Bab.8 Menjadi Sebuah Lelucon

511 Kata
  Awalnya dia ingin pamer dan memprovokasi Sheila, tetapi tak disangka akhirnya ditendang keluar, Linda merasa jengkel.   Dia dan ibunya menderita begitu lama, mengalami penghinaan yang tak sedikit, jadi dia tak merasa malu.   Tapi tidak dengan Budi dan Krisna.   Kedua orang ini adalah orang terpandang di Jakarta, seumur-umur belum pernah dipermalukan seperti ini, pasti mereka merasa kecewa bukan?   Dia harus mengambil kesempatan ini untuk menabur kebencian, Linda langsung membuka mulut.   "Bagaimana bisa Sheila mengenal bos PT. Makmur? Pasti ada sesuatu, tidak mungkin Sheila sengaja mengumpulkan orang-orang untuk menghukum kita karena dendam bukan?"   “Orang-orang yang menghukum kita? Dia bekerjasama dengan siapa?" Tanya Krisna.   "Susan Bachtiar? Sheila dan Susan berteman, kudengar kakak laki-laki Susan yang bernama Aldo Bachtiar memiliki hubungan baik dengan Presdir PT. Makmur, jadi semua ini takkan terjadi...."   Budi yang mendengar perkataan Linda hampir marah, "Gadis durhaka, dia semakin berani, lihat saja bagaimana aku akan menghukumnya! Aku akan menutup kartu debitnya!"   Di sisi lain Krisna yang mendengar perkataan Linda merasa tak nyaman, dia mengenal Aldo Bachtiar, anak tertua dari Keluarga Bachtiar di Jakarta, berbakat dan menawan, layaknya dewa di Jakarta.   Apakah Sheila benar-benar berpacaran dengan Aldo?   Tak heran dia dan Linda berpacaran sedangkan Sheila diam saja, bukankah ini kesempatan baik bagi Sheila mengambil inisiatif untuk putus dengannya?   Jika demikian bukankah dia menjadi sebuah lelucon?   Sheila diantar oleh manajer hotel menuju lift khusus tamu VIP dengan wajah bingung, sampai masuk ke Aula Sakura, melihat berbagai hidangan lezat di atas meja dirinya masih belum sepenuhnya pulih.   Hotel Makmur tidak hanya memiliki pelayanan kelas satu, tetapi juga hidangannya tak ada duanya.   Perut Sheila sudah sangat lapar, juga tak mempedulikan banyak hal, dia mulai menyantap makanan lezat dengan lahap.   Dia menyantap lebih dari setengah hidangan di atas meja, selesai makan dan minum Sheila bangkit berdiri, manajer hotel itu muncul dengan sikap hormat.   "Nona Santoso, kamar Anda sudah disiapkan, silakan ikuti saya."   Sheila lelah setelah berjalan sepanjang hari, mengikuti manajer ke lift tanpa menolaknya.   Manajer membawa Sheila langsung ke kamar presiden di lantai atas, pelayan kamar sudah menunggu di dalam, saat melihat Sheila muncul pelayan itu langsung membantunya melepaskan sepatu, bersikap ramah dan hormat.   "Nona Santoso, air mandinya sudah disiapkan, Anda bisa mandi dulu. panggil saya jika Anda perlu bantuan!"   Sheila mengangguk lalu masuk ke kamar, kamar presiden Hotel Makmur ini memiliki fasilitas tingkat atas, tapi tak bisa memesannya dengan uang.   Kamar tidur utama dan tambahan memiliki luas sekitar 500-600 meter persegi, juga disertai kamar pelayan dan ruang belajar.   Dekorasi ruangan tampak begitu mewah, bahkan kenop pintunya dilapisi emas, Sheila juga dianggap sebagai wanita kaya, tapi dia masih terpesona dengan kemewahan kamar presiden Hotel Makmur ini.   Pelayan sudah mempersiapkan bak air panas, Sheila masuk ke kamar mandi, melihat bak mandi ditaburi oleh kelopak mawar, terlihat masker wajah dan anggur merah di samping bak mandi.   Seketika dia merasa baikan, ini pertama kalinya dia menerima pelayanan di Hotel Makmur.   Tak heran rumor di luar sana berkata layanan Hotel Makmur berada di tingkat tertinggi, awalnya dia tak mempercayainya, tapi hari ini dia berkesempatan merasakannya.   Perlahan merendam dirinya di air yang ditaburi kelopak mawar, Sheila menutup matanya sambil merasakan kenyamanan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN