Happy Reading and Enjoy
Pagi ini alarm yang di setting oleh Qilla benar-benar manjur membangunkanku walaupun aku harus menahan kantuk yang luar biasa.
Pukul 8 aku sudah kembali fresh karena sudah mandi dan berdandan sesuai dengan tema yang sudah ditentukan oleh panitia penyelenggara.
Aku kembali me-record kegiatanku hari ini untuk bahan video minggu ini yang akan diupload pada hari minggu nanti, sedangkan ini masih hari selasa. Masih ada waktu untukku mengedit Video dan beristirahat sebelum akhirnya dikejar deadline oleh kantor untuk peluncuran n****+ selanjutnya.
Aku sudah terbiasa membagi waktuku dalam satu minggu, menyempatkan membuat Video lalu mengeditnya, dan menyempatkan menulis ide-ide yang muncul selama 2 sampai 3 jam setiap harinya, atau kalau sedang malas dandan yang artinya aku tak membuat Video, aku akan duduk seharian di depan laptop, melanjutkan tulisanku.
Hidupku terencana sejak dulu, dan mungkin itu juga yang membuatku sulit untuk mendapatkan lelaki yang cocok untuk dijadikan suami.
Karena memang aku tak pernah menyisihkan waktuku untuk itu.
***
Aku mengucapkan terimakasih pada panitia yang sudah menyusun acara dengan sangat luar biasa, berjabat tangan dengan mereka dan beramah tamah dengan beberapa Youtuber yang aku kenal, kami saling mengobrol sebentar sebelum memutuskan untuk kembali ke Hotel, atau kuliner di Jogja.
Panita telah siap mengantar kami setelah semua acara telah selesai kembali ke hotel tempat kami menginap.
“Habis ini gue free kan?” tanyaku pada Qilla yang mulai memainkan phonselnya.
“He’em, kan besok kita udah balik ke Jakarta” jawabnya dan aku langsung mengangguk. Dan asal kalian tau, Qilla itu selalu bersamaku jika aku pergi pergi ke beberapa daerah untuk sekadar liburan atau jika aku memiliki kegiatan seperti tadi.
“Cari makan yuk” Qilla langsung menganguk antusias.
Qilla mungkin satu-satunya orang yang tidak akan menolak sebanyak apapun aku mengajaknya makan, karena Qilla adalah satu dari segelintir wanita yang beruntung karena sebanyak apapun dia makan, berat badannya akan tetap sama.
Dan rasa iriku muncul ketika itu, aku harus mengatur pola makanku, pola olahragaku yang memang seminggu hanya sekali, tapi lebih banyak beruntungnya karena aku jadi lebih menjaga kesehatanku.
“Mas mau Tanya dong, ada tempat makan gudeg enak nggak di daerah sini?” tanyaku pada panitia acara yang tengah menyupiri kami dan mengantar kami ke Hotel.
“Kalau Gudeg yang enak di daerah sini itu adanya tengah malem Mbak, buka sekitar jam 10 malam, terkenal sekali itu” jawabnya dengan suara khas jawa’nya.
“Nama tempatnya apa, Mas?” tanyaku lagi.
“Gudeg Pawon nama tempatnya Mbak, nggak jauh dari sini, tapi ramenya luar biasa” jawabnya dan aku menangguk mengerti.
“Gimana?” tanyaku pada Qilla.
“Kulinernya nanti malem aja gimana? Kita balik ke hotel dulu, istirahat sama packing trus nanti malem baru jalan-jalan” tawar Qilla dan langsung ku setujui.
“Kalau mau kesana paling gampang naik apa mas?” tanyaku yang tak cukup tau Jogja karena aku sangat amat jarang menunjungi kota pendidikan ini.
“Mbak bisa naik ko-car atau naik ko-jek juga bisa, tempatnya terkenal kok mbak kalau disini” aku mengangguk dan mengucapkan terimakasih.
“Gila, Jogja panas juga ternyata” kataku ketika kami sudah sampai loby, cuaca hari ini cukup panas dan menyengat kulit. Baru keluar dari mobil saja kulit serasa terbakar, dan kembali terasa dingin ketika sudah sampai loby.
“Lo pikir Cuma Jakarta yang panas, Mbak” dengusnya dan aku hanya terkekeh pelan.
“Kak Gigi yah?” sapa 2 wanita yang jika dilihat dari pakaiannya adalah karyawan hotel ini.
“Ehh iya”
Mereka berkata bahwa mereka itu sering sekali melihat tutorial make up yang ku unggah dichannel youtube ku.
“Kok beda sih kak, keliatan lebih natural gitu dari pada di youtube” kata salah satu dari mereka.
“Ya kan itu buat content doang, kalau buat sehari hari sih biasa aja” jawabku dan langsung dianguki oleh mereka.
“Bikin tutorial yang buat daily gitu dong kak” aku mengangguk mengiyakan, tapi tidak menjanjikan kapan akan ku buat. Mereka mengajak berfoto bersama dan Qilla seperti biasanya, menjadi tukang foto.
“Berasa jadi artis ya mbak” sindirnya ketika kami sudah masuk ke dalam lift yang membawa kami ke lantai dimana kamar tempat kami meninap berada. Aku tertawa, namun tak menanggapi apapun.
***
Aku langsung merebahkan diriku pada ranjang besar kamarku, beberapa menit yang lalu aku baru sampai di Jakarta. Setelah semalaman berwisata kuliner dan akhirnya bangun kesiangan karena baru pulang ke hotel pukul 2 dini hari.
Ketika aku baru saja memejamkan mata, melanjutkan tidurku yang kurang, Phonselku berbunyi hingga aku mengerang kesal.
Nama Mama tertera disana.
“Assalamualaikum” sapaku setengah mengantuk, lenganku ku letakkan menutup wajahku sedangkan satu tangan lagi untuk memegang phonsel.
“Waalaikum salam” jawab Mama, “Baru sampai kamu?” lanjut mama.
“Heem” jawabku seadanya karena memang sudah sangat mengantuk dan badan terasa pegal setengah mati.
“Ya udah, istirahat dulu, Gi. Nanti malam mama telfon lagi” aku hanya berdehem lalu Mama sudah memutuskan sambungan telfon. Mama tau kalau aku sudah sangat lelah dan biasanya kalau sudah seperti ini, aku sangat malas untuk menanggapi orang lain.
Ketika aku sudah mulai terlelap., Phonselku kembali berdering dan kembali aku mengerang keras dan akhirnya aku memilih bangun lalu duduk ditepi ranjang.
“Kak” sapaan langsung dari seberang sana membuatku mengerit, ku jauhkan phonselku dari telinga dan melihat nama si penelfon, Amel.
“Hem” jawabku lalu membuka botol air mineral lalu meneguk airnya, menghilangakan kering di tenggorokan.
“Em…. Gimana yah ngomongnya” bisiknya yang terdengar ragu.
“Kenapa Dek?” tanyaku padanya.
Aku me-loudspeaker phonselku dan membawanya ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar, meletakkannya ditempat kering agar aku bisa membasuh wajahku.
“Itu… emm..” Aku berdecak ketika Amel masih terdengar ragu.
“Kenapa sih? Jangan bikin kakak kesel deh” kataku seraya memijat pelan wajahku yang dipenuhi busa.
“Jeremy kemaren lamar aku” bisiknya yang mampu ku dengar jelas, aku tau dia bahagia, namun ketika mendengar suaranya, aku lebih tau kalau ketakutan sedang mendominasinya.
Aku menengang, namun hanya sesaat hingga aku mampu mengambil alih kesadaranku.
“Lah trus kenapa?” tanyaku berusaha terdengar santai seraya mengambil handuk kecil khusus untuk wajah.
Amel terdengar menghela nafas.
“Kak…” katanya sedikit merengek, aku tersenyum kecil. Sudah sangat lama, bahkan sejak Amel menginjak bangku SMP dia udah nggak pernah merengek lagi padaku.
“Ya udah sih, ngomong dulu sama mama. Kalau emang Mama masih kurang setuju, Kakak bantu ngomong.” Jawabku sambil kembali menghempaskan tubuhku kembali ke atas ranjang.
“Kak…. You okey?” tanyanya dan aku tertawa. Aku tau sebenarnya Amel tidak mau ‘melangkahi’ku, tapi ya mau bagaimana, jodohnya datang lebih dulu.
“Okey… kenapa emang?” tanyaku setelah tawaku mereda.
“Ya… gitu”
“Dek… jangan bikin kakak jadi penghambat kebahagiaan kamu, ok?”