Chapter 11

1586 Kata
Abraham hendak menyetir kembali mobilnya menuju hotel tapi mendadak ia urung, dan memanggil James untuk menyetir. James dengan sigap langsung siap menyetir atas titah Abra. Ia masuk ke mobil setelah Abra dan Gadis pindah ke kursi belakang BMW mewah tersebut. Pikiran Abra mendadak penuh. Ia tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Matthew saat ini. Yang jelas Abra tahu Matthew sedikit sembrono. Sedang Gadis sibuk memandang James sembari memikirkan apa James benaran Gay atau tidak, disamping itu ia juga memikirkan nasib Clara. "Abra, lo bisa ngecek kondisi sahabat gue?" tanya Gadis baik-baik. "Emang lo pikir gue Dewa." jawab Abra sewot. Gadis menghela napas berat. Laki-laki itu memang menyebalkan jadi ia harus balas perlakuan dia dengan hal yang lebih menyebalkan darinya. "James ..." panggil Gadis. "Iya, nona." jawab James. Abra melirik sedikit ke arah Gadis dengan tatapan yang penuh tanya. "Bos lo bukan dewa, jadi sewaktu-waktu riwayat lo bisa tamat kerja di sini."  kata Gadis, kali ini Abra menoleh sempurna ke arah Gadis dengan sedikit melotot sedang James hanya tersenyum sedikit saja. "Tapi tenang, karena lo ganteng jadinya pasti dia pertahanin." kata Gadis. Alis Abra berkerut bingung begitupun dengan James yang bolak balik menatap dari balik spion lalu menatap lagi ke jalanan. "Maksudnya, non?" tanya James bingung. "Ya maksud gue lo kan-maaf- gay yang tampan jadi gue pikir lo gak bakalan bawa cewek main kurang ajar di mobil ini, lo kan gak minat ke cewek." kata Gadis. Abra menatap Gadis dengan tatapan tak percaya dan heran. Sedangkan James sampai menoleh ke belakang mendengarnya, jiwa maskulinnya yang hakiki jelas ternoda donk atas ucapan Gadis yang bilang ia 'Gay' "Gay?" tanya James ulang dengan nada heran tapi pelan. Sudah Gadis tebak bahwa James akan kaget, ia melihat ke arah Abra yang kini wajahnya telah merah padam. "Maaf nona, tapi saya masih normal. Saya masih suka kok dengan perempuan pake baju merah dan lipstik merah." kata James. "Ooppsss, James, sorry ..." kata Gadis berpura-pura kaget. "Habisnya mas Abra bilang lo Gay , sih ..." lanjut Gadis dengan suara manja yang dibuat-buat. Mas? Dia panggil gue apaan? Mas? Dasar Gadis aneh-aneh, aja! Dilihatnya James yang melirik Abra dengan dahi berkerut. "Mungkin tuan muda bilang begitu karena cemburu, nona ..." kata James blak-blakan. "James ..." "James ... Ha ha ha ... Ternyata lo udah paham baik sama tuan muda lo." "Pantesan nona, teman kencan tuan muda selalu menatap saya gimana gitu ..." ujar James curhat. Mendengar itu otomatis Gadis semakin tertawa dibuatnya. Ia telah berhasil membuat wajah Abra seketika merona merah seperti buah tomat yang telah matang dan hampir busuk. Siapa suruh sewot? Tak ingin berhenti menjahili Abra di situ, Gadis kembali melancarkan aksinya mengerjai Abra. "James, sudah punya pacar?" tanya Gadis hati-hati. "Hah? Maaf nona ... Belum ..." kata James. "Anu, James, lo mau nunggu sampai enam bulan?" goda Gadis. Abra seketika matanya langsung membola kaget dan menatap Gadis intens. "Gadis!" panggil Abra seraya manarik lengan Gadis hingga Gadis jatuh ke pelukan Abra. Abra menatap lekat-lekat dan sangat dalam mata Gadis yang lentik itu dengan dadanya yang berdentum-dentum aneh tak karuan. Gadis yang kaget ditarik Abra hingga ia jatuh kepelukan Abra hanya bisa diam memandang mata manik biru Abra dengan perasaan yang sangat susah ia definisikan. Keduanya membeku di tempat hingga terkesiap kemudian kala suara wartawan di luar sana membuat Abra dan Gadis menoleh. Gadis segera membenarkan posisinya, tapi Abra kembali menarik lengannya itu hingga ia jatuh kembali ke pelukannya. "Jangan ngomong macem-macem lagi!" seru Abra dengan mata yang tajam menusuk ke hati Gadis. "Gue cuma ngomong satu macem, kok ..." kilah Gadis sok polos. Ia melirik James yang sedang mencuri-curi pandang ke arah mereka. "James ..." panggil Abra tanpa mengindahkan pandangannya sama sekali dari menatap Gadis yang seolah tak peduli ditatap sedalam itu oleh Abra. "Iya, tuan muda ..." kata James. "Aku punya referensi calon perempuan untukmu. Kau mau lihat?" tanya Abra yang seketika membuat mata Gadis membola sempurna karena kaget bukan main. "Bersedia, tuan." jawab James cepat dan antusias. "Bagus." kata Abra. "Di sini gue rajanya." lanjut Abra sedikit berbisik ke telinga Gadis sebelum ia membenarkan posisinya dan bersiap keluar. Saat James sudah keluar dari mobil dan berlari ke sisi pintu mobil Abra, Abra menoleh ke arah Gadis yang duduk di sampingnya. "Jangan keluar, biar gue yang bukain pintu lo." kata Abra ke Gadis. Gadis diam dan menatap punggung lelaki itu kala ia keluar dari dalam mobil setelah James membukakan pintu untuknya. Wartawan lalu menyerbunya dengan berbagai pertanyaan seputar pernikahannya dengan Gadis. Tapi Abra hanya menanggapi omongan mereka semua dengan senyuman dan segera berlari ke sisi dimana Gadis masih berada di dalam mobil. Abra membukakan pintu sisi Gadis berada dan mengulurkan tangannya ke arah Gadis sembari tersenyum sangat tampan kepadanya. Gadis meraih tangan Adam dan keluar dari dalam mobil dengan senyum yang mereka. Penampilan Gadis yang modis dan trendy namun masih anggun tersebut mendapatkan begitu banyak jepretan dari kamera. Ia mempesona dengan semua baju yang ia kenakan, sangat cantik dengan rambut panjang yang dibiarkan terurai, bahkan tanpa riasan pun wajahnya memang benar-benar bersih. Abra dan Gadis berjalan masuk ke dalam hotel diiringi oleh para wartawan yang dihadang oleh para bodyguard Abra agar tak menghalangi jalan Gadis dan Abra saat masuk ke dalam hotel. Pertanyaan demi pertanyaan terlontar keluar begitu saja dari bibir para wartawan yang tertuju padanya. Benarkah rencana awal pernikahan itu bukan dengan nona Clara yang sekarang? Siapa lagi nona Clara yang disebut oleh tuan Matthew? Dan kenapa tuan Matthew sangat marah? Siapa Clara yang sebenarnya akan dinikahi oleh anda, tuan Abra? Langkah Abra akhirnya terhenti saat ia melihat sosok Matthew yang berjalan ke arahnya dengan rahang yang mengeras dan amarah yang tertahan kuat. Abra pun begitu marah, jika saja tak ada wartawan, kolega bisnis dan keluarganya saat ini, tentu Abra telah meninju Matthew yang bersikap kurang ajar dan sembrono ke arahnya. "Saya akan jawab pertanyaan kalian semua." kata Abra sedikit lantang yang membuat para wartawan seketika bungkam dan hanya ada bunyi jepretan kamera yang terdengar. Abra menoleh ke arah Gadis. "Sayang, namamu siapa?" "Ayunda Gadis Claranita Wijaya." jawab Gadis. "Aku memanggilmu dengan sebutan apa?" tanya Abra lagi dengan sangat lembut. Gadis yang pintar segera mengusai keadaan. "Gadis, sama seperti teman-temanku yang lainnya tapi kadang kau memanggilku Clara karena katamu lebih keren dan kebule-bulean." kata Gadis yang langsung disambut gelak tawa para wartawan dan Abra hanya tersenyum puas. "Kapan aku memintamu menikahiku, sayang?" tanya Abra. Kali ini ia benar-benar menguji ketangkasan Gadis jika hal pelik seperti ini terjadi. "Kapan? Aku tak ingat. Kau tahu? Perempuan katanya suka mengingat hal-hal romantis yang dilakukan pasangannya. Tapi aku, aku melupakannya segera karena sibuk memegang jemarimu agar tak lepas setelah melamarku. Ya, aku sadar kau rebutan para wanita lainnya diluar sana jadi aku harus pintar membuatmu berkomitmen dengan ucapanmu saat melamarku. Langkah selanjutnya harus menikah. Dan demi Tuhan! Sangat cepat ini terjadi seperti sebuah mimpi saja." kata Gadis cerdas. "Lalu siapa yang mengingatnya kapan kau melamarku? Itu tak penting. Yang jelas aku masih ingat kok kalau hari ini kita menikah. Kalaupun aku lupa aku bisa melihatnya di koran dan berita besok." kata Gadis yang langsung disambut gelak tawa pada wartawan. "b******k lo, Bra! Lo mainin Clara!" kata Matthew berteriak tak terima. Abra menoleh santai dan memandang Matthew ringan. Sedangkan para wartawan masih heboh bertanya siapa gerangan Clara yang dimaksud oleh Matthew barusan. "Sayang, siapa namamu tadi?" "Gadis. Clara. Kau biasa memanggilku kedua kata itu." kata Gadis padanya. "Tuan Matthew sepertinya anda sakit. Ini istri saya, siapa lagi Clara yang harus saya nikahi?" "Oh jangan coba-coba menikahi Clara lainnya, sayang ..." ujar Gadis yang sudah pandai bermain dalam alur drama ini. Lagi-lagi gelak tawa wartawan terdengar membahana. "Maksudku bukan cewek itu! Hazel Clara seorang dokter di rumah sakit Hermina Depok." teriak Matthew lagi "Sayang ... Kau dinas di mana?" tanya Abra. "Rumah sakit Hermina Depok." kata Gadis pada Abra yang seketika membuat Matthew semakin gila karena bingung dengan situasi yang ada. Ia bahkan berteriak kencang dan marah karena para pengawal Abra memegangi tubuhnya kuat-kuat. Abra berjalan mendekat ke arah Matthew yang meronta-ronta meminta untuk dilepaskan. Tapi para bodyguard Abra tak membuatnya bisa berkutik sama sekali. "Tuan Matthew sepertinya kau lelah karena perjalanan panjang yang kau tempuh. Apalagi ..." kata Abra menggantung, ia kemudian ia mengeluarkan ponsel dari celananya dan menunjukkan salah satu foto mesra Matthew dan Clara di Mackay yang membuatnya kaget bukan main. Matthew yang berpose merangkul Clara, adegan itu benar-benar membuatnya kaget bukan main karena ia yakin tak ada jejak digital saat ia bersama dengan Clara di Mackay, ia pikir ucapan Clara ditangga hotel adalah omong kosong belaka, tapi kini foto yang ada di tangan Abra itu bagaimana bisa ada pada Abra? Wajah Matthew memucat. "Sepertinya kau akan segera menikah. Ini foto prewedding kalian, kan?" tanya Abra yang langsung disambut dengan beberapa wartawan yang mendekat dan berusaha mengintip ponsel Abra tapi kesusahan. "Abra ... Gue bisa ..." "Tuan Matthew aku sudah putuskan untuk memberi anda libur panjang guna mempersiapkan pernikahan kalian. Mulai besok anda akan libur." kata Abra penuh makna yang membuat Matthew melongo. Abra kemudian berbalik dan mengulurkan tangannya ke arah Gadis yang masih mematung di tempatnya. Gadis meraih tangan Abra dan kejadian itu diabadikan oleh para wartawan. Saat Gadis sudah berdiri sejajar dengan Abra, Abra memberi isyarat ke arah James denhan menggerakkan kepalanya ringan, tanda bahwa James diminta untuk membawa Matthew keluar dari hotel. Abra kemudian berjalan masuk ke dalam hotel yang diarahkan oleh manager hotel dan diikuti oleh para wartawan. Sedang Matthew dilempar keluar oleh James dan kawan-kawannya. Matthew sadar apa arti ucapan Abra barusan padanya, libur panjang yang berarti Abra sudah memecatnya secara tak langsung dari perusahaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN