Bab.9 Kartu Dibekukan

558 Kata
  Di kamar presidensial lain yang berada di sebelah, Lukas menyesap secangkir teh setelah menangani beberapa hal penting.   Dia menyeletuk bertanya pada Mathias, "Apa yang sedang dia lakukan sekarang?"   "Dia? Anda bertanya soal Nona Santoso? Dia makan sebagian besar hidangan, kemudian diantarkan ke kamarnya untuk beristirahat, pelayan kamar bilang dia sedang mandi, katanya suasana hatinya sudah membaik."   Apakah suasana hatimu akan membaik setelah menyantap sebagian besar hidangan? Memikirkan Sheila yang diintimidasi di lobi hotel hingga hampir menangis, entah mengapa Lukas ingin tertawa.   Melihat bibir bosnya sedikit terangkat, Mathias tahu suasana hatinya sedang bagus.   "Krisna dan Budi pasti merasa tidak nyaman setelah dikeluarkan, mereka takkan marah pada Nona Santoso lagi bukan?"   "Pasti!"   “Kalau begitu kenapa Anda ingin melindungi Nona Santoso dengan segala kericuhan besar itu?” Mathias tidak mengerti.   “Tidak bisakah aku menyukainya?” Lukas menjawab dengan santai.   Tanpa sadar kejadian semalam muncul di benaknya, dia tersipu sambil memeluk dirinya sendiri, ada tanda merah di seprai yang tampak seperti kelopak.   Tubuhnya tiba-tiba panas, Lukas sendiri merasa sedikit b*******h, dia tahu seberapa baik konsentrasinya, Sheila bisa membuatnya bereaksi lagi hanya dengan memikirkannya saja, ini juga terlalu jahat bukan?   Sheila tidur sangat nyenyak, dia tidak membuka matanya hingga jam 9 pagi.   Setelah dia bangun dan mandi, pelayan membawakan sarapan untuknya.   Sarapan Hotel Makmur luar biasa, Sheila makan dan minum lalu bersiap meninggalkan hotel.   Dia tiba-tiba teringat semalam datang ke hotel lalu makan minum serta menginap tanpa membayar sama sekali.   Tak ada pembayaran untuk semua itu, apa yang dilakukan oleh PT. Makmur?   Apa mereka tak takut dia akan menyelinap kabur?   Tentu saja Sheila bukan tipe orang seperti itu, dia pergi ke meja resepsionis untuk membayar.   Kasir di meja depan menghitung lalu memberikan tagihan. kamar presidensial adalah Rp 16.880.000 semalam, hidangan diberikan secara gratis.   Seperti yang diharapkan dari PT. Makmur, harga kamar presidensial tidak semahal itu, Sheila juga tak terlalu peduli.   Menikmati hidangan, tinggal di kamar presidensial yang tidak dapat dipesan dengan uang, hal itu sangat bernilai.   Dia mengeluarkan kartu kredit dari sakunya dan menyerahkannya kepada resepsionis, dia mengambilnya lalu menggeseknya, resepsionis itu melihat Sheila sambil tersenyum, "Maaf, kartu Anda sudah dibekukan!"   Sheila terkejut, lalu menyerahkan kartu lain, juga dibekukan..   Dia menyerahkan semua kartu di dompetnya, semuanya dibekukan tanpa terkecuali.   Tak disangka Budi membekukan seluruh kartunya, Sheila cemas dan marah, dan segera mengambil ponselnya dan menelepon Budi, tetapi Budi tidak menjawab panggilan itu.   Resepsionis itu memandang Sheila dengan senyum di wajahnya, tetapi Sheila merasa sedikit malu.   Tinggal di kamar presidensial, makan begitu banyak, tetapi tidak punya uang untuk membayar tagihan, tidakkah mereka menganggap dirinya sebagai orang yang menumpang tanpa membayar?   Jika tak bisa mendapat uang hari ini, hal itu akan sangat memalukan.   Di masa sulit ini, pintu lift VIP terbuka, Lukas berjalan keluar dari dalam.   Melihat Sheila berdiri di meja resepsionis dengan wajah memerah dan rasa khawatir, dia berjalan mendekat, "Apa yang terjadi?"   Sheila masih merasa kesal dengan pria yang sudah mengambil keperawanannya, apakah dia punya dendam dengan gigolo ini?   Dia mengambil keperawanannya di malam sebelumnya, kemarin pagi melihatnya menangis di jalan, sekarang tidak memiliki uang untuk membayar kamar.   Kenapa harus bertemu dengannya dengan situasi yang tidak menyenangkan?   Dia cemberut dan tidak berbicara, resepsionis itu menjelaskan "Kartu wanita ini telah dibekukan, dia tidak punya uang untuk membayar kamar."   Kata-kata resepsionis itu membuat Sheila sangat malu, wajahnya memerah sambil melihat jemari kakinya.   Suara gigolo bagaikan cello terdengar di samping telinga, "Masukkan ke tagihanku!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN