Chapter 12

1648 Kata
Bahkan ketika Matthew sudah diusir keluar dari hotel oleh para bodyguard Abra, para wartawan masih memburunya dengan pelbagai pertanyaan. Tentang kasus skandal narkoba saat ia berada di luar negeri. Tentang ia yang dituduh menghamili Clara sebelum menikah. "Saya masih perawan!" seru Gadis tak terima. Semua wartawan terhenyak. "Jadi gossip seperti itu tak benar adanya." imbuhnya yang membuat Abra menatapnya tak percaya. Hari gini mengaku perawan di tengah-tengah paham yang menganut dan mempercayai kebebasan? "Lalu bagaimana dengan kasus narkoba itu, Pak Abra?" timpal salah seorang wartawan lainnya. Abra mendesah. "Kau boleh telusuri masa laluku di luar negeri." kata Abra menantang, lalu dengan pasti ia melangkah pergi meninggalkan para wartawan masuk lift sembari tanpa sadar memegang tangan Gadis dengan sangat-sangat erat. Abra bahkan tak melepaskan tangan Gadis meski keduanya kini hanya bersama dua orang pengawal Abra saja. Gadis menengok ke belakang dan mendapati Rendy menatap lurus ke depan tanpa menoleh ke dirinya sama sekali, lalu Gadis menatap bodyguard lainnya yang berdiri di depan Abra tapi sedikit lebih dekat ke arah tombol-tombol angka di lift. Dan bodyguard itupun sama, seperti robot bagi Gadis. Gadis mencoba menggerakkan tangannya perlahan, berharap Abra melepaskannya, entah mengapa ia merasa malu dan sungkan sekaligus. Tapi sama sekali Abra tak mengindahkan gerakan Gadis. Gadis berusaha lebih keras menggerakkan tangannya di tangan Abra hingga tubuhnya sedikit bergoyang yang mendapatkan lirikan dari Rendy. Tapi Abra seperti patung, ia benar-benar tak mengindahkan Gadis yang memberi kode untuk melepaskan tangannya. Sedangkan Gadis tak mungkin bilang ke Abra di depan dua orang pengawalnya untuk Abra melepaskan tangannya, bahkan berbisik di telinga Abra pun Gadis tak bisa. Bagaimana tanggapan pengawalnya jika tahu kalau Abra melepaskan tangan Gadis saat Gadis memintanya lewat bisikan di telinganya? Kan gak lucu. Aneh saja. Melihat gerakan Gadis yang meliuk-liuk seperti ular itu, Rendy merasa khawatir, ia lalu maju satu langkah dan berbisik di telinga Abra dengan sangat pelan. Usai mengatakan sesuatu yang membuatnya perlu memberitahu Abra, Abra seketika menoleh ke arah Gadis dengan wajah yang tampak pilon. "Lo mau berak?" tanya Abra langsung yang membuat Rendy memejamkan matanya berusaha menahan tawa, sedangkan pengawal satunya sampai menoleh ke belakang melihat Abra dan Gadis. Gadis melongo mendengar pertanyaan Abra. "Please tunggu, jangan sampai kentut." ujar Abra to the point. Jiwa keanggunan Gadis seketika meredup mendengarnya. Sialan sekali Abra! Kesal dengan sikap Abra, Gadis akhirnya menginjak kaki Abra dengan high heelsnya. Otomatis Abra langsung mengerang kesakitan sembari memegang kakinya dan tangannya terlepas dari tangan Gadis. "Aduh maaf sayang, perutku mulas sekali jadinya aku tak bisa mengontrol sikapku." kata Gadis sedangkan Abra meringis kesakitan sembari melotot kecil ke arahnya. Dua orang pengawal Abra sibuk dan bingung apa yang harus mereka lakukan ketika Abra kesakitan seperti sekarang ini. Abra ingin membalas Gadis, tapi pintu lift terbuka dan mereka langsung disambut wedding organiser mereka yang mengomel panjang lebar karena mereka pergi sedangkan resepsi mereka akan berlangsung kurang dari lima jam lagi . Salah satu desainer kondang bahkan membawa dua puluh gaun pernikahan sekaligus yang dibawa oleh sepuluh orang asistennya di mana tiap orang membawa masing-masing dua baju di tangan dan kirinya. Hal itu tentu saja membuat Gadis shock bukan main. "Halo sayang, kenalkan aku Betty ..." kata desainer laki-laki seraya langsung menjabat tangan Gadis dan menempelkan kilat pipinya ke pipi kanan dan kiri Gadis yang masih melongo melihat sepuluh asistennya memamerkan gaun-gaun indah di hadapannya. Ini pada pindahan kena banjir? Gadis kemudian digiring cepat oleh asisten lain wedding organiser Abra untuk masuk ke dalam kamar hotel mereka. Saat masuk, Gadis kembali terkejut karena sudah banyak orang yang sibuk di dalamnya, bahkan kamar hotel yang semula sangat rapi dan bersih seperti kamar para putri dan raja kini sedikit berubaha fungsi menjadi kamar rias artis. "Aku ingin kamu coba beberapa baju ..." kata Betty desainer itu kepadanya. "Nama aslinya Boy, " kata salah seorang wedding organisernya kepadanya. Gadis hanya melirik sekilas dan tersenyum kecil tak peduli. Entah Betty, Boy, atau Bear brand mah bodo amat ... "Yang mana sayang?" tanya Betty dengan suara khas manja-manja basah itu kepada Gadis. "Kamu aja yang milih, gue mah terserah." "Suruh pake semua aja, gue yang pilih!" kata Abra tiba-tiba dengan senyum tipis penuh arti ditambah sorotan mata yang memandangnya dengan tatapan seolah ia baru saja menemukan mangsa baru. Abra menggerak-gerakkan kakinya bekas diinjak Gadis barusan sebelum duduk santai dengan gaya sok raja di sebuah kursi kayu mewah di kamarnya. Gadis merasa riwayatnya akan tamat segera. Abra telah melakukan persiapan untuk membalas aksinya tadi. Dan itu sungguh membuatnya menghela napas berat. Satu gaun dipilih Betty cepat-cepat lalu menyodorkannya ke arah Gadis dan memintanya untuk mengganti baju segera ke kamar mandi. Gadis menerima gaun pernikahan berwarna merah muda itu dan berjalan menuju kamar mandi dengan sangat malas. Ketika keluar dari kamar mandi, semua mata memandang ke arahnya dan terkagum-kagum melihat pesona Gadis dalam balutan gaun pernikahan yang pas sekali di badannya dengan belahan samping yang panjangnya sampai ke paha di sebelah kiri. Model gaun itu dibuat dengan sempurna, menutupi seluruh lengan dan bahu dengan kain tipis terawang sehingga masih menampilkan begitu indah bahu Gadis. Gaun itu sedikit mengekor panjang ke belakang. Mata Abra tak berkedip sama sekali melihat pesona Gadis yang berjalan mendekat ke arahnya. Tapi pandangan matanya jatuh ke belahan samping panjang yang mengekspos sedikit kaki jenjang dan paha kuning bersih Gadis. Jika ia saja terkagum-kagum dan terpesona dengan bentuk indah kaki Gadis, bagaimana dengan lelaki lainnya di pesta? Oh tidak ... Tidak ... "Lo tahu lepet makanan khas jawa? Nah itu kayak lo sekarang." kata Abra acuh lalu memalingkan wajahnya. "Ganti." perintahnya yang membuat Gadis geram karena ia disamakan dengan 'lepet'. Sedangkan semua orang yang ada di sana heran kenapa Gadis diminta ganti baju sedangkan gaun pertama saja sudah sangat bagus di tubuhnya. Gadis ingin membalas Abra, tapi apa daya Betty yang jiwanya perempuan tapi bodynya laki-laki itu memegangnya dan memintanya untuk segera ganti baju dan tak meladeni ucapan Abra yang dingin itu. Kali ini baju yang diberikan oleh Betty berwarna tosca dan Gadis dengan sangat malas berjalan kembali menuju kamar mandi. Ia keluar lima menit kemudian dengan gaun tosca yang benar-benar indah di badannya. Gaun itu pendek sepaha dan bagian atas juga terbuka lebar, mengesankan keseksian sang pengantin di atas permadani. Gaun itu benar-benar membuat mata para pengawal Abra tak lepas memandang Gadis, juga para lelaki yang ada di ruangan itu sungguh-sungguh terpesona dengan penampilan Gadis. Abra berdecak kesal melihat ekspresi orang-orang di sekitarnya. Tak dapat dipungkiri, dengan rambut tergerai dan gaun sexy itu, Gadis benar-benar terlihat seperti model papan atas. Gadis memandang lurus ke arah Abra yang ekspresi wajahnya sudah tak suka. "Lo bisa masuk angin kalau pake gaun itu saat resepsi nanti. Siapa yang mau kerokin lo malem-malem? Ganti!" seru Abra yang sedikit membuat orang-orang disekitarnya tersenyum mendengar komentar Abra. Betty menghela napas berat, lalu ia mengambil satu gaun lagi untuk Gadis coba. Gadis menghentakkan kakinya kesal seraya melotot ke arah Abra sebelum berlalu ke arah kamar mandi meninggalkan Abra dan segala fantasi liarnya. Ya Tuhan selamatkan aku malam ini dari Gadis. Aku takut khilaf setelah melihat pesonanya seperti itu ... Gadis keluar tepat ketika Abra selesai berdoa dengan gaun putih yang membuat Gadis terlihat seperti Cinderella di negeri-negeri dongeng. Orang-orang di sekitarnya sampai geleng-geleng kepala, tak ada satupun gaun yang tak cocok di badannya yang berisi. Para wedding Organiser yang juga membawa gaun pernikahan  cadangan untul Gadis pun yakin bahwa gaun sederhana mereka pun akan sangat bagus di badan Gadis. Tapi Abra tak memilih Gaun yang disediakan dadakan oleh para WOnya karena ia tak ingin Gadis memakai gaun bekas percobaan Clara hingga Abra memutuskan menghubungi desainer kondang Betty dan membayar desainer itu lima kali lipat dari tarif biasanya. Tentu saja, Betty yang sedang mempersiapkan tahapan akhir di wedding kliennya segera menyelesaikan tugasnya dan berlari menuju hotel di mana Abra menyebutkannya, ia langsung membawa sepuluh asisten dan dua puluh gaun terbaik sesuai permintaan Abra dan dua puluh gaun itu telah dibeli Abra. Entah apa yang membuat Abra seroyal itu kepada Gadis, padahal kepada Clara sebelumnya ia tak seroyal seperti sekarang ini. "Dis ... Lo mau main film Disney Land?" kata Abra pelan. "Ganti!" serunya lagi. Gadis menutup matanya karena kesal dan mengangkat gaunnya sebelum pergi ke kamar mandi dengan langkah kaki cepat-cepat. Demi Tuhan, makhluk seperti apa sih Abra itu? Empat gaun selanjutnya juga ditolak mentah-mentah oleh Abra dengan berbagai alasan yang tak masuk akal. Satu gaun sexy lainnya, Abra berkomentar "Lo mau renang?" Satu gaun dengan bagian bahu dan lengan terbula, Abra bilang "Lo mau gulat?" Satu gaun dengan rumbaian dan kain gaun yang mengekor panjang di belakang, Abra bilang "Lo mau ngepel hotel?" Satu gaun dengan pita besar di bagian punggung, Abra bilang "Lo mau jadi kupu-kupu?" Satu gaun yang sangat indah dengan bagian bahu dan lengan tertutup dengan kain tile mutiara dan bagian bawah gaun itu panjang dan mengekor sedikit. Model gaun pernikahan ini seperti milik Min Hyo Rin, artis korea, hanya bedanya milik Min Hyo Rin bagian bahu dan lengan terekspos sedang gaun yang dikenakan Gadis tertutup kain tile. Sengaja kali ini Gadis melengkapi dirinya dengan tudung kepala milik gaun berwarna merah muda ini. Abra benar-benar terpesona dengan penampilan Gadis yang sangat memukau matanya itu. Semua orang juga terpanah oleh Gadis. Padahal Gadis belum memakai make up. Karena Abra diam saja, Gadis pikir Abra tak suka dengan gaun yang membuat Gadis jatuh cinta ini. Gadis hendak berbalik untuk mengganti gaunnya itu, tapi suara Abra membuatnya terpaku di tempatnya. "Pakai itu!" kata Abra seraya berdiri dan berjalan cepat keluar kamar hotel. Gadis menoleh dan melihat punggung Abra menjauh darinya. Ia tak tahu ekspresi Abra yang datar itu suka atau tidak dengan gaun yang ia kenakan sekarang ini? Sedang Abra di luar sana mengatur napasnya luar biasa. Dadanya masih berdegup kencang kala ia melihat bagaimana Gadis sangat mempesona dalam balutan gaun-gaun yang dikenakannya. "James ..." panggil Abra. James mendekat. "Pesan satu kamar mewah lagi." ujar Abra yang membuat James heran. Malam ini Abra putuskan akan tidur terpisah dari Gadis, karena ia takut khilaf ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN