7. Makan Bersama

1762 Kata
Sunjae akhirnya pulang ke rumahnya setelah dua minggu di rumah sakit, tapi untuk Shioh, ini adalah dunia yang sangat asing untuknya. Sepanjang perjalanan pulang, matanya terus menyorot ke arah luar jendela mobil. Dia bertanya pada Dongseok di mana tepatnya mereka berada, ini memang Seoul, tapi berbeda dari apa yang ada di dimensi asalnya. Walau untuk beberapa hal memang terlihat sama. Dia masih banyak mencari tahu tentang Sunjae dan semua orang yang ada di sekitar Sunjae tanpa ambil pusing menjelaskannya. Mereka percaya kalau Sunjae kehilangan ingatannya, tapi katanya kondisi ini belum dibuatkan berita untuk disebarkan ke publik. Agensi Sunjae masih belum mendapatkan izin dari ayah Sunjae yang khawatir bila anaknya akan mendapatkan serangan dari publik tentang kondisinya. * * * Ketika sampai di rumah ayah Sunjae, Shioh bisa melihat kalau Sunjae memang hidup dengan baik. Kehangatan langsung bisa dia rasakan kembali begitu melewati pintu masuk. Dongseok mengantarkannya ke dalam kamar sementara ayah Sunjae akan menyiapkan makan siang. Di kamar Sunjae, Shioh langsung disambut oleh aura yang lebih maskulin. Tampaknya Sunjae lebih suka perabotan yang minimalis ketimbang ayahnya. “Berapa lama aku akan beristirahat?” tanya Shioh pada Dongseok yang saat ini membantunya membereskan pakaian. “Hah ... masih tidak tahu, karena kondisimu tidak memungkinkan untuk kembali kerja dalam waktu dekat, kecuali kau ingat semuanya, hyung,” jawab Dongseok lalu menghela napas. Sesua jadwal Sunjae otomatis dibatalkan karena kondisinya, sponsor dan pihak pengiklan tidak marah karena memang berita kecelakaan dan kematian Sunjae menyebar ke seluruh negri. Tapi tidak ada yang tahu kalau artis mereka ini juga kehilangan ingatannya, yang bahkan tidak tahu namanya sendiri. “Hyung ...” panggil Dongseok pelan. Dia hendak bertanya tapi merasa tidak enak. “Hm?” sahut Shioh berdehem karena dia sedang melihat ke arah meja kerja di kamar ini. “Kau ...” Dongseok menggaruk belakang telinganya yang tak gatal. “Benar-benar tidak ingat apa pun?” tanyanya kemudian. Shioh mendongak dan langsung melihat pemandangan di luar jendela, lalu dia membalikkan tubuhnya dan menatap Dongseok. “Ya,” jawabnya singkat. Pertanyaan ini sudah berulang kali dia dengar dan mulai membuatnya lelah. Ingin sekali Shioh mengatakan yang sejujurnya tentang dirinya yang bukan Sunjae, tapi sepertinya dunia ini tidak ada yang namanya hal fantasy yang menjadi nyata. Dia mencari tahu tentang nama Kang Nam Soon juga tidak ada yang muncul di internet. Ada nama tersebut tapi hanya warga biasa. Dia mencari tahu juga tentang semua orang yang dikenalnya, tapi tidak ada dalam mesin pencarian, termasuk perusahaan yang dia bangun dari kerja kerasnya. “Aku ingin sendiri dan tidak ingin makan siang,” kata Shioh pada Dongseok yang mengajaknya untuk turun ke lantai 1. Dongseok pun diam karena merasakan aura yang begitu dingin dan berbeda sekali dari Sunjae yang dia kenal. Pokoknya sejak Sunjae siuman, rasanya seperti bertemu orang yang sangat asing tapi dia juga mengenali Sunjae. Apa mungkin artisnya ini punya kepribadian ganda secara mendadak? Setelah Dongseok keluar dari kamar, Shioh duduk di kursi kerja Sunjae. Dia mulai membuka buku dan membaca apa yang ada di sana. Tapi tidak lebih dari jadwal kerja, catatan kecil untuk pekerjaannya sebagai artis dan hal lainnya. Lalu dia beralih ke laptop untuk dinyalakan, Shioh hendak mencari tahu banyak hal lainnya tentang dunia yang dia tinggali sekarang. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya, maka Shioh pun harus bersiap-siap. * * * Tidak tahu sudah berapa lama Shioh tertidur dengan bersandar ke atas meja. Dia terbangun dengan melihat kalau langit sudah berubah gelap. Satu hal yang kemudian membuatnya terpaku adalah adanya selimut yang menutupi punggungnya dan juga lampu kamar yang menyala. Ini pasti ayah Sunjae yang melakukannya. “Hah ...” Shioh jadi merasa bersalah karena mengabaikan makan siang dari ayah Sunjae tadi. Ini sudah pukul 7 malam dan Shioh terlambat 1 jam dari rencananya untuk keluar rumah. Dia pun segera mengambil topi dan jaket lalu turun ke lantai 1. Dia hendak melenggang pergi begitu saja, tapi melihat ke arah meja makan terdapat sebuah catatan, kakinya pun berhenti lalu bergerak menuju ke arah sana. Catatan itu berisi tulisan ayah Sunjae yang mengatakan kalau makan malam sudah disiapkan, tapi beliau harus pergi ke restoran. Katanya ada suatu masalah yang harus diselesaikan. dan untuk menghargai perhatian ayah Sunjae, Shioh pun duduk dan menyantap makan malamnya. Tidak butuh waktu lama untuknya menghabiskan 1 porsi makan malam, kini dia bahkan sudah berada di dalam taksi untuk menuju sebuah alamat yang sangat ingin dia temukan. “Sudah sampai,” ucap supir taksi memberitahu. Begitu keluar dari taksi tersebut, Shioh bisa melihat sebuah bangunan tinggi yang berbeda dari desain perusahaannya. Ya, dia datang ke alamat perusahaannya berada jika ini berada di dimensinya. Shioh tampak terus menatap gedung yang kira-kira lebih dari 15 lantai ini dengan seksama. “JNT Entertainment,” gumam Shioh. Entah kebetulan apa lagi yang harus dia temui. Nyatanya alamat yang dia tuju saat ini adalah tempat agensi Sunjae berada. Mereka bekerja di alamat yang sama tapi profesinya berbeda. Gedung ini bukan lagi perusahaan yang dipimpin Shioh, melainkan tempat Sunjae bekerja. “Ini jelas dimensi yang berbeda.” Shioh tadinya masih berharap kalau dia salah, tapi kenyataan dan fakta terus membentur harapannya. Dia memang masih hidup tapi di dunia lain dan masuk ke dalam raga orang lain. Seolah dia sedang menebus semua kesalahannya semasa hidup di demensi asalnya dan menjadi Sunjae yang sekarat karena tertabrak tapi kasusnya naik menjadi kasus pembunvhan. Sementara itu, Shioh tidak menyadari kalau dia yang saat ini berdiri di depan gedung agensinya, menarik atensi beberapa pejalan kaki. Fans yang masih menunggu kabar selanjutnya tentang Sunjae tentu banyak yang mengunjungi gedung ini, wartawan pun sama halnya. Tapi karena Shioh tidak paham tentang hal seperti ini, tentu saja dia mengabaikan keadaan di sekitarnya. “Bukankah itu Sunjae?” “Masa sih? Bukanya dia masih memakai kursi roda?” “Tapi postur tubuhnya mirip?” Beberapa fans yang sudah mengenali Sunjae bahkan sampai ke titik hapal ukuran sepatunya pun langsung mengenali keberadaan Shioh saat ini. “Hey, itu benar Sunjae.” “Tapi apa mungkin dia nekat kemari dan berdiri di sini?” “Kita hampiri saja!” Beberapa orang mulai maju dan mendekati Shioh yang sama sekali tidak siap dengan apa yang terjadi. Karena orang-orang ini mulai memanggil nama Sunjae, semakin banyak lah yang datang dan mengerumuninya. Mereka semua secara brutal ingin mendekat ke arah Sunjae yang mereka rindukan. Wartawan dengan flash kameranya juga ikut memotret Shioh yang bagaikan melihat kilat petir karena dia bukan Sunjae. Matanya terasa sakit dan itu memperparah dirinya yang seolah tidak punya tenaga dibanding dirinya saat berada di tubuh aslinya. “Tunggu, ini—“ Shioh sangat kewalahan dengan orang-orang yang tidak mau melepaskan tubuhnya. Karena ini malam hari, pegawai di kantor agensi JNT tentu tidak banyak dan semua berada di dalam. Tidak ada yang tahu kalau artis mereka butuh bantuan untuk lari dari kerubutan fansnya. Namun untungnya sebuah mobil kecil berwarna abu muda berhenti di tepi jalan. Seorang pengemudi perempuan keluar dari mobil dengan masker di wajahnya dan segera menerobos kerumunan orang yang terus menyebut nama Sunjae. Dengan tubuh mungilnya, dia bisa menyelip masuk dan menarik tubuh Shioh yang sayangnya tidak bergerak karena juga ditarik dari sisi yang lain. Perempuan ini segera masuk lagi ke dalam kerumunan dan menjangkau telinga Shioh yang begitu tinggi untuknya. “Aku Im Sol,” bisik perempuan ini. * * * Suasana di dalam mobil sanngat hening saat ini. Shioh menatap ke arah jalanan tapi dia juga beberapa kali melirik ke sampingnya tempat Im Sol berada. Wanita ini mengemudikan mobilnya menuju ke rumah ayah Sunjae setelah berhasil menyelamatkan Shioh dari kerumunan di depan kantor agensinya. “Kenapa kau datang ke kantor lewat pintu depan?” tanya Im Sol yang cukup heran melihat Sunjae terjebak seperti tadi. Dia tahu sih kalau Sunjae hilang ingatan, tapi apa dia juga tidak tahu kalau hidupnya selalu diikuti flash kamera dan bahkan stalker yang mengerikan? “Aku tidak tahu akan terjadi hal seperti tadi,” jawab Shioh. Soal kerumunan tadi, Shioh bisa merasakan lengannya juga dicubit dan di remas. Tapi dia tidak bisa membalas karena Dongseok pernah memperingatkannya untuk tidak berbuat hal yang bisa mencoreng citranya sendiri meski dia sedang hilang ingatan. Kini Shioh melihat ke arah Im Sol yang cukup lama tidak dia temui. Wanita ini memakai terusan selutut warna pink dan cardigan warna serupa hanya saja tone warnanya lebih tua, lalu sebuah masker warna putih. “Terima kasih sudah menolongku,” ucap Shioh. Karena dia hidup sebagai Sunjae, dia akan lebih berusaha untuk untuk ramah walau itu sangat sulit. Tapi setidaknya mungkin Shioh bisa menebus kesalahan yang pernah dia lakukan dulu. “Hm ... sama-sama,” balas Imsol. Untuk kemunculan Imsol yang terasa tiba-tiba ini, sebenarnya dia juga sedang berada di gedung JNT entertainment untuk keperluan penutusan kontrak. Ya, karena kondisi Sunjae yang masih sakit dan karena dia juga tidak mau berurusan dengan Sunjae lagi, maka Im Sol lebih baik mengakhiri kerjasama filmnya juga. Namun sudah duam minggu, Im Sol masih belum mendapatkan hasil final dari pemutusan kontrak ini. Dia masih harus kembali minggu depannya lagi. Dan yang tidak dia sangka sama sekali adalah bertemu dengan Sunjae dalam situasi yang tidak terduga. Saat membuka twitter demi melihat perkembangan Sunjae di tempat parkir, Im Sol malah mendapati tweet kalau Sunjae muncul di depan kantor agensinya. Makanya dia berinisiatif untuk membantu walau ini mengacaukan agendanya untuk menghindari Sunjae. “Hah ... kenapa harus begini ...” desah Im Sol kesal pada dirinya sendiri. Tapi itu didengar oleh Shioh yang langsung menoleh ke arahnya. “Kau mengatakan sesuatu?” tanya Shioh. Im Sol sontak panik. “Oh, tidak!” kilahnya. Usai 30 menit berkendara, akhirnya Im Sol berhasil mengantarkan Sunjae hingga selamat di rumahnya. Saat Shioh hendak keluar mobil, tiba-tiba saja perut Im Sol berbunyi karena sudah sejak siang tidak diisi oleh makanan. Keduanya lantas saling bertatapan. “Kau belum makan?” tanya Shioh. Im Sol tersenyum kikuk. “Mm ... ya ...” Shioh terdiam sebentar lalu keluar dari mobil. Dengan kakinya yang panjang dia kini memutari bagian depan mobil Im Sol yang kecil lalu membuka pintu kemudi. “Mampirlah, ada makanan di rumah ini,” kata Shioh yang membuat Im Sol amat terkejut. “Y-ye?” Tiba-tiba saja menawari? “Turun, anggap saja ini sebagai ucapan terima kasih,” ujar Shioh yang sepertinya terdengar memberi perintah untuk Imsol. “Tap-tapi—“ Belum sempat Im Sol menolak, kunci mobil Im Sol dicabut begitu saja oleh Shioh dengan kecepatan yang tidak dia duga. Kini Im Sol tidak punya pilihan lain selain mengikuti Sunjae karena kunci mobilnya dibawa masuk. “Tung-tunggu!” Imsol kewalahan mengikuti langkah Sunjae yang panjang. “Kenapa jadi begini?” Imsol merutuki dirinya sendiri. * * *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN