suaranya seraya menatap mata Killa. “Harga diri?” Sinis Killa, “Entahlah, tertinggal di dua tahun yang lalu mungkin?” Tanya Killa mengangkat bahunya acuh. Killa terkekeh pelan melihat keterdiaman Zacky, “gue lanjut lagi ya makannya.” Ujar Killa kembali melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Killa melanjutkan makan nya dengan tenang, begitu juga Zacky yang kembali menyibukkan dirinya bermain game. Sampai Zacky melirik ke arah Killa, “ngapain senyum – senyum?” Tanya Zacky melihat Killa tengah menyeruput jusnya sembari tersenyum. Killa menahan senyumnya, “gak papa.” Geleng Killa. “Astaga, lo gila ya?” Kesal Zacky, “senyum – senyum gak jelas.” Lanjut Zacky dengan nada ketusnya. “Gak papa ish.” Kekeh Killa seraya menyodorkan tangannya ke arah Zacky terlihat seperti meminta sesuatu. “Apaan?” Tanya Zacky. “Pinjem tangan dong.” Pinta Killa. “Buat apa?” Tanya Zacky menatap Killa kesal. “Pinjem aja.” Zacky pun berdecak kesal, “nih.” Ujar Zacky menyodorkan lengannya di atas tangan Killa. “Majuan dong.” Pinta Killa seraya menarik tangan Zacky tepat di depan wajahnya. Dengan cepat, Killa menggigit jari telunjuk Zacky kencang. “Argh.” Ringis Zacky seraya menarik tangannya kemudian menatap Killa yang tengah tersenyum gemas melihatnya. “Gemes ish.” Gumam Killa seraya memberikan cengiran khasnya. “Lo!” Tunjuk Zacky kesal, dia menarik beberapa lembar tisu di atas meja kemudian mengelap jari tangannya menggunakan tisu, “jorok.” Kesal Zacky. “Ish, gue kan cuman gigit bukan jilat.” Gerutu Killa ikut kesal saat melihat Zacky terus – terusan mengelap jari telunjuknya. Zacky mengabaikan ocehan Killa, dia masih mengusap – ngusap jari telunjuknya. “Udah deh, mau gue gigit lagi?” Ancam Killa seraya menarik kembali tangan Zacky, “ck cuman segini kok sakit, cup – cup – cup.” Ujar Killa seraya memberikan beberapa kecupan pada jari telunjuk Zacky. “Wle.” Ejek Killa kala melihat Zacky terdiam kaku melihat aksinya baruan. Zacky kembali tersadar, “udah cepetan, gue ada urusan.” Ketus Zacky seraya menarik tangannya kembali. “Zack, gue punya tebakan nih.” Ujar Killa mengabaikan ucapan Zacky. “Cepet habisin makannya, Killa.” Geram Zacky kesal. “Gak, lo harus jawab dulu tebakan dari gue.” Geleng Killa menolak. “Kalo gitu gue tinggalin.” Ancam Zacky seraya berdiri dan meraih jaketnya. “Balik aja sana, emangnya mau naik apa pulangnya?” Kekeh Killa seraya mengacungkan tangannya yang tengah menggenggam kunci mobil milik Zacky. “Duduk lagi.” Titah Killa. Zacky menggeram kesal, dia kembali duduk dengan wajah yang sudah sangat jengkel akan sikap Killa. “Nah gitu dong.” Cengir Killa. “Ya udah buruan.” Ketus Zacky. “Apa?” Tanya Killa menatap Zacky. Zacky berdecak kesal, “Buruan tebakannya.” Ketus Zacky. “Oh, oke – oke.” Kekeh Killa, “sbar dong Yang ... Eh.” Cengir Killa seraya memukul bibirnya pelan. “Lo tahu loli kan?” Tanya Killa. Zacky mengangguk, “tahu lah.” Ketus Zacky. “Hm ... Loli – loli apa yang bikin seneng?” Tanya Killa. “Gak tahu.” “Ah lo mah gitu Kak.” Cibir Killa. “Ya mana gue tahu.” Ketus Zacky. “Tadi katanya tahu.” Cibir Killa, “ah gak seru ah.” “Hm.” Dehem Zacky. “Nyerah gak?” Seu Killa. “Hm.” “Nyerah nih.” Ejek Killa. “Iya.” Sahut Zacky. “Oke – oke, jadi jawabannya adalah ...” Dengan sengaja Killa menggantungkan ucapannya, dia memajukan tubuhnya seraya menatap Zacky, “Lo liatin aja gue.” Lanjut Killa tersenyum menatap Zacky seraya mengedipkan matanya. Sedetik kemudian Zacky terkesima melihat senyuman yang Killa perlihatkan, “gimana – gimana? Garing gak?” Tanya Killa seraya tertawa senang. Zacky semakin tetegun melihat Killa tersenyum lebar menunjukkan lesung pipitnya, “hey! Hey!” Panggil Killa menggoyangkan tangannya di depan wajah Zacky. “Eh.” Kaget Zacky. Killa merenggut kesal, “ish, kok ngelamun sih.” Cebik Killa kesal. “Hng... Sorry, kenapa?” Tanya Zacky. “Ish, gimana tadi?” Tanya Killa ketus. “Gimana apanya?” “Jantung lo gak papa kan?” Tanya Killa. “Gak tuh, biasa aja.” Mendengar ucapan Zacky membuat Killa menghela nafasnya, “lain kali kalo jantung lo kenapa – napa bilang gue ya Kak.” Ujar Killa lesu. “Hm.” Sahut Zacky. “Kalo misal lo tiba – tiba deg – degan deket gue, kasih tahu juga.” “hm.” “Ya udah yuk pulang, udah beres.” Ajak Killa seraya berjalan terlebih dahulu, “kakak yang bayarin ya.” Seru Killa kemudian berlari menuju pintu meninggalkan Zacky yang tengah menatapnya tak percaya. Zacky pun mengusap dadanya pelan, “sabar Tung, lo harus terbiasa diginiin.” Ujar Zacky kemudian melangkahkan kakinya menuju kasir. Nahhahwugwyafqtqbvq Setelah kejadian di Kafe beberapa hari yang lalu, Killa baru merasakan sebuah kejanggalan. Sudah satu minggu ini Zacky selalu lolos dari pantauannya, karena dia disibukkan akan beberapa tugas sehingga membuatnya tak bisa bertatap muka langsung dengan Zacky. Namun setiap pagi Killa selalu mengirimi satu kotak s**u varian coklat kepada Zacky, baik itu Killa yang menyimpannya langsung di dalam loker Zacky atau menyuruh Samuel yang masih satu kelas dengan Zacky. Kemarin sore Killa mendapat kabar dari Samuel, bahwa Zacky selalu berangkat paling pagi. Pantas saja jika biasanya setiap datang ke sekolah, Killa akan selalu menunggu Zacky di depan gerbang. Berbeda dengan sekarang karena Zacky selalu berangkat pagi demi menghindari Killa. “Loh Neng, baru jam segini tumben udah berangkat.” Ujar penjaga sekolah. Killa tersenyum, “iya pak, saya mau jenguk singa dulu jadi harus berangkat pagi.” Ujar Killa diikuti kekehannya. “Waduh, bukan singa kali neng. Itumah neng mau ketemu Zacky kan? Saya mah sudah tahu neng.” Cengir penjaga sekolah itu kepada Killa, “sudah satu minggu ini Zacky selalu berangkat paling pagi, katanya sih banyak tugas neng.” Killa menganggukkan kepalanya, “ya udah pak buruan bukain yang lebar gerbangnya.” Pinta Killa. “Oke neng Killa.” “Makasih ya pak, do’a in ya semoga singa nya gak gigit Killa pak.” Pamit Killa seraya menjalankan mobilnya menuju basement. ... Killa sudah sampai di depan kelas Zacky, benar saja perkataan Samuel dan penjaga sekolah itu kalau Zacky selalu berangkat pagi. Dia membuka pintu kelas XI IPA 2 dengan pelan, kemudian melangkah masuk mencari keberadaan Zacky. Killa tersenyum senang melihat Zacky tengah tertidur di bangku pojok dengan kedua tangan menjadi bantalannya, “selamat pagi Zacky.”Gumam Killa seraya mengusap rambut Zacky. Zacky menggerakkan kepalanya merasakan sebuah usapan, “engh.” Lenguh Zacky merasa terganggu. “Bangun hey.” Ujar Killa seraya mengeluarkan sekotak s**u dari dalam tasnya. Zacky membuka matanya merasakan kembali sebuah usapan di kepalanya, “astaga!” Kaget Zacky saat matanya menangkap Killa tengah tersenyum ke arahnya. Killa menyodorkan sekotak s**u ke hadapan Zacky, “minum gih, lo pasti belum minum s**u kan.” Titah Killa. “Hmm.” Gumam Zacky kembali menidurkan kepalanya di atas meja, “lo ngapain pagi – pagi ke sini?” Ujar Zacky kesal seraya memalingkan wajahnya menatap tembok di sampingnya dan membelakangi Killa. “Lo sakit ya Kak?” Tanya Killa panik seraya menarik tubuh Zacky agar kembali menghadap ke arah Killa. “Lo apa – apaan sih?” Ketus Zacky menatap Killa. Killa mengikuti Zacky menidurkan kepalanya di atas meja, hal itu membuat wajah mereka berhadapan bahkan Killa malah memajukan wajahnya sehingga menyisakan beberapa senti saja dengan Zacky. Baik Zacky ataupun Killa, mereka sama – sama saling merasakan hembusan nafas satu sama lain. “Kak.” Panggil Killa seraya menatap balik Zacky. Zacky diam, matanya seolah terkunci oleh tatapan Killa. “Kak, hey.” “Zacky!” “Ish.” Gerutu Killa kesal. “Zackyooooo.” Panggil Killa seraya menusuk – nusukkan jari telunjuknya pada hidung mancung Zacky. Perlakuan Killa membuat Zacky sadar dari lamunannya, karena merasa kaget akhirnya tanpa disengaja Zacky menghempaskan tangan Killa yang berada di wajahnya sehingga terdengar bunyi benturan di belakang. “Awhh.” Ringis Killa mengibas – ngibaskan tangan kanannya yang tebanting pada meja belakangnya kala Zacky menyentak tangannya. “Argh sakit.” Ringis Killa merasakan linu pada seluruh jari tangan kanannya. “Lo kenapa?” Tanya Zacky seraya membenarkan duduknya. Mata Killa sudah berkaca – kaca ditambah dengan Zacky yang dengan polosnya bertanya kenapa membuatnya ingin menangis kencang, “lo sadar gak sih.” Ketus Killa seraya beranjak pergi meninggalkan Zacky yang menatapnya keheranan. Killa terus berjalan dengan sesekali mengibaskan menggerakkan jari tangannya, “ya ampun, sampe sakit semua gini.” Rengek Killa seraya mengusap air matanya menggunakan tangan kirinya. “Huaaaa mama.” Rengek Killa, “Killa takut dimarahin Samuel lagi.” Rengek Killa terus melangkahkan kakinya keluar kelas. “Huwaaa mama, Killa pasti dimarahin Samuel.” Ujar Killa seraya menangis pelan, “pokoknya Killa harus ke UKS dulu, abis itu Killa bisa bolos ke rooftop biar gak ketemu abang.” Putus Killa seraya mempercepat langkahnya. Killa sampai di depan pintu UKS, untung saja pintunya sudah terbuka. Dia berjalan masuk ke dalam mencari anggota kesehatan. “Kak Evelyn.” Rengek Killa menghampiri seseorang yang berada di dalam UKS tengah merapikan kotak obat. “Loh Killa, kamu kenapa?” Tanya Evelyn panik saat melihat Killa menangis di depannya. “Sakit Kak.” Ringis Killa memperlihatkan punggung tangannya yang memerah dan sedikit bengkak. “Astaga, kok bengkak gini sih.” Kaget Evelyn, “sini duduk, biar kakak lihat.” Killa menggelengkan kepalanya, hal itu membuat Evelyn menatap Killa heran. “Loh kenapa? Sini biar kakak lihat.” Pinta Evelyn menarik tangan Killa. “Tapi kakak jangan bilang sama pacar kakak yang galak itu ya?” Pinta Killa. “Samuel maksud kamu?” Tanya Evelyn dengan kekehan. “Iya.” Angguk Killa menundukkan kepalanya. Evelyn terkekeh, “itu kan kakak kamu, galak juga.” Ucap Evelyn mengusap puncak kepala Killa. “Ish dia tuh galak banget, lebih galak dia dari pada mama Dera sama papa Evan juga.” Ujar Killa merenggut kesal. “makanya kalo ada apa – apa Killa suka ngejauh.” Lanjutnya. “Hm.” Dehem Evelyn masih memperhatikan tangan Killa, “Ulah Zacky kan?” Tebak Evelyn. “Enggak.” Geleng Killa cepat, “tadi Killa gak sengaja jatoh.” “Gak usah bohong, emangnya kakak gak lihat apa.” Ujar Evelyn kesal, “kakak lihat kamu keluar dari kelas Zacky sambil nangis.” “Hngg.” Sahut Killa. “Kali ini dia ngapain kamu sampe kayak gini hm?” Tanya Evelyn. Killa mengedarkan pandangannya mencari alasan, “itu ... tadi kejepit meja gak sengaja. Itu ulah aku kok.” Angguk Killa meyakinkan Evelyn. Evelyn menggelengkan kepalanya, “kamu gak seceroboh itu, tiga hari baru masuk sekolah pipi kamu kena tampar Talin, pas tanding basket pergelangan tangan kiri kamu harus diperban gara – gara Zacky, terus sekarang punggung tangan kamu lagi.” Ketus Evelyn, “kakak kan udah bilang, kalo Zacky itu bahaya.” Killa tak menyangkal ucapan Evelyn, memang benar saat tiga hari di SMA Putih dia tak sengaja menumpahkan minuman yang dia bawa tepat di seragam yang Talin kenakan. Hal itu membuat Talin dengan tiba – tiba menampar Killa, saat Killa ingin melawan datang Zacky menghentikannya kemudian membawa pergi Talin dari hadapan Killa. “Ish kakak gak usah ngungkit masalah itu lagi, jadi gak nih obatin tangan Killa?” Ketus Killa. “Ck, jadi dong sini.” Kekeh Evelyn, “sini.” Sepuluh menit kemudian... “Udah tuh, mungkin nanti kamu bakalan kesusahan loh kalo nulis.” Ujar Evelyn. Killa mengangguk lesu, “iya kak, buat di tekuk aja susah banget masih linu.” “Ya udah sana cepetan masuk kelas, di luar kayaknya udah rame banget.” Ucap Evelyn, “kakak juga mau ke toilet nih.” “Oke calon kakak ipar, makasih ya udah bantuin SiKilla ngobatin tangan.” Senyum Killa seraya memeluk Evelyn. “Hm.” Sahut Evelyn. “Kakak jangan kasih tahu Samuel ya.” Pinta Killa seraya menatap Evelyn penuh harap. “Kakak harus bilang Killa, nanti kakak dipecat jadi pacar lagi.” Usil Evelyn menatap Killa yang tengah merajuk. “Ish kakak, aku tuh gak mau bikin Samuel khawatir. Lagian besok juga kan pasti udah sembuh lagi, ya kak?” Evelyn menggelengkan kepalanya, “kamu tuh bukan gak mau bikin khawatir Samuel, tapi kamu cuman mau lindungin Zacky kan? Kamu gak mau bikin dia babak belur lagi karena ini kan?” Tanya Evelyn. Killa mengeluarkan cengirannya, “hehe, kakak kan tahu itu. Jadi jangan kasih tahu ya?” “Iya – iya, ya udah cepet sana.” “Kakak ngusir aku?” Sedih Killa. “Kakak telpon Samuel sekarang nih.” Ancam Evelyn. “Oke – oke, Killa bakalan keluar sekarang.” Ucap Killa seraya berlari ke arah pintu. ... Killa berniat untuk membolos ke rooftop karena takut ketahuan Samuel, KelKillan dan yang lainnya. ‘DUGH’ “s**t!” Umpat Killa pelan saat merasakan punggungnya menabrak sesuatu. “Kenapa jalannya mundur?” Bisik seseorang dari belakang Killa. “Kak KelKillan.” Cicit Killa pelan. Tiba – tiba tangan Killa diangkat ke atas, “ini kenapa tangannya bengkak?” Tanya KelKillan. ‘Mampus.’ Batin Killa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN