Bab.16 Kamu Menyelidikiku

531 Kata
  Sheila terdiam sejenak, nampak jelas tak paham yang dimaksud Lukas, "Apa maksudmu?"   Pria itu menghembuskan asap, "Kamu tidak berpikir itu di sini bukan? Kalau demikian kamu juga...."   Melihat Sheila yang kebingungan Lukas menelan kata-kata bodohnya yang baru saja diucapkan.   Sheila benar-benar tidak mengerti apa yang Lukas katakan, Linda berhasil merebut Krisna darinya, dia tak bisa terlepaskan darinya, Sheila yakin dirinya sudah selesai dengan Krisna.   Dia takkan mengganggu Krisna lagi, Linda juga sudah mendapat apa yang dia mau, apa lagi yang membuatnya merasa puas?   "Kalau cuma seorang pria memperhitungkanmu seperti ini, akan sangat merepotkan, kuingatkan, yang kamu sebut dengan sahabat itu pasti punya maksud lain."   Lukas mengingatkannya seakan dia bisa melihat isi hati Sheila.   “Apa maksud lainnya?” Sheila benar-benar tidak bisa memikirkan maksud lain dari Linda.   "Kamu benar-benar..." Pria itu menghela napas, "Pikirkan identitas pacarmu, tiba-tiba ada saudara perempuan, apa kamu nggak khawatir sama sekali?"   “Tentu saja aku sangat marah, tapi apa yang bisa kulakukan?” Setelah Sheila selesai berbicara, tiba-tiba berhenti lalu menatap Lukas, “Kok kamu bisa tahu? Kamu menyelidikiku?"   Melihat tatapan kecurigaannya, Lukas menggelengkan kepala, "Semalam di lobi Hotel Makmur kudengar sahabatmu itu memanggil ayahmu dengan sebutan ayah, dia bukan saudara perempuan kenapa memanggil dengan sebutan ayah?"   Sheila tersipu ketika mendengar Lukas berkata hal ini, apakah pria ini iblis?   Dia tak hanya mencumbui dirinya, tapi juga tahu kalau pacarnya berselingkuh, juga melihatnya menangis keras.   Dia juga tahu kalau kartu banknya sudah dibekukan, sudah melihat dirinya diganggu, sekarang dia juga tahu hal-hal yang paling menjijikkan dan mengganggu dalam keluarganya.   Sheila merasa bahwa dia tidak memiliki rahasia di depan Lukas, rasanya seperti bayi telanjang yang dikelilingi orang-orang di sekitarnya.   Dia malu dan kesal, "Kamu benar-benar seorang penguntit, kenapa kamu bisa ada di mana-mana?"   Setelah mengatakan itu Sheila membuka pintu mobil lalu pergi.   Lukas menatap Sheila yang entah kenapa tiba-tiba marah, dia bukan orang jahat, dia hanya mengingatkannya untuk lebih berhati-hati.   Tapi wanita sialan ini tidak menghargainya, apakah dia tipe orang yang tak tahu terimakasih?   Lukas sangat marah, dia selalu berada di atas, kapan pernah dicampakkan seseorang? Menginjak pedal gas, mobil melaju pergi.   Di kantor kepala Apartemen Pluit, Budi duduk di belakang meja dengan wajah cemberut, sementara Linda dan Krisna duduk di sofa kantor secara terpisah.   "Sheiilanya? Kenapa tak ikut naik ke sini?"   “Sheila pergi dengan pria aneh itu, kami mengajaknya tapi dia mengabaikan." Linda memandang wajah Budi sambil menjawab dengan hati-hati.   “Bagus!” Wajah Budi tampak masam. "Apa kamu tahu siapa pria itu?"   “Tidak tahu, mungkin....mungkin itu seseorang yang Sheila temui di klub malam?” Linda berkata sambil melirik Krisna.   “Klub malam?” Wajah Budi menjadi semakin masam, hendak marah.   Tapi memikirkan gaya pria tadi, kenapa gayanya tak terlihat seperti seseorang dari klub malam?   "Bagaimana kamu bisa tahu dia keluar dari klub malam?"   "Ini....ini...." Linda berpikir bahwa Budi akan marah ketika dia mendengar kata "klub malam," tetapi dia malah percaya kata-katanya, tapi Budi tak mudah dibohongi.   Dia tidak bisa menjawab, jadi Krisna yang membantu menjawab, "Aku melihat orang itu di klub malam, sepertinya dia penghibur kelas atas!"   Mendengar Krisna membantunya Linda menjadi sedikit lega, Budi masih ragu.   Dia percaya apa yang dikatakan Krisna, menjadi murka, "Gadis pembangkang ini, lihat bagaimana aku menghadapinya malam ini!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN