Maybach global edisi terbatas, itu bukan mobil Aldo! Dia ingat plat mobil Aldo.
Siapa pria ini?
Kenapa dia belum pernah mendengar tentang orang seperti itu di Jakarta?
Linda dan Krisna berpikiran sama, berpikir bahwa pria tampan ini hanya aktor, dan tercengang ketika melihat mobil mewah itu.
Rasa cemburu yang begitu dalam menyebar dalam hatinya, kok bisa Sheila si p*****r ini begitu beruntung?
Membuatnya kesal!
Mata Sheila memerah setelah ditarik Lukas masuk dalam mobil, dia tak menyangka Budi percaya dengan bualan Linda tanpa mendengarkan penjelasannya sama sekali.
Ibunya sudah meninggal, hanya Budi yang dikenalnya, rasa tidak percaya dan salah paham membuatnya merasa tidak nyaman.
Melihat mata Sheila merah antara ingin menangis atau tidak, Lukas mengerutkan kening, "Kalau kamu mau nangis, nangis aja! Ngapain ditahan kayak gitu?"
“Siapa bilang aku akan menangis?” Sheila tidak ingin terus kehilangan muka di depan gigolo sialan ini, air matanya jatuh saat dia merespon.
Dia mengulurkan tangan lalu menyentuh wajahnya, tapi dia tak bisa mengendalikan tangisnya, air mata besar mengalir dari matanya.
Melihatnya menangis Lukas mengeluarkan tisu dan memberikannya, Sheila membuka tangan Lukas, "Urus urusanmu!"
"Lihat penampilanmu! Apa aku main-main denganmu? Lawan aja kalau kamu diintimidasi, aku bukan karung tinjumu!"
Bukannya menghibur dia malah memarahinya, Sheila malah semakin marah, lehernya tegang.
"Ini semua karena kamu! Kalau kamu nggak memperlakukanku seperti itu, aku bisa dengan melawan mereka, tapi aku sudah diambil kamu....huhu....ini semua karena kamu!"
Dia berbicara sambil nangis, air mata mengalir deras tanpa henti,melihatnya begitu patah hati, Lukas menginjak rem dan menghentikan mobil.
"Kamu tahu apa yang salah? Kalau bukan karena aku di malam itu bisa jadi orang lain, kamu harusnya bersyukur orang itu adalah aku, kalau tidak rekaman telanjangmu akan tersebar di internet sekarang."
Raut wajah pria tersebut nampak dingin, suaranya juga terkesan dingin, Sheila menangis keras, mendengar perkatannya dia sementara melupakan tangisannya.
Lukas melihat air mata di matanya, ujung hidung warna merah, suaranya menjadi dingin, "Seseorang perhitungan denganmu, karena kau bodoh, kalau kau pintar, kau nggak akan perhitungan denganmu!"
Sheila belum pernah ditegur seperti ini oleh orang asing sebelumnya, tak sadar membantah.
"Siapa bilang aku bodoh? Aku percaya padanya, dia adalah salah satu sahabatku, hubungan kami baik, mana kutahu dia akan berkhianat?"
"Apa kamu paham? Kalau kamu pintar bisakah membedakan mana yang salah dan benar? Kalau kamu pintar bisakah membedakan mana musuh dan teman? Menangis saat orang tahu perhitungan denganmu, tidak mungkin, wanita bodoh sepertimu pantas diperhitungkan!"
Perkataan Lukas sangat kejam, Sheila sangat marah, "Kamu yang bodoh, kamu b******n yang tak tahu malu, seluruh keluargamu bodoh!"
“Marah? Wajar kalau marah! Kalau kau memarahiku seperti barusan kau takkan diintimidasi? i***t!” Jawab pria ini dengan kata-kata tajam.
Sheila sangat marah sehingga dia tidak bisa menangis, ada apa dengan pria ini?
Bagaimana ucapannya kejam dengan gaya angkuh, tak heran dia menjadi seorang gigolo!
Gigolo bau, gigolo sialan, memalukan!
Sheila memaki Lukas dalam hatinya, perasaannya membaik.
Melihatnya berhenti menangis, Lukas menyalakan sebatang rokok, "Kamu mau apa sekarang?"